Jika dibandingkan tahun sebelumnya, masih terjadi peningkatan jumlah kasus yang ditemukan. Namun ia menekankan bahwa peningkatan ini lebih menggambarkan keberhasilan deteksi, bukan semata-mata meningkatnya penularan.
BACA JUGA:Pencekalan Bos Djarum Ke Luar Negeri Dicabut Kejagung, Ada Unsur Kepentingan?
Secara akumulatif, dalam 10 tahun terakhir, terdapat 33.000 kasus. Dari jumlah itu, 14.000 orang sudah menjalani pengobatan. “Semakin banyak kita temukan, semakin bagus. Yang penting ketemu dulu, lalu kita obati,” tegasnya.
Mayoritas penularan HIV di Bali, kata Gde Anom, masih didominasi oleh hubungan seksual, disusul oleh penularan melalui penggunaan jarum suntik narkotika.
Untuk kelompok dengan risiko hubungan seksual tinggi, langkah pencegahan paling efektif tetap penggunaan kondom. “Kalau memang harus, pakailah alat pengaman. Kita harus tegas soal pencegahan,” ujarnya.
Dalam momen Hari AIDS Sedunia, Kadiskes Bali menyampaikan tiga pesan utama. Pertama, hindari seks bebas atau perilaku seksual berisiko. Kedua, jauhi narkoba, terutama yang melibatkan jarum suntik. Ketiga, edukasi masyarakat, pahami pencegahan, kenali gejala, dan segera berobat jika berisiko.
Saat ini, tutur Anom, ada 62 fasilitas kesehatan di Bali yang melayani pengobatan HIV dengan SOP yang ketat dan aman. Pengobatan HIV juga gratis. “Dengan rutin berobat, pasien bisa hidup normal dan tidak menularkan lagi,” jelas Anom.
Ia berharap dengan semakin banyak kasus ditemukan dan diobati, angka penularan dapat terus menurun di tahun-tahun mendatang.(*)