Bencana yang terjadi pada 26 November 2025 tersebut menimbulkan dampak luas, baik secara material maupun psikologis.
BACA JUGA:Hotman Soroti Restitusi Pajak NCD CMNP: Kalau Palsu Kenapa Diterima?
BACA JUGA:Cerita Mencekam Satpam Saat Kebakaran Gedung Terra Drone: Baterai Meledak Usai Disemprot APAR
Banyak mahasiswa asal berbagai kabupaten/kota di Aceh dilaporkan kesulitan berkomunikasi dengan keluarga serta tidak menerima kiriman dana hampir satu minggu pascabencana.
Menyikapi kondisi tersebut, BPK Wilayah I bersama perwakilan 17 Himpunan Mahasiswa/Paguyuban dari kabupaten/kota terdampak menggagas aksi solidaritas berbasis budaya untuk memberikan dukungan moral, sosial, dan edukatif.
17 Himpunan Mahasiswa/Paguyuban yang terlibat dalam aksi solidaritas ini antara lain mahasiswa/ paguyuban yang berasal dari Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Aceh Timur, Kota Langsa, Aceh Tamiang, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Singkil, dan Kota Subulussalam.
Menurut Piet Rusdi, antusiasme mahasiswa dalam kolaborasi ini menunjukkan bahwa kebudayaan tetap menjadi salah satu cara paling kuat untuk menghadapi masa krisis.
BACA JUGA:Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor Paparkan Capaian Kinerja dan Program Prioritas 2025
BACA JUGA:Pupuk Indonesia Siap Tindak Tegas Kios Nakal yang Melanggar HET Pupuk Bersubsidi
“Sambutan baik dari para mahasiswa untuk kolaborasi ini menunjukkan bahwa kebudayaan masih menjadi salah satu cara menghadapi masa krisis. Bersama-sama, bergotong royong,” pungkasnya.
Melalui kolaborasi lintas daerah dan pendekatan kebudayaan ini, Kementerian Kebudayaan berharap pemulihan pascabencana dapat berjalan lebih efektif, tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga pemulihan psikososial dan penguatan kohesi sosial masyarakat Aceh.