Rp 200 T Digelontorkan Menkeu Purbaya, Pasar Saham Sumringah, Tapi Ekonom Ingatkan Bom Inflasi Mengintai

Sabtu 13-09-2025,20:57 WIB
Reporter : Bianca Khairunnisa
Editor : M. Ichsan

JAKARTA, DISWAY.ID-- Langkah Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa untuk menyalurkan dana sebesar Rp 200 triliun kepada enam bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Negara (Himbara) kini telah sukses menjadi sorotan banyak pihak.

Pasalnya, beberapa Pengamat Ekonomi serta Tim Analis juga memprediksi bahwa keputusan ini juga akan membawa sejumlah dampak yang signifikan kepada pasar saham dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke depannya.

BACA JUGA:Marco Bezzecchi Pole Position di Kualifikasi MotoGP Misano, Siap Jaga 'Muka' Aprilia di Kandang

BACA JUGA:Ketemu Menaker, Waketum Kadin Tegaskan Perusahaan Lokal Harus Peka dalam Pemanfaatan AI

Hal serupa juga diungkapkan oleh Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Arjwani. Menurutnya, langkah Menkeu Purbaya ini akan membawa sentimen positif kepada pasar saham.

“Jelas dampaknya positif karena menjadi sentimen positif untuk pasar. Pasar naik kemarin dan hari ini setelah rilis beritanya,” ucap Arjun kepada Disway, pada Jumat 13 September 2025 lalu.

Kendati begitu, Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda juga turut mempertanyakan apakah langkah ini dapat meningkatkan produksi melalui kredit perbankan.

Dalam hal ini, dirinya juga mencontohkan kondisi dimana pertumbuhan kredit terus menurun walaupun BI telah menurunkan suku bunga acuan dari sekitar 6 persen (akhir tahun 2024) menjadi 5 persen. 

BACA JUGA:KPK Ungkap Hampir Seluruh Pegawai Direktorat PPTKA Kemnaker Terima THR Dari Uang Tak Resmi

BACA JUGA:Komunitas GAC Indonesia, AIONERS ID Dapat Special Preview AION UT di Gandaria City

“Artinya memang meskipun diturunkan, permintaan masih cukup rendah. Jadi masalahnya ada di sisi demand-nya dibandingkan dengan supply. 

Kemudian, bagaimana jika sudah diguyur namun sulit menyalurkan? Ya akan jadi dana mengendap dan kinerja perbankan akan memburuk,” jelas Nailul ketika dihubungi oleh Disway, pada Sabtu 13 September 2025.

Lebih lanjut, Nailul juga turut menambahkan bahwa apabila guyuran uang ini tidak terserap, maka bisa terjadi inflasi.

“Ketika perputaran ekonomi masih lambat, namun guyuran uang dilakukan, maka yang terjadi bukan ke ekonomi, tapi inflasi. Ketika permintaan kredit dari dunia usaha sedikit, bagi perbankan akan lebih mudah menyalurkan ke sektor multiguna (termasuk konsumsi),” tutur Nailul.

“Uang di masyarakat naik, tapi produksinya masih melambat maka akan terjadi demand lebih tinggi dibandingkan supply. Yang terjadi adalah kenaikan harga barang. Ini yang berbahaya ketika perencanaan guyur uang ini tidak matang,” tambahnya.

Kategori :