“Kuncinya adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa penguasaan iptek, kita akan kembali kalah bersaing sebagaimana bangsa ini pernah dijajah di masa lalu,” tegasnya.
Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia, Dr. Naswardi, M.M., M.E., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kerja sama antara LSF dan UNAS sebagai salah satu dari 34 perguruan tinggi mitra di Indonesia.
Ia menekankan bahwa kolaborasi ini penting untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai peran strategis perfilman dalam budaya dan ekonomi nasional, sekaligus mendorong mahasiswa agar menjadi agen perubahan melalui penerapan budaya sensor mandiri.
BACA JUGA:Swallow Power Storm XP Debut di IMOS 2025, Ban Tangguh di Segala Kondisi Jalan
BACA JUGA:Terima Kasih Presiden FIFA! AFC Akhirnya Akui Kecurangan Arab Saudi, Skuad Garuda Siap Gelar TC
“Terima kasih atas sinergi kolaborasi dengan Universitas Nasional. Lembaga Sensor Film bekerja sama dengan 34 perguruan tinggi seluruh Indonesia, dan salah satunya adalah Universitas Nasional (UNAS),” katanya.
Ia melanjutkan, selain sebagai hiburan, industri perfilman terbukti memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan ekonomi nasional.
“Industri film nasional kita berkontribusi 9,8 miliar dolar Amerika terhadap PDB, dan membuka lebih kurang 500.000 tenaga kerja setiap tahunnya. Mulai dari penulis skenario, produser, sutradara, editing, dan lain-lain,” paparnya.
Naswardi menambahkan bahwa terdapat 99 profesi dalam ekosistem perfilman yang membutuhkan sumber daya manusia muda, terampil, dan profesional.
Hal ini menjadi peluang karier luas bagi mahasiswa lintas disiplin ilmu, termasuk Ilmu Komunikasi.
BACA JUGA:Update dari DPR, Ini Hasil Pembahasan RUU BUMN Menuju UU BUMN Baru
BACA JUGA:Heboh! Ini Perkara yang Bikin Nicolas Sarkozy Divonis 5 Tahun Penjara: Saya Tak akan Minta Maaf
Adapun salah satu poin penting yang disampaikan adalah pentingnya budaya sensor mandiri dalam kehidupan masyarakat.
Naswardi menekankan agar penonton mematuhi klasifikasi usia film demi perlindungan psikologis dan moral.
“Harapannya adalah kaidah budaya sensor mandiri, menonton sesuai penggolongan usia, dan tentunya itu menjadi budaya kita seterusnya,” jelas Naswardi.
Dengan semangat kebersamaan, Ketua LSF mengajak generasi muda untuk mendukung film nasional sekaligus menyiapkan diri menjadi bagian dari industri kreatif yang semakin berkembang. “Saya mendorong mahasiswa untuk mendukung perfilman nasional dengan menonton di bioskop, menghindari film bajakan, dan selalu bangga terhadap karya anak bangsa,” ujar Naswardi.