JAKARTA, DISWAY.ID – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyoroti tingginya angka kasus bunuh diri di Provinsi Jawa Tengah yang secara konsisten menduduki peringkat pertama tertinggi di Indonesia.
Data menunjukkan jumlah kasus di Jawa Tengah bahkan lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur, yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak.
BACA JUGA:Tim Advokasi Soroti Kunjungan Yusril ke Tahanan Aktivis: Dorong Akses Kunjungan Tahanan Diperluas
BACA JUGA:Jangan Panik saat Air Mati, Kini Ada Aplikasi LAPOR PAM
Berdasarkan data dari Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Polri, sepanjang tahun 2024, Jawa Tengah mencatat angka bunuh diri yang mengkhawatirkan.
Imran Pambudi selaku Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan RI mengatakan dalam periode 2024 saja, tercatat 478 kasus bunuh diri di provinsi ini dalam satu tahun. Angka ini sangat kontras dengan Jawa Barat dan Jawa Timur yang mencatatkan 60 kasus pada periode yang sama.
"Dan kasus bunuh diri, yaitu tahun 2024, ini kalau dari data polisi, itu paling banyak ada di Jawa Tengah. Nah, saya belum tahu kenapa mau Jawa Tengah kok banyak banget," ujar Imran Pambudi ditemui saat konferensi pers di Jakarta Selatan, Rabu 10 September 2025.
"Bahkan, ya, 478 dalam waktu setahun. Dua kali lebih banyak, lebih, ya, dari Jawa Timur. Padahal penduduknya Jawa Timur sama Jawa Tengah lebih banyak Jawa Timur. Jawa Barat sedikit tuh, 72. Jawa Barat itu penduduknya paling banyak di Indonesia," tambahnya.
Faktor Pemicu yang Kompleks
Imran Pambudi menunjuk pada serangkaian faktor kompleks yang berkontribusi terhadap tingginya angka bunuh diri di Jawa Tengah. Depresi menjadi pemicu utama, yang seringkali tidak tertangani dengan baik. Selain itu, tekanan ekonomi, masalah keluarga, dan isolasi sosial juga menjadi faktor risiko yang signifikan.
"Stigma yang masih melekat pada isu kesehatan jiwa di masyarakat seringkali menghalangi individu untuk mencari pertolongan," ujar Imran Pambudi.
BACA JUGA:Vaksin Kanker Buatan Rusia Bakal Diuji Klinis di Indonesia, Budi Gunadi: Kami Kirim Tim
"Banyak yang merasa malu atau takut dianggap 'gila' sehingga memilih untuk memendam masalahnya sendiri hingga mencapai titik kritis," tambahnya.
Di beberapa daerah, seperti di wilayah Gunungkidul yang berbatasan dengan Jawa Tengah, faktor sosial budaya juga diduga ikut berpengaruh. Fenomena "pulung gantung" yang merupakan mitos lokal terkadang dikaitkan dengan kasus bunuh diri, yang dapat membentuk persepsi yang salah di tengah masyarakat mengenai penyebab dan pencegahan bunuh diri.
Menanggapi situasi ini, Kementerian Kesehatan telah menggulirkan berbagai program pencegahan bunuh diri secara nasional. Salah satunya adalah penyediaan layanan konseling melalui hotline darurat dan platform digital untuk menjangkau masyarakat yang membutuhkan pertolongan pertama pada masalah kejiwaan.