Pro Kontra Aksi Bom SMAN 72 Jakarta Penuhi Medsos, Bullying Jadi Topik Panas

Minggu 09-11-2025,00:01 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

JAKARTA, DISWAY.ID – Ledakan di SMAN 72 Jakarta memicu perdebatan di media sosial.

Insiden yang diduga dilakukan oleh seorang siswa itu justru memicu perdebatan luas dari isu perundungan hingga bahaya penyebaran ideologi ekstrem di internet.

Sejumlah warganet menyoroti munculnya nama-nama seperti Alexandre Bissonnette dan Brenton Tarrant, pelaku penembakan masjid di Kanada dan Selandia Baru yang disebut-sebut tertulis di senjata pelaku.

Hal ini menimbulkan spekulasi soal keterkaitan aksi tersebut dengan simbol-simbol ekstremis global.

“Yang bikin heran tuh ada aja orang yang punya pemikiran kek gini di Indo. Kok bisa ya sampe terinspirasi sama Alexandre Bissonnette dan Brenton Tarrant buat nyerang masjid? Motifnya apa?” tulis salah satu pengguna X.

BACA JUGA:'Jangan Biarkan Terulang Lagi', Seruan Pilu Orang Tua Korban Ledakan SMAN 72 Jakarta

Komentar serupa juga muncul di berbagai platform. Banyak yang mengaitkan kasus ini dengan fenomena copycat atau peniruan perilaku ekstremis yang berkembang di dunia maya.

“Oh banyak. Kasus grooming shooter gini udah masuk sindikat internasional, cuma dikit banget yang paham karena kultur internetnya terlalu obscure,” tulis pengguna lain.

Ada pula warganet yang menilai pelaku usia remaja rentan terpapar ideologi ekstrem karena mencari perhatian dan pengakuan.

“Bocah-bocah labil sering nganggep hal ekstremis tuh keren. Sekarang semua bisa diakses di internet. Aku pernah debat di TikTok, tiba-tiba ada anak bawa ideologi kayak gini. Najis banget,” tulis akun lainnya.

BACA JUGA:Keseharian Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Diungkap Korban: Pagi-Pagi Kami Biasanya Ngaji, Tapi Dia Selalu Menyendiri

Pengamat: Imitasi Simbolik dan Krisis Identitas

Pengamat terorisme Al Chaidar menilai ledakan di SMAN 72 Jakarta belum mengarah pada keterlibatan kelompok ekstremis.

Namun, menurutnya, fenomena imitasi simbolik perlu diwaspadai.

“Yang lebih mungkin adalah imitasi simbolik oleh individu yang mengalami krisis identitas, tekanan sosial, atau gangguan psikologis, lalu menemukan resonansi dalam narasi ekstremis global,” ujar Al Chaidar, Sabtu, 8 November 2025.

BACA JUGA:Cocokan Barang Bukti, Polisi Geledah Rumah NF, Terduga Pelaku Ledakan SMA 72 Jakarta

Kategori :