MyTISI IFC Bali 2025: Ajang Sepak Bola Muda dan Sport Tourism yang Dongkrak Ekonomi Lokal

Selasa 07-10-2025,10:18 WIB
Reporter : Risto Risanto
Editor : Risto Risanto

JAKARTA, DISWAY.ID - Ajang sepak bola usia muda berskala internasional, MyTISI International Football Championship (IFC) 2025, siap digelar di Bali pada 21–23 Oktober 2025.

Turnamen ini akan menghadirkan 420 pemain muda dari berbagai provinsi di Indonesia serta empat negara lainnya — Jepang, Filipina, Malaysia, dan China.

Kompetisi ini dibagi menjadi tiga kategori usia, yaitu U-12, U-14, dan U-16, di mana para peserta akan memperebutkan beasiswa pelatihan di klub La Liga Spanyol, Levante UD, sebuah kesempatan langka bagi pesepakbola muda untuk menimba ilmu di level profesional Eropa.

BACA JUGA:Inilah 5 Tips Sebelum Sewa Kost di Bali yang Perlu Diperhatikan

Gunakan Teknologi Data dan Statistik Real-Time

Berbeda dari turnamen usia muda pada umumnya, IFC Bali 2025 menghadirkan inovasi berupa sistem statistik pertandingan real-time yang terintegrasi dengan program pembinaan pemain.

Pendiri MyTISI IFC, I Gusti Agung Putu Nuaba, menjelaskan bahwa sistem ini memungkinkan pemain memahami kekuatan dan kelemahan mereka berdasarkan data performa.

“Kami ingin para pemain belajar dari data. Semua pertandingan akan disiarkan secara live streaming, dan setiap pemain akan menerima laporan performa individu mereka,” jelas Agung di Denpasar.

BACA JUGA:Penting! BMKG Bongkar Penyebab Suhu Ekstrem Sengat RI, Ikuti Tips-tips Ini

Dorong Sport Tourism dan Perputaran Ekonomi Bali

Lebih dari sekadar kompetisi sepak bola, IFC Bali 2025 juga mengusung konsep sport tourism yang berpotensi besar menggerakkan ekonomi lokal.

Selama pelaksanaan turnamen, diperkirakan terjadi perputaran uang hingga Rp2,5 miliar, berasal dari sektor akomodasi, transportasi, konsumsi, serta aktivitas wisata para peserta dan penonton.

Sekitar 100 peserta asing dari Jepang, Filipina, Malaysia, dan China dijadwalkan tinggal di Bali selama sepekan.

Pengeluaran mereka untuk hotel, transportasi, kuliner, hingga wisata budaya diyakini menjadi penyumbang utama pergerakan ekonomi tersebut.

“Banyak peserta luar negeri yang membeli paket wisata dan konsumsi lokal. Estimasi perputaran uang selama enam hari bisa mencapai Rp2,5 miliar,” tambah Agung.

Ia juga menegaskan bahwa angka tersebut belum termasuk belanja dari pengunjung, media, dan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar venue.

IFC pun menjadi contoh nyata bahwa olahraga dapat menjadi motor penggerak ekonomi daerah, sekaligus memperluas lapangan kerja di sektor pariwisata dan UMKM.

Kategori :