Dan, ada juga Call of Duty (mobile).
Versi mobile game ini sempat menuai kontroversi.
Beberapa pihak menilai kontennya yang penuh adegan perang dan nuansa militer tidak layak dimainkan oleh anak-anak.
BACA JUGA:Pasca Ledakan SMAN 72, Prabowo Instruksikan Adanya Pembatasan Game Online
Namun para psikolog menegaskan bahwa game online tidak serta-merta menyebabkan perilaku menyimpang.
Efek game sangat dipengaruhi faktor internal anak, kondisi psikologis, pengalaman perundungan, dan pengawasan keluarga.
Dalam banyak kasus, game justru hanya menjadi ruang pelarian, bukan sumber masalah utama.
Disway.id mencoba menelusuri kepada para pakar dan pihak berwenang, bagaimana game online dapat menjadi racun digital yang berbahaya.
BACA JUGA:Kominfo Ungkap Judol Sasar Anak-anak melalui Modus Game Online
KPAI Dorong Orangtua Tingkatkan Literasi Digital dan Pengawasan
Ancaman penyimpangan perilaku pada anak akibat akses digital.
Khususnya game online, yang jauh dari pengawasan orang tua semakin mengkhawatirkan.
KPAI melihat kasus ini sebagai peringatan keras bahwa ekosistem digital anak belum aman.
Dengan akses yang luas dan tanpa filter usia yang efektif, anak mudah terpapar konten ekstrem.
Peristiwa di SMAN 72 Jakarta menjadi potret buram di mana pengaruh game online dan media sosial membawa dampak negatif.
Cara mengatasi agar anak tidak kecanduan main game online-Pexels.com/Marta Wave-
BACA JUGA:Kominfo Ungkap Judol Sasar Anak-anak melalui Modus Game Online