BAB Berdarah Bukan Cuma Ambeien, Jangan-Jangan Penyakit Radang Usus Kronis

Kamis 11-12-2025,04:16 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

JAKARTA, DISWAY.ID – Jangan meremehkan buang air besar (BAB) berdarah.

Dikira awalnya ambeien, ternyata radang usus.

IBD atau Inflammatory Bowel Disease adalah penyakit radang usus kronis yang menyebabkan peradangan jangka panjang pada saluran cerna.

Kondisi ini mencakup dua bentuk utama, yakni Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn, yang memiliki karakteristik dan komplikasi berbeda.

BACA JUGA:Bupati Aceh Selatan Belum Terlatih Krisis Bencana Alam, Mendagri Siapkan Pembinaan Khusus Penanganan Bencana

Kolitis Ulseratif menyerang usus besar dan rektum dengan peradangan di lapisan mukosa, sementara Penyakit Crohn dapat muncul di seluruh saluran cerna dengan peradangan yang lebih dalam dan tidak merata.

IBD kerap memunculkan gejala seperti diare, nyeri perut, penurunan berat badan tanpa sebab, demam, mudah lelah, hingga BAB berdarah.

Sifatnya yang progresif, menjadikan deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius di kemudian hari.

BACA JUGA:2 Cara Klaim Saldo DANA Gratis Rp125.000 ke Dompet Digital Khusus Sore Ini, Modalnya Cuma HP

Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterohepatologi, menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap gejala IBD.

“IBD sering kali muncul dengan gejala yang sangat umum seperti diare, nyeri dan kram perut, mudah lelah, demam, BAB berdarah, sampai penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas,” katanya.

BACA JUGA:2 Cara Klaim Saldo DANA Gratis Rp125.000 ke Dompet Digital Khusus Sore Ini, Modalnya Cuma HP

Lalu apa bedanya dengan ambeien?

Ambeien juga ditandai BAB berdarah

Hanya saja, ada faktor mendukung dan pemicu lainnya.

“Oleh karena itu, banyak pasien yang tidak segera memeriksakan diri. Padahal, jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat berkembang menjadi komplikasi yang berat. Mendeteksi IBD lebih awal memungkinkan pasien mencegah terjadinya komplikasi. Pemeriksaan dapat meliputi pemeriksaan riwayat pasien, fisik, laboratorium, endoskopi, biopsi, serta pemindaian (CT scan dan MRI),” ucapnya

Kategori :