Stop! Buya Yahya Peringatkan Bahaya Gunakan Baju Bekas sebagai Lap Sembarangan, Luruskan Mitos ‘Pamali’

Jumat 28-11-2025,06:14 WIB
Reporter : Risto Risanto
Editor : Risto Risanto

Menanggapi anggapan “pamali” atau pantangan menjadikan baju sebagai lap, Buya Yahya menjelaskan bahwa hal tersebut lebih berkaitan dengan pembiasaan buruk, terutama bagi anak-anak.

Jika anak melihat orang tua menjadikan baju apa pun sebagai lap, mereka bisa meniru dan merusak pakaian tanpa pertimbangan.

“Bisa jadi anak melihat ibunya pakai baju bagus untuk lap, nanti baju baru bapaknya pun dipakai lap,” ujar Buya Yahya.

Oleh karena itu, bila baju sudah tidak layak dipakai, Buya Yahya mengatakan boleh dimanfaatkan sebagai lap atau keset, asal sebelumnya diubah bentuknya agar tidak menjadi contoh buruk bagi anak.

BACA JUGA:Berhubungan Suami Istri Setelah Imsak Apakah Boleh? Buya Yahya Bilang Begini

Peringatan: Jangan Hadiahkan Baju yang Tidak Menutup Aurat!

Buya Yahya juga memberikan catatan penting bagi mereka yang ingin menyumbangkan baju bekas.

Ia mengisahkan pengalamannya ketika menggalang donasi pakaian untuk masyarakat terpencil, tetapi banyak baju yang diterima justru tidak layak pakai karena modelnya terlalu terbuka.

Buya Yahya menegaskan seperti ini:

- Baju yang tidak menutup aurat tidak pantas diberikan kepada orang lain

- Memberikan baju jahiliah hanya akan menjerumuskan orang lain dalam dosa

- Jika pakaian terlalu terbuka atau menggambarkan simbol pihak yang memusuhi Islam, maka lebih baik dijadikan lap saja

“Kalau Anda tobat, jangan berikan baju jahiliah Anda kepada orang lain,” ujar Buya Yahya.

Namun jika baju dapat diperbaiki sehingga menutup aurat, barulah pakaian tersebut boleh disumbangkan.

BACA JUGA:Hukum Merayakan Tahun Baru 2025 Menurut Islam, Begini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat, Buya Yahya, dan Ustaz Khalid Basalamah

Penyebab Rezeki Menyempit: Menyia-Nyiakan Nikmat

Menurut Buya Yahya, inti dari persoalan ini bukan pada kain lap atau pakaian bekas itu sendiri, melainkan sikap seseorang dalam memperlakukan rezeki yang diberikan Allah.

Ketika seseorang tidak menghargai pemberian Allah, misalnya merusakkan pakaian yang masih layak pakai—hal itu termasuk perilaku menyia-nyiakan karunia. Inilah yang membuat rezeki terasa sempit.

Kategori :