Ia adalah penanda amanah.
BACA JUGA:Pahlawan Baru di Zaman Ilmu
BACA JUGA:Gelombang Suksesi: Mencari Talenta yang Tepat untuk Mencapai Keberlanjutan
Dalam tradisi pesantren pun, ilmu tidak berhenti pada hafalan; ia menjadi cahaya yang harus dibagikan.
Mahasiswa yang dianugerahi penghargaan ini, karenanya, sedang menerima mandat moral untuk menghadirkan manfaat bagi masyarakat.
Menghubungkan Ilmu, Adab, dan Kebangsaan
Prestasi mahasiswa adalah refleksi dari arah bangsa.
Bila generasi mudanya kuat komitmen moralnya, tangguh kapasitas intelektualnya, dan jernih spiritualitasnya, maka Indonesia memiliki fondasi kokoh untuk masa depan.
Integrasi ilmu dan iman yang sudah lama hidup dalam tradisi keilmuan Islam harus diterjemahkan ulang dalam konteks sekarang.
BACA JUGA:Tiga Kelebihan Bauran BBM dengan Etanol
BACA JUGA:Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia
Murid ulama klasik belajar matematika dan tasawuf dalam satu majelis. Ulama Nusantara—seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, dan tokoh-tokoh penyambung sanad ilmu—mengajarkan bahwa pendidikan adalah proses membangun keluhuran budi.
Azyumardi Azra, dalam Jaringan Ulama Nusantara, bahkan menunjukkan bahwa tradisi intelektual Islam Nusantara bersifat kosmopolit: terbuka, dialogis, dan integratif.
Nilai-nilai itu saya lihat kembali pada mahasiswa yang menerima penghargaan ini: mereka datang dari latar sosial yang beragam, namun dipersatukan oleh semangat belajar dan pengabdian.
Menghindari “Euforia Prestasi”
Dalam acara Student Achievement Award 2025, saya menyampaikan pesan yang sederhana tetapi penting: jangan terjebak euforia. Kebanggaan sesaat adalah musuh ketekunan.