BACA JUGA:Dampak Positif dan Negatif Game Online yang Bakal Dibatasi Buntut Tragedi Ledakan SMAN 72
Seorang ayah, Reynas, membuat aturan jelas: ponsel hanya boleh Sabtu–Minggu.
“Hari sekolah nggak main gadget. Dia sendiri yang minta, ikut aturan teman-temannya,” katanya.
Ia dan istrinya bergantian mengawasi.
“Kalau ada konten yang nggak bagus, saya bilang: skip, itu dosa,” ujarnya sambil tertawa.
Dirinya mengaku mengawasi penuh bersama sang istri saat anaknya bermain gadget atau mengakses sosial media seperti mengakses YouTube kids dan bermain game.
"Kayak kami mengawasi saat dia bermain game dan mengakses YouTube kids," lanjutnya.
BACA JUGA:Pakar Kebijakan Publik: Presiden Ingin Negara Hadir, Pelajar Tidak Jadi Korban Game Online
Kemudian ada juga orang tua lainnya, Aang Farhan yang merupakan warga Parung Panjang.
Aang memilih jalur berbeda: tidak memberi gawai sama sekali.
Anaknya lebih suka membaca buku sejarah dan novel.
“Alhamdulillah anak saya memang suka baca. Jadi ya nggak kami kasih HP,” katanya.
"Emg saya sepakat sama bokin ga kasih aja. Walau dipergaulan teman-temannya pada menggunakan gadget," ucapnya.
BACA JUGA:Dampak Positif dan Negatif Game Online yang Bakal Dibatasi Buntut Tragedi Ledakan SMAN 72
Dampak Game Kekerasan pada Ideologi, Emosi, dan Perilaku Remaja
Psikolog Kasandra Putranto menegaskan bahwa game kekerasan tidak otomatis membuat anak menjadi pelaku kekerasan, namun bisa memengaruhi cara mereka memandang konflik jika tidak ada pendampingan.