Jurnalis Senior Malaysia Diserang Usai Kritik Tajam ke FAM Soal 7 Pemain Naturalisasi Palsu, NPC dan Geramm Marah

Rabu 26-11-2025,05:10 WIB
Reporter : Risto Risanto
Editor : Risto Risanto

JAKARTA, DISWAY.ID - Pendiri media independen Twentytwo13 yang berbasis di Kuala Lumpur, Haresh Deol dilaporkan menjadi korban penyerangan pada Selasa siang, 25 November 2025.

Aksi penyerangan terhadap Haresh Deol itu terjadi usai dirinya secara vokal menyuarakan kritikan terhadap FAM soal 7 pemain naturalisasi palsu.

Informasi tersebut pertama kali diungkapkan melalui unggahan di platform X oleh wakil presiden National Press Club of Malaysia (NPC).

Dalam unggahannya, Haresh Deol menyebut bahwa ia diserang oleh dua orang, sementara satu pelaku lainnya merekam kejadian tersebut.

BACA JUGA:FAM Kian Terpuruk: Skandal Naturalisasi 7 Pemain Timnas Malaysia Berujung Krisis Keuangan dan Investigasi FIFA

Setelah insiden penyerangan Haresh Deol itu, ia langsung membuat laporan resmi ke pihak kepolisian.

Meski Haresh Deol belum memaparkan rincian lengkap soal serangan tersebut, rekannya sekaligus mitra bisnis, Pearl Lee, memastikan bahwa kejadian berlangsung di kawasan Bangsar.

Ia menekankan bahwa insiden ini adalah pengalaman pertama Haresh mengalami kekerasan sepanjang 25 tahun kariernya sebagai jurnalis.

"Semoga proses hukum berjalan dan keadilan ditegakkan,” ujar Pearl Lee saat memberikan pembaruan kondisi Haresh Deol.

Presiden NPC, Datuk Ahirudin Attan atau dikenal luas sebagai Rocky Bru, turut mengecam keras tindakan tersebut.

BACA JUGA:AFC Denda FAM dan Klub Malaysia, Fans Minta FIFA Jatuhkan Hukuman Seumur Hidup Skandal Naturalisasi Palsu

Ia menyebut serangan terhadap Haresh sebagai tindakan pengecut dan tidak dapat dibenarkan dalam konteks apa pun.

Media Scoop, yang berada di bawah Big Boom Media tempat Ahirudin menjabat sebagai direktur eksekutif, juga mengonfirmasi bahwa mereka telah berupaya menghubungi Haresh untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut.

Kecaman serupa datang dari Gerakan Media Merdeka (Geramm). Organisasi yang fokus mengadvokasi kebebasan pers itu mendesak polisi melakukan penyelidikan menyeluruh dan transparan.

Geramm menilai tindakan kekerasan terhadap jurnalis bukan hanya mengancam keselamatan pribadi, tetapi juga merusak hak publik untuk memperoleh informasi yang independen.

Kategori :