"Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan peringatan bahwa pengawasan mutu, pengolahan, dan distribusi makanan masih memiliki celah yang serius. Kita juga tidak boleh menutup mata terhadap kemungkinan adanya gangguan yang menghambat keberhasilan program ini," tuturnya.
BACA JUGA:Pemerintah Mulai Program Magang Berbayar pada 15 Oktober 2025
BACA JUGA:Cegah Terulangnya Keracunan MBG, Prabowo Minta Ompreng Harus Dicuci Ultraviolet
Lebih lanjut, Yeka menegaskan bahwa peristiwa ini seharusnya menjadi pengingat pemerintah untuk melakukan perbaikan dalam tata kelola program MBG ini.
"Namun, setiap peristiwa harus kita Maknai sebagai alarm korektif. Setiap anak yang terdampak adalah pengingat bahwa negara berkewajiban memperbaiki tata kelola agar kejadian serupa tidak berulang," pungkasnya.
Sebelumnya, Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan telah menyiapkan langkah usai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada program makan bergizi gratis (MBG) yang membuat ribuan siswa keracunan di berbagai wilayah.
Untuk merespon itu, diselenggarakannya rapat koordinasi terbatas (rakornas).
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa pihaknya membantu menyiapkan ahli gizi untuk menjalankan program ini.
BACA JUGA:Peringatan G30S/PKI: Makna Pengibaran Bendera Setengah Tiang bagi Bangsa Indonesia
BACA JUGA:Prabowo: Indonesia Masih Berdiri Kuat Meski Diterpa Korupsi dan Tantangan Besar
"Ahli gizinya sedang saya persiapkan untuk sementara akan kita bantu dari Kemenkes," ujar Budi pada Minggu, 28 September 2025.
Dalam hal ini, Budi belum merinci berapa banyak jumlah ahli gizi yang ditugaskan ke Badan Gizi Nasional (BGN) dalam program MBG ini.
Ia menjelaskan bahwa saat ini Pemerintah fokus untuk mempercepat BGN agar seluruh dapur memenuhi syarat.