Ortoreksia, Bahaya Obsesi Makan Sehat yang Diam-Diam Mengintai

Sabtu 04-10-2025,10:00 WIB
Reporter : Tri Broto
Editor : Tri Broto

JAKARTA, DISWAY.ID- Tren gaya hidup sehat kian populer. Linimasa pun penuh dengan tip clean eating, diet tanpa gula, atau ajakan menghindari nasi. Namun, jika terjadi obsesi datau penerapan berlebihan dalam penerapannya akan menyiksa diri sendiri. Fenomena ini dikenal dengan istilah ortoreksia (orthorexia).

Berbeda dari diet biasa, ortoreksia bukan hanya soal memilih makanan bergizi, melainkan dorongan kuat untuk mengontrol ketat semua yang masuk ke tubuh.

Makanan sehari-hari seperti roti, cokelat, atau nasi tiba-tiba dianggap sebagai musuh.

BACA JUGA:Gak Cuma Jual Obat, Apotek Punya Peran Edukasi Masyarakat Hidup Sehat

Hasilnya, aktivitas makan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi beban penuh rasa bersalah.

"Ortoreksia adalah fokus yang tidak sehat pada pola makan sehat. Makan makanan bergizi memang baik, tetapi jika Anda menderita ortoreksia, Anda akan terobsesi hingga dapat merusak kesehatan secara menyeluruh,” jelas dr. Metosy Milasari dari KJP Medical Center kepada disway.id, Sabtu 4 Oktober 2025.

Fenomena ini sering bermula sederhana: ingin lebih fit, terhindar dari penyakit, atau sekadar ikut tren. Namun, paparan standar sehat yang tidak realistis di media sosial membuat sebagian orang merasa terjebak.

Ada rasa takut tertinggal, takut dihakimi, bahkan takut mengecewakan diri sendiri. Pada akhirnya, meja makan yang seharusnya hangat berubah menjadi sumber kecemasan.

“Orang dengan ortoreksia biasanya memiliki obsesi untuk makan ‘benar’ atau ‘bersih’, dan akan sangat cemas bila harus menyimpang dari aturan makannya,” tambah dr. Metosy yang berpengalaman hampir dua dekade ini.

BACA JUGA:Dukung Gaya Hidup Sehat, Pramono Sebut Event Olahraga Bisa Dongkrak Ekonomi

Dampaknya serius. Tubuh bisa kekurangan nutrisi karena terlalu banyak pantangan. Pikiran pun terganggu karena setiap kali makan menjadi pertempuran batin.

Lebih jauh, lanjutnya, penderita cenderung menarik diri dari lingkungan sosial karena takut tidak bisa ikut makan bersama orang lain. Dalam kondisi tertentu, orthorexia bahkan dapat berkembang menjadi gangguan makan yang memerlukan pertolongan profesional.

Namun, jalan keluar selalu ada. Kesehatan sejati terletak pada keseimbangan seperti makan sayur tanpa menolak nikmatnya nasi hangat, berolahraga tanpa paksaan, dan menjaga tubuh tanpa mengorbankan kebahagiaan.

Untuk mendukung hal ini, ungkap dr Metosy, komunitas berperan penting. Salah satunya adalah Millway, inisiatif yang digagas pengusaha muda Rayhan Christian Siego.

Awalnya berupa gerakan komunitas di media sosial, kini Millway berkembang menjadi aplikasi gaya hidup sehat. Aplikasi ini menghadirkan artikel kesehatan, ajakan olahraga bersama, hingga promo dari mitra yang mendukung pola hidup lebih baik. Semua dirancang agar orang sehat sekaligus merasa terhubung.

Kategori :