JAKARTA, DISWAY.ID - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan pihaknya tengah menyusun buku berisi pahlawan nasional lengkap dengan biografinya.
"Kita sedang menyusun juga buku tentang para pahlawan dengan biografinya sendiri yang tadi kita sudah kerja sama dengan Kementerian Sosial," kata Fadli Zon di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin, 10 November 2025.
Fadli mengatakan nantinya buku-buku tersebut akan berisi nama-nama pahlawan yang telah diberikan di zaman Presiden Soekarno hingga Presiden Prabowo.
BACA JUGA:Jusuf Kalla Bicara Gelar Pahlawan Soeharto: Kekurangan Ada, Tapi Lebih Banyak Jasanya
Ia menjelaskan penulisan buku-buku pahlawan tersebut akan melalui proses penelitian yang panjang.
"Jadi bukan hanya paper ya, misalnya seperti Rondahaim Saragih itu, Napoleon van der Bataks itu, itu penelitiannya panjang, enggak bukan hanya sekadar nama, tapi penelitiannya panjang. Bahannya tuh bertumpuk-tumpuk," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa tak menutup kemungkinan 10 nama-nama pahlawan yang diberikan oleh Presiden Prabowo Subianto ini akan dimasukkan kedalam buku tersebut.
"Iya, tentu (masuk buku sejarah). Kita akan membuat buku khusus tentang para pahlawan yang telah diberikan dari masa presiden ke presiden, dari zaman Bung Karno sampai sekarang zaman Pak Presiden Prabowo," imbuhnya.
Adapun pihak yang menulisnya adalah para sejarawan yang mempunyai pengetahuan tentang sejarah, riset, hingga penelitian mendalam.
"Jadi tidak bisa sembarangan juga dan itu adanya di perguruan-perguruan tinggi," paparnya.
BACA JUGA:10 Pahlawan Nasional Baru Diumumkan, Pemerintah: Berdasarkan Kajian Sejarah dan Jejak Keteladanan
Fadli juga menekankan bahwa pemerintah ingin memastikan bahwa setiap pemberian gelar pahlawan mencerminkan keutuhan perjalanan bangsa.
"Semua sudah menjadi kenyataan sejarah ya. Jadi Pak Harto itu mengundurkan diri secara sepihak waktu itu tanggal 21 Mei tahun 1998. Dan memang ada tuntutan dari masyarakat juga, tapi Pak Harto mengundurkan diri. Itu sudah menjadi fakta-fakta sejarah,” jelasnya.
Menurutnya, sejarah bangsa adalah perjalanan panjang yang harus diterima apa adanya.
"Kita harus menerima ini sebagai sebuah kenyataan, perjalanan sejarah kita sebagai sebuah bangsa. A journey ya, sebuah perjalanan dari sebuah bangsa, ada pasang surut, ada fluktuasi, dan saya kira hal yang biasa,” tutup Fadli Zon.