Mlebu Warteg Metu Wareg

Senin 06-10-2025,07:17 WIB
Reporter : Tim Lipsus
Editor : Dimas Chandra Permana

"Warteg Kharisma Bahari dan Jaya Bahari bertahan di tengah persaingan kuliner kota besar berkat strategi cerdas dan filosofi kuat. Dengan model franchise, Kharisma (1500 outlet) menawarkan bagi hasil 50:50 tanpa royalty. Sementara Jaya Bahari selektif memilih mitra untuk konsistensi," ujar Mukroni saat dihubungi Disway pada Kamis 2 Oktober 2025.

Nggak cuma jadi tempat makan, warteg kini tampil modern. Namun, tetap mengusung nilai-nilai kebersamaan dan kerakyatan. 

Dengan harga yang terjangkau: Rp 10.000 – Rp 20.000 per porsi, menu-menu khas seperti nasi rames dan telur asin tetap menjadi andalan. 

Ditambah lagi dengan adopsi teknologi pembayaran. Seperti QRIS dan layanan delivery, warteg makin relevan dengan kebutuhan masyarakat urban.

"Filosofi merakyat rasa rumahan, harga hemat, dan keramahan tulus mempertahankan loyalitas pelanggan," urainya.

Ia mengatakan tak hanya dari sisi kuliner. Kehadiran warteg juga punya dampak sosial dan ekonomi yang besar di kota-kota besar.

"Secara sosial, warteg adalah ruang inklusif. Menyatukan pekerja, mahasiswa, hingga pendatang dengan masakan rumahan khas Tegal. Melestarikan budaya kuliner," terangnya.

"Secara ekonomi, warteg menyediakan makanan berkualitas. Harga terjangkau bagi pekerja urban. Franchise seperti Kharisma menciptakan ribuan lapangan kerja (rata-rata 4 pekerja x 1 warteg) dan peluang wirausaha dengan modal rendah," lanjutnya.

Dengan keberhasilan dua nama besar ini, warteg tak hanya menjadi solusi pangan murah. Tetapi penopang ekonomi rakyat dan pelestari budaya kuliner Indonesia.

"Warteg menawarkan fleksibilitas dan kecepatan. Menjadikannya oase kuliner bagi pekerja kota yang rindu masakan rumah," pungkasnya.

Cepat, Kenyang, Terjangkau

Warteg bertahan karena adanya kombinasi dorongan makro dan keunggulan mikro. 

Urbanisasi menciptakan basis pelanggan yang umumnya berasal dari pekerja harian. Mereka membutuhkan makan cepat, kenyang, dan pastinya murah. 

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Syafruddin Karimin menjelaskan cita rasa kuliner yang merakyat memperkuat prefensi konsumsen.

"Bahkan ketika gaya hidup berubah, warteg tetap relevan," ujar Syafruddin kepada disway pada Jumat, 3 Oktober 2025. 

Untuk harga dari makanan-makanan di warteg juga masih ramah di kantong masyarakat.

Di era digital seperti saat ini, Warteg juga tak susut tergerus jaman. Guru Besar Fakultas Ekonomi itu menjelaskan peluang terbesar di era digital adalah pembayaran nontunai. 

Kategori :