JAKARTA, DISWAY.ID – Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa Ke-30 (COP30) resmi dibuka di Kota Belem, menandai tonggak baru perjalanan dunia dalam menghadapi krisis iklim global.
Pembukaan berlangsung dalam rangkaian pembukaan COP30/CMP20/CMA7/SBI63/SBSTA63 sekaligus menandai estafet kepemimpinan dari Azerbaijan kepada Brasil.
Indonesia tampil dengan kehadiran diplomatik yang kuat dalam forum internasional ini.
Delegasi dipimpin oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, didampingi oleh Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq.
Delegasi Indonesia melibatkan lintas kementerian seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kehutanan, Bappenas, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, perwakilan pemimpin dunia usaha, perguruan tinggi dan pemuda yang menunjukkan sinergi nasional dalam memperkuat posisi Indonesia di panggung iklim global.
Melalui jalur diplomasi formal (hard diplomacy), Indonesia aktif dalam tujuh agenda utama perundingan, termasuk Global Stocktake, National Adaptation Plans (NAPs), Just Transition, dan Global Goal on Adaptation (GGA).
Sementara pada jalur soft diplomacy, Paviliun Indonesia menjadi ruang kolaboratif yang menampilkan berbagai inisiatif nyata mitigasi dan adaptasi, termasuk perdagangan karbon, konservasi hutan, serta kerja sama bilateral dengan negara dan lembaga internasional.
“Indonesia datang bukan hanya membawa komitmen, tetapi aksi nyata. Dari hutan tropis, transisi energi bersih, hingga penguatan ekonomi karbon, kami berkontribusi aktif untuk bumi yang lebih tangguh,” ujar Hashim S. Djojohadikusumo.
Menteri Hanif menegaskan arah transformasi tersebut.
“COP30 menjadi momentum untuk membuktikan bahwa pembangunan hijau tidak hanya mungkin, tetapi juga menguntungkan. Indonesia membangun kepemimpinan dari aksi nyata, bukan sekadar janji,” ujarnya.
Dalam seremoni pembukaan, Presiden COP30 Andrea Corrêa do Lago menegaskan semangat optimisme Brasil dalam melanjutkan kepemimpinan global menghadapi perubahan iklim.
Dalam pidato perdananya, ia menekankan bahwa COP30 harus dikenang sebagai COP of Truth, yaitu pertemuan yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan menjunjung integritas dalam setiap keputusan.