Mahasiswa Unggul, Negara Unggul

Jumat 14-11-2025,10:21 WIB
Oleh: Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph

JAKARTA, DISWAY.ID -- Di tengah hiruk-pikuk dinamika sosial dan krisis kepercayaan global, ada kabar kecil yang menghangatkan hati: 633 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerima Student Achievement Award 2025.

Angka itu bukan hanya statistik; ia potret tentang masa depan.

Di wajah-wajah mereka, saya melihat energi baru: yang tekun membaca, yang gigih melakukan riset, yang memimpin komunitas, yang menghafal Al-Qur’an, yang berinovasi di laboratorium, yang berkarya di ruang-ruang sosial.

BACA JUGA:KESEHATAN MENTAL BANGSA

BACA JUGA:Sembilan Alasan Nusron Wahid Layak dan Berpeluang Terpilih Ketum PBNU

Penghargaan ini, yang diberikan untuk berbagai kategori—akademik, riset, inovasi, seni, olahraga, hafiz Al-Qur’an, kepemimpinan, dan pengabdian masyarakat—adalah cermin dari keberagaman kecerdasan mahasiswa kita.

Tetapi lebih dari itu: ia adalah pesan kepada bangsa bahwa perguruan tinggi masih menjadi tempat lahirnya harapan.

Dalam sambutan saya saat penganugerahan itu—sebagaimana juga diberitakan ANTARA—saya sampaikan bahwa penghargaan bukanlah “akhir dari sebuah perjalanan”, melainkan “kompas” yang mengarahkan langkah selanjutnya.

Kita merayakan prestasi bukan untuk berhenti, tetapi untuk memulai babak yang lebih panjang.

Prestasi dalam Konteks Moral Bangsa

BACA JUGA:Saatnya yang Muda Kembali Memimpin PBNU

BACA JUGA:Dua Figur Besar Layak Menjadi Rais Aam PBNU Periode Mendatang.

Di tengah kompetisi global, kita mudah lupa bahwa prestasi adalah bagian dari konstruksi moral bangsa.

Ia bukan sekadar kecakapan teknis, tapi cermin karakter. Martha Nussbaum, dalam Creating Capabilities (2011), menekankan bahwa kemajuan sejati hanya terjadi ketika manusia diberi ruang untuk berkembang secara bermartabat—menghidupkan pikirannya, merawat jiwanya, dan mengabdi pada masyarakatnya.

Di Indonesia, hal itu mendapat resonansi dalam tradisi pendidikan Islam: ilmu harus dibarengi adab.

Kategori :