JAKARTA, DISWAY.ID - Presiden RI ke-2 Soeharto resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November 2025.
Menurut Guru Besar bidang resolusi konflik dan damai Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta (FISH UNJ), Prof. Abdul Haris Fatgehipon, ia mengapresiasi sikap pemerintah Prabowo Subianto.
BACA JUGA:Fakta Baru Dibongkar Densus 88, Terduga Pelaku Anak ABH Bawa 7 Peledak di SMAN 72 Jakarta!
Abdul menilai Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, layak diberikan gelar Pahlawan Nasional atas jasa dan pengabdiannya dalam membangun bangsa, terutama dalam bidang pertanian, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Hal itu sempat ia utarakan dalam diskusi Pusat Studi Resolusi Konflik dan Damai bertajuk “Soeharto dan Gelar Pahlawan Nasional” pada Sabtu, 9 November 2025 kemarin.
Prof. Haris mengajak peserta untuk merenungkan kembali makna kepahlawanan dari sudut pandang spiritual dan moral. Ia menekankan bahwa gelar pahlawan bukan sekadar simbol, melainkan pengakuan atas dedikasi yang memberi manfaat besar bagi rakyat dan negara.
BACA JUGA:Duo Pelaku Curanmor yang Tembak Hansip Dibekuk: Satu Ditangkap di Kapal, Satu Lagi di Cipayung!
“Para pahlawan sejati, termasuk Pak Harto, tidak membutuhkan gelar. Yang paling penting adalah doa, penghargaan, dan penerusan semangat perjuangan oleh generasi penerus,” ujar Haris dikutip, Senin, 10 November 2025.
Menurutnya, Soeharto memenuhi banyak aspek kepahlawanan, baik sebagai prajurit yang berjuang dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 dan pembebasan Irian Barat, maupun sebagai pemimpin yang menyelamatkan ekonomi nasional dari krisis pasca-Orde Lama.
“Pak Harto berhasil membawa Indonesia mencapai swasembada pangan, meningkatkan taraf hidup rakyat melalui pembangunan sektor pertanian, pendidikan, dan kesehatan,” ujarnya.
Haris juga menyoroti warisan konkret pemerintahan Soeharto yang masih dirasakan hingga kini, seperti RS Kanker Dharmais, RS Jantung Harapan Kita, serta beasiswa Supersemar yang telah membantu jutaan pelajar di seluruh Indonesia.
BACA JUGA:Sosok Sultan Zainal Abidin Syah yang Dapat Gelar Pahlawan Nasional dari Prabowo
Kendati demikian, ia menegaskan pentingnya melihat sejarah secara jujur dan menyeluruh. Menurutnya, pengakuan terhadap jasa besar Soeharto tidak berarti mengabaikan sisi-sisi kelam yang turut menjadi bagian dari perjalanan bangsa.
“Setiap pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan. Soeharto pun tidak luput dari kritik atas praktik KKN dan insiden kemanusiaan di masa pemerintahannya. Namun yang lebih penting, kita belajar agar kesalahan serupa tidak terulang,” tegasnya.