Menkes Akui Sudah Terima Laporan Siswi di Bandung Barat yang Meninggal Usai Santap MBG

Kamis 02-10-2025,16:29 WIB
Reporter : Hasyim Ashari
Editor : Fandi Permana

JAKARTA, DISWAY.ID - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menanggapi kabar duka terkait meninggalnya seorang siswi SMK Negeri 1 Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang diduga mengalami gejala keracunan beberapa hari setelah mengonsumsi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Kasus ini menjadi sorotan serius di tengah Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan massal yang sebelumnya menimpa 121 siswa di sekolah yang sama pada Rabu, 24 September 2025.

BACA JUGA:1.000 Polisi Disiagakan untuk Pengamanan HUT ke-80 TNI di Monas

BACA JUGA:TKD Pekanbaru Dipangkas Rp400 Miliar, Wali Kota Ungkap Jalan dan Sekolah Jadi Korban

Siswi bernama Bunga Rahmawati dilaporkan meninggal dunia pada Selasa 30 September 2025 setelah mengalami gejala mual, muntah, hingga kejang.

"Untuk kematian di Cihampelas mungkin lebih tepat ditanyakan ke sana, saya sudah menerima laporan dari Kepala Dinas Kesehatan sana," ucap Menkes Budi Gunadi di kantor Kementerian Kesehatan, Kamis 2 Oktober 2025.

Menkes Budi menjelaskan bahwa Bunga Rahmawati meninggal dunia diduga karena 3 hari usai menyantap MBG (Makanan Bergizi Gratis). Hanya saja, kata Menkes penyebab kematiannya belum diketahui.

"Bahwa kematiannya itu tiga hari atau empat hari setelah (makan MBG) tapi kalau untuk kematiannya karena apa saya rasa lebih baik ditanyakan ke sana," tutur Budi.

BACA JUGA:2 Bulan Terdampar, Kapal Kargo Tresnawati Jadi Tontonan Warga di Pantai Kutakarang Pandeglang

BACA JUGA:Apresiasi Petani Tembakau untuk Menkeu Purbaya Lewat Karangan Bunga: Cukai Tetap, Keputusan Tepat!

Meskipun gejala yang dialami Bunga serupa dengan gejala keracunan massal yang menimpa teman-temannya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat, Lia Nurliana Sukandar, telah memastikan bahwa kematian Bunga tidak terkait langsung dengan keracunan menu MBG.

Kepala Puskesmas Cihampelas, Edah Jubaidah, juga menyatakan bahwa almarhumah Bunga awalnya tidak menunjukkan gejala keracunan pada hari kejadian massal 24 September 2025. Bahkan, ia sempat masuk sekolah kembali pada Senin 29 September 2025 sebelum kondisinya memburuk mendadak pada Selasa 30 September 2025 siang.

"Gejalanya memang mengarah ke keracunan, tapi pemicunya belum bisa disimpulkan dari MBG, karena pasien juga mungkin mengonsumsi makanan lain. Jeda waktunya cukup panjang, sekitar 4–5 hari," jelas Edah.

Desakan Investigasi Independen

Meskipun Bantahan dari Dinkes KBB telah disampaikan, kasus kematian ini memicu desakan dari berbagai pihak, termasuk Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), yang meminta dilakukannya investigasi menyeluruh, transparan, dan independen.

Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji, menilai kasus ini tidak boleh dianggap remeh atau ditutup-tutupi, terutama karena gejala klinis yang dialami korban (muntah, kejang, hingga mulut berbusa) mirip dengan ratusan siswa lain yang menjadi korban keracunan MBG di Bandung Barat.

Kategori :