Mlebu Warteg Metu Wareg

Senin 06-10-2025,07:17 WIB
Reporter : Tim Lipsus
Editor : Dimas Chandra Permana

Seiring waktu, konsep tersebut terus tumbuh. Hingga melahirkan kemitraan besar yang dikenal dengan nama Warteg Kharisma Bahari Group.

Tak hanya sekedar nama. Di balik itu Sayudi menjelaskan mengapa dirinya memilih nama Kharisma Bahari. 

"Aku pengen warteg itu punya kharisma. Selama ini kan dipandang kumuh. Dipandang sebelah mata untuk kalangan tertentu," terang Sayudi.

"Istilahnya kalangan kantor pun gak mau mampir. Gimana caranya. Aku pengen merubah image warteg. Jadi warteg itu lebih kelihatan lebih bersih, lebih elegan. Makanya aku kasih nama Kharisma," sambungnya.

Sedangkan nama "Bahari" adalah singkatan dari kebersihan, aman, sehat, dan rapi. Ini merupakan slogan Kota Tegal.

Sayudi bilang, nama Kharisma sengaja dipilihnya agar memliki daya tarik. Tujuannya biar warteg terlihat ber-kharisma. Tak lagi dicap kumuh.

Pemilihan desain kusen yang identik dengan warna kuning-hijau itu pun tak sembarangan. Sayudi belajar dari filosofi lampu lalu lintas yang memiliki tiga warna (merah-kuning-hijau).

Awalnya, warteg di era 80-90-an identik dengan warna biru. Namun Sayudi mengubah konsep itu. Agar terlihat lebih kekinian. 

"Karena hijau itu kalau di daun itu kan pupus. Berkembang terus gitu kan. Jadi bersemi terus. Kalau di lampu merah sendiri orang hidup itu perlu berhati-hati (kuning). Biar hidupnya itu lancar, jalannya lancar seperti hijau," urainya.

"Seperti itu, makanya ada merahnya juga. Merah kalau di lampu merah kita harus stop. Tapi kalau dalam arti merah yang sebetulnya ini sebuah keberanian. Yaitu berani merombak sebuah image warteg," tambah Sayudi.

Keberhasilan Sayudi membesarkan Warteg Kharisma Bahari Group tak lepas dari sentuhan inovasi.

Saat sebagian orang masih menempelkan stigma warteg identik dengan kesan kumuh, ia justru menghadirkan konsep warteg modern. Bersih, tertata, dan nyaman untuk disinggahi pelanggan.

Sayudi juga membuka peluang kemitraan bagi siapa saja yang tertarik menekuni bisnis kuliner ini.

Dengan modal sekitar Rp130–Rp150 juta di luar biaya sewa tempat, investor sudah bisa mendirikan cabang Kharisma Bahari.

Bagi yang ingin pengelolaan langsung ditangani tim Kharisma Bahari Group, Sayudi menyiapkan skema bagi hasil: laba bersih dibagi rata. Yaitu 50 persen untuk pengelola dan 50 persen untuk investor.

Konsep waralaba yang ditawarkan bervariasi. Menyesuaikan modal dan ukuran warung.

Kategori :