BACA JUGA:Koperasi Merah Putih: antara Mengejar Efisiensi Bersama dan Merawat Modal Sosial
BACA JUGA:KESADARAN GEOPOLITIK
Beberapa langkah strategis yang sedang dan akan terus diperkuat: Pertama, penguatan mentoring akademik dan riset; kedua, pemerataan akses fasilitas bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu; ketiga, kolaborasi internasional kampus–industri–pesantren; dan keempat, integrasi kurikulum berbasis nilai dan spiritualitas.
Sebagaimana dikemukakan Ziauddin Sardar dalam Reading the Qur’an (2011), masyarakat masa depan hanya bisa bertahan bila ia memadukan tiga hal: ilmu, nilai moral, dan kemampuan merespons perubahan.
Inilah tugas kampus hari ini.
Saya percaya, keberhasilan 633 mahasiswa ini mengandung pesan penting bagi bangsa: bahwa generasi muda Indonesia masih punya energi untuk bermimpi dan bekerja keras.
Mereka bukan produk kebetulan; mereka lahir dari doa, dari jerih-payah orang tua, dari dedikasi dosen, dan dari ekosistem kampus yang terus membaik.
Dari kampus Ciputat, kita belajar bahwa harapan itu nyata.
BACA JUGA:Bolehkah Non-Muhrim Bersalaman? Sebuah Tinjauan Hukum Diperbolehkan dengan Catatan
BACA JUGA:Perbedaan Sistem Pesantren dan Feodalisme-Fasisme
Bahwa prestasi bisa dilatih. Bahwa adab bisa ditumbuhkan. Bahwa keunggulan bisa diwariskan.
Dan bahwa masa depan Indonesia akan sangat ditentukan oleh bagaimana kita memperlakukan mahasiswa hari ini: sebagai penerima penghargaan, atau sebagai penerus peradaban.
Saya memilih yang kedua.
*Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)*