Gadis Embun

Gadis Embun

Della (jilbab kuning) dengan sesama mahasiswa di Rizhao.--

Utang harus dibayar –kalau ingat. Saya pun lupa kalau pernah ''umuk'' akan bisa menulis soal anak sopir yang kini kuliah di Rizhao, Tiongkok. Untung ada perusuh yang jadi debt collector.

Hampir saja saya tidak bisa membayar utang itu. Saya sudah telanjur meninggalkan Rizhao. Sudah ke mana-mana. Ke Qingdao, ke Beijing, ke Huhehaode, ke Beijing lagi, dan sekarang ke kota kecil yang saya pun belum pernah ke sini: Datong. Ini di provinsi Shanxi –yang punya tiga tempat wisata kelas Bintang Lima.

Saya tidak untuk berwisata ke Datong –meskipun mampir juga ke sana. Saya untuk ke suatu tempat yang sudah lama saya inginkan, tapi tidak mudah kesampaian. Kelak Anda akan tahu objek apa itu.

Dari Datong saya mencari nomor telepon anak sopir dari Muncar, Banyuwangi itu. Anda sudah tahu namanyi: Della Rizkyana Okvitaria. Panggilannyi: Della.

Nama Mandarinnyi: 林慧美.


Della bersama ayahnya.--

Saya pun minta tolong Della untuk membayarkan utang saya. Sekalian saya ingin tahu apakah Della pandai menulis.

Saya tahu, saat di SMK Telkom, Malang, nilai terbaiknyi selalu matematika. Tapi siapa tahu dia juga pintar menulis. Della mau.

"Untuk menulis di Disway ada ketentuan apa saja?" tanya Della.

"Bebas. Apa pun yang melintas di kepala Anda langsung Anda tulis," jawab saya.

Della yang kini kuliah di bidang e-commerce di Rizhao, menyanggupi untuk menuliskan ceritanyi.

"Kapan tulisan harus saya kirim?” tanya Della.

"Kalau bisa dalam satu hari, paling lambat dua hari".

"好的," kata Della.

Saya pun kaget. Lima jam kemudian saya menerima Wechat dari Della.

"Tulisan sudah saya kirim," ujar Della.

Wowwww.

Maka inilah tulisan Della. Judul itu pun dari dia.(Dahlan Iskan)

---

Aku lahir dan tumbuh di sebuah sudut kecil bernama Muncar, di Banyuwangi, Jawa

Timur. Muncar dikenal sebagai kota nelayan, dengan bau asin laut yang lekat, debur ombak yang kuat, dan semangat keras masyarakatnya dalam menjalani hidup.

Dari sinilah aku berasal. Seorang gadis biasa, anak terakhir dari dua bersaudara, dengan mimpi yang mungkin dianggap terlalu tinggi untuk ukuran anak seorang sopir.

Tapi mimpi itu tetap ada.

Aku tumbuh di masa sulit. Kedua orang tuaku sudah tak lagi bekerja. Bapakku

yang dulu sopir, kehilangan pekerjaan, dan ibuku harus banting tulang berjualan

sembako dan sayuran.

Aku hidup dari tetes-tetes akhir perjuangan mereka dan bantuan kerabat/saudara. Sampai ibuku menyebutku gadis tetes embun. Aku hidup dari tetesan kebaikan dan perjuangan keluarga yang tak pernah habis.

Mimpi untuk kuliah di luar negeri muncul saat aku mulai masuk SMP. Saat itu untuk kali pertama aku mendapat pelajaran Bahasa Inggris resmi di sekolah. Entah kenapa, ada percikan semangat yang tumbuh. Aku ingin suatu hari belajar di luar negeri, menggunakan bahasa asing yang dulu terasa asing di telinga.

Tapi aku tahu, itu bukan mimpi yang mudah. Apalagi di tempat tinggalku, pendidikan belum menjadi prioritas. Pernikahan dini juga masih banyak dan perempuan tak selalu didorong untuk bermimpi setinggi itu.

