Hari Transmigrasi 2025: Daerah Terluar Morotai Diproyeksikan Jadi Lumbung Ekspor Nasional

Minggu 14-12-2025,03:27 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

Di darat, nasib petani kelapa tak lebih baik.

Dari setiap buah kelapa, hanya 31% dagingnya yang diolah menjadi kopra. Sebanyak 69% sisanya—sabut, batok, dan air kelapa—terbuang percuma.

“Padahal, dengan teknologi tepat guna, sabut bisa diolah menjadi serat kelapa untuk industri otomotif dan furnitur, batok menjadi briket arang ekspor, dan air kelapa menjadi nata de coco yang laris di Asia,” papar Tahmid Bilo, SP., MMA, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Morotai.

 

Menjawab tantangan itu, menurut Rachma Ketua TEP Patriot UI di Pulau Morotai, Kementerian Transmigrasi dan Kementerian terkait lainnya, bersama pemerintah daerah merancang solusi terpadu berbasis evidence-based policy.

BACA JUGA:Kembangkan Program Industri dan Transmigrasi, Kemenperin dan Kementrans Resmi Tandatangani MoU Terobosan Baru

Titik temu (nexus) antara kebutuhan energi, perikanan, pariwisata dan agroindustri menjadi kunci.

Di Desa Sangowo Timur, sedang dibangun kawasan terintegrasi yang menggabungkan Kampung Nelayan Merah Putih dan Koperasi Desa Merah Putih. Ini adalah terobosan nyata,” ujar Syarif Sumtaki, Kepala Desa Sangowo Timur.

Program ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat desa melalui kolaborasi kampung nelayan dan sistem koperasi yang terstruktur dan berdaya saing

BACA JUGA:Kementerian Transmigrasi Bangun Kampus Patriot di Papua Selatan, Siapkan 1.000 Beasiswa untuk Mahasiswa Termasuk dari Papua

Revolusi Pendidikan: Goes To School

Transformasi infrastruktur harus dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang visioner dan berwawasan global.

Oleh karena itu, program transmigrasi ke Morotai disertai dengan gerakan pendidikan menyeluruh.

Tim Ekspedisi Patriot UI bersama Pemerintah Kabupaten Morotai meluncurkan inisiatif “Goes to School, Sekolah Tanggap Bencana & Sekolah Masuk Museum”.

Program ini dirancang untuk membangun karakter, literasi, dan kecintaan pada lokalitas sejak dini.

BACA JUGA:Transmigrasi Jadi Zona Ekonomi Baru, Indonesia Gaet Investasi Raksasa dari Tiongkok

“Anak-anak tidak hanya belajar dari buku. Mereka diajak memahami sejarah heroik Trikora Mandala, meningkatkan kesiapsiagaan bencana, dan mengenal potensi daerahnya secara langsung. Ini membentuk generasi yang cerdas, tangguh, dan bangga akan identitasnya,” ungkap Didik Wahyudi, S.Pd.I, Kepala Sekolah SD 1 Daruba Morotai.

Kategori :