Mlebu Warteg Metu Wareg

Senin 06-10-2025,07:17 WIB
Reporter : Tim Lipsus
Editor : Dimas Chandra Permana

Ada Warteg Kharisma Bahari untuk investasi menengah, Warteg Mamoka Bahari untuk modal minimal dengan ukuran medium.

Kemudian ada Warteg Subsidi Bahari untuk paket hemat. Hingga Warteg Selaras Bahari yang ditujukan bagi pemula bisnis kuliner.

Dengan model kemitraan itu, jaringan Kharisma Bahari kini berkembang pesat. Tersebar di banyak kota. 

Saat ini, Sayudi bersama grupnya tercatat telah membawahi lebih dari 1.500 outlet warteg.

Menariknya, satu cabang warteg dikabarkan bisa meraup omzet hingga Rp35–45 juta setiap bulan. Itu baru satu warteg. Kalau 1.500 cabang warteg? Wow… Rp 67.500.000.000 per bulan.

"Ada 1500 outlet-lah kurang lebihnya. Aku sudah males ngitung sebetulnya. Ya kurang lebih estimasinya sih. Paling jauh itu ada di Jambi. Kemudian di Bali dan di NTT dekat Labuan Bajo," papar Sayudi.

Sistem perekrutan karyawan atau pengelola Warteg Kharisma Bahari juga nggak sembarangan. Kata Sayudi ada training atau pelatihan dulu.

Meskipun pengelola sudah paham dunia warteg, sistem pelatihan wajib tetap dijalankan. Tujuannya untuk menjaga rasa (quality kontrol) pada masakan dan tata kelola pewartegan: dari belanja hingga soal pembukuan keuangan.

"Jadi sebelum pengelola berdagang, mereka training terlebih dahulu. Mulai dari cara masak, ngatur keuangan, sampai urusan perbelanjaan kebutuhan dapur," tukasnya.

Soal karyawan, para pengelola dianjurkan telah berkeluarga. Bujangan tak bisa ikut join mengelola. 

Mengapa harus suami istri? Tujuannya sederhana. Agar pasutri bisa mengajak sanak saudara mau pun tetangga untuk bareng-bareng mengelola warteg.

“Sekaligus bisa membuka lapangan kerja. Bisa ajak saudara atau tetangga. Diajari punya tanggung jawab. Tidak asal menerima gaji. Tetapi merasa memiliki. Sama-sama belajar untuk berkembang," terangnya.

Mengapa Bisnis Warteg Sangat Menjanjikan

1. Target Pasar yang Luas dan Nyata: Warteg tidak memilih-milih pelanggan. Target pasarnya sangat jelas: pekerja, buruh, mahasiswa, karyawan, dan keluarga menengah ke bawah. Ini adalah segmen pasar yang sangat besar. Selalu ada di setiap sudut kota. Mereka membutuhkan solusi makan yang cepat, mengenyangkan, dan murah.

2. Modal Awal yang Relatif Terjangkau: Dibandingkan dengan membuka restoran atau kafe, modal memulai Warteg jauh lebih kecil. Investasi utama biasanya untuk sewa tempat, peralatan masak (kompor, wajan, panci), etalase display, dan perlengkapan makan. 

3. Konsep Operasional yang Sederhana: Sistemnya straightforward: masak, display, dan jual. Tidak ada proses pemesanan yang rumit seperti di restoran ala carte. Proses pelayanan juga cepat. Karena pelanggan langsung memilih sendiri lauknya. Mengurangi waktu tunggu dan tenaga pelayan.

4. Tahan Banting alias Anti-Resesi: Ini keunggulan utama Warteg. Dalam situasi ekonomi sulit sekalipun, orang tetap harus makan. Ketika budget menipis, masyarakat akan beralih. Dari restoran menengah ke tempat makan yang lebih hemat. Seperti Warteg. Bisnis ini justru sering kali semakin laris di kala resesi.

Kategori :