Ketika aku lulus SMP, aku ingin sekolah di tempat yang bisa membuka jalan ke masa depan. Keluargaku menyarankan SMK Telkom Malang, sekolah swasta dengan kualitas bagus, tapi biayanya tinggi. Apalagi berada jauh dari kota tempatku tinggal pasti juga perlu menyiapkan biaya untuk menyewa tempat tinggal dan biaya hidup.

Aku sempat ragu, tapi mereka meyakinkan. Mereka bilang, akan mengusahakan semuanya. Dan aku percaya. Namun, tidak semua jalan mulus. Di tengah perjalananku di SMK, kami benar-benar kehabisan biaya. Aku sempat menangis, ingin berhenti sekolah, ingin pindah saja.

Tapi orang tuaku, kakakku, bude-pakdeku mereka semua turun tangan. Mereka memastikan aku tetap bisa belajar, tetap bisa bermimpi. Dari mereka aku belajar arti gotong royong dalam cinta dan kasih sayang.

Di SMK Telkom, Malang, aku melihat banyak alumni yang kuliah di luar negeri. Mimpiku yang dulu sempat kusimpan, menyala lagi. Tapi aku tahu, keluargaku hanya mampu membiayai sekolah, bukan kursus atau persiapan kuliah di luar negeri.

Jadi aku belajar sendiri, menyiapkan semuanya sendiri. Sampai akhirnya aku ikut program magang yang menjanjikan beasiswa kuliah. Aku sempat merasa tenang, merasa aman. Tapi ternyata, beasiswa itu dicabut tanpa alasan. Hatiku hancur.

Aku berhenti sekolah setahun.

Tapi aku tidak tinggal diam. Aku mendaftar program pertukaran pelajar ke Korea Selatan dan lolos. Rasanya seperti mimpi. Tapi tak lama, bencana alam melanda Korea dan visaku ditolak. Sponsor sudah ada, harapan sudah tinggi dan semuanya runtuh begitu saja. Aku frustrasi. Tapi aku mencoba bangkit lagi.

Aku kembali lolos program pertukaran pelajar ke tiga negara: Malaysia, Singapura, dan Thailand. Aku berangkat dengan tanggung jawab besar: menjaga nama baik para sponsor yang sudah percaya padaku. Setelah pulang ke Indonesia, aku kembali dihantui kenyataan. Teman-temanku sudah kuliah, aku masih mencari jalan.

Aku daftar berbagai beasiswa ditolak semua. Di tengah kegalauan, aku pergi ke Kampung Inggris, Pare, Kediri. Niatnya belajar TOEFL, juga ikut UTBK. Uang seadanya, tapi aku bertemu seseorang yang baik hati, yakni owner tempat kursus yang memberiku harga murah.

Di sana aku belajar 6 bulan penuh. Aku bolak-balik Pare-Surabaya naik bus hanya untuk mengurus SKCK dan berkas pendaftaran beasiswa. Aku daftar ke banyak universitas di luar negeri. Tapi lagi-lagi, semua menolakku. Hingga harapanku terakhir: UTBK. Tapi hasilnya juga tak memihakku.

Aku patah. Rasanya seperti tak ada lagi pintu yang terbuka. Tapi saat itu, aku mendengar tentang program pengabdian masyarakat. Aku daftar. Di sana, di Dieng, Jateng, aku membantu warga, mengajar anak-anak tanpa bayaran. Aku mungkin tak punya gelar, tapi aku ingin tetap berguna.

Di antara para relawan itu, hanya aku yang belum kuliah. Minder? Pasti. Tapi aku percaya, Tuhan tidak membawa kita sejauh ini hanya untuk menyerah. 

Lalu, ketika aku sedang dalam perjalanan ke tempat pengabdian selanjutnya, aku dapat kabar dari grup alumni SMK. Ada program beasiswa ke Tiongkok. Aku daftar. Gratis. Dan di dalam kereta ekonomi yang berisik, aku mengikuti wawancara. Dengan kondisi seadanya. Dan malam itu juga aku dinyatakan lolos.

Aku menangis. Bahagia. Mataku berbinar. Untuk pertama kalinya dalam waktu lama, aku melihat cahaya. Untuk pertama kalinya, aku bisa bilang pada diriku