Di tengah tuntutan menghadirkan pelatih kelas dunia, federasi harus realistis dengan kemampuan keuangan, termasuk biaya gaji, fasilitas, dan operasional jangka panjang.
PSSI juga menegaskan bahwa nama besar tidak selalu menjamin prestasi.
Pengalaman masa lalu menjadi pelajaran bahwa reputasi tinggi tanpa kesesuaian sistem dan anggaran justru berisiko menjadi blunder.
BACA JUGA:Mbappe vs Dembele: Duel Panas Menuju Gelar FIFA The Best
Kini, PSSI berada dalam posisi terjepit.
Di satu sisi, publik menuntut prestasi dan transparansi.
Di sisi lain, federasi dihadapkan pada realita anggaran yang terbatas serta kritik tajam terhadap kinerja Exco.
Drama pemilihan pelatih Timnas Indonesia belum usai.
Namun satu hal jelas, borok internal PSSI perlahan terbuka, dan publik tak lagi mudah menerima alasan normatif tanpa pertanggungjawaban nyata.