Lee Jae-sung juga pernah menyatakan latihan di bawah Shin terlalu menekankan aspek fisik dan pertahanan sehingga pemain-pemain menyerang merasa terkekang.
BACA JUGA:Bung Towel Kritik Keras Super League Boleh Daftarkan 11 Pemain Asing: Ironis, Nggak Nyambung!
Ketegangan ruang ganti dan masalah komunikasi
Salah satu pengulangan masalah adalah ketegangan di ruang ganti akibat instruksi taktis yang berubah-ubah dan gaya kepelatihan yang kaku.
Hal ini bukan hanya soal taktik, melainkan soal manajemen hubungan dengan pemain senior — aspek krusial untuk stabilitas tim.
Ketika masalah serupa muncul di beberapa tim yang berbeda, wajar jika publik mempertanyakan konsistensi metode kepelatihan tersebut.
BACA JUGA:AFC Mulai Plin-plan, Bung Towel: Qatar DP-nya Sudah Banyak dan Servis Gianni Infantino
Fenomena 'CLBK': Tidak Selalu Jadi Solusi!
Budi Setiawan menyoroti fenomena 'CLBK', kembali memulangkan pelatih lama yang sering dianggap jalan pintas.
Bung Towel mengingatkan bahwa rekonsiliasi semacam itu tidak selalu berujung sukses.
Ia mencontohkan Marcello Lippi: selepas membawa Italia juara Piala Dunia 2006, Lippi kembali tetapi gagal pada periode berikutnya. Jadi, nostalgia bukan jaminan hasil.
Pencitraan versus komunikasi nyata dengan klub
Isu lain adalah pencitraan: sekelompok pendukung yang menampilkan diri sebagai “sahabat Shin Tae-yong” dan mantan penerjemah sanggup membesarkan narasi, namun itu tidak menggantikan kebutuhan komunikasi konkret antara pelatih, federasi, dan klub.
Bung Towel mengingatkan contoh konflik komunikasi dengan klub lokal — manajer Borneo FC, Doni Daud, pernah mengkritik buruknya komunikasi menjelang kompetisi penting.
Jika hubungan dengan klub sendiri goyah, klaim akan berkomunikasi dengan klub Eropa terasa tidak kredibel.
Akhir diskusi menekankan pentingnya literasi publik: jangan mudah terbawa emosi, drama, atau nostalgia.
Evaluasi calon pelatih harus berbasis data, bukti, dan analisis rekam jejak yang jujur — bukan sekadar klaim atau pencitraan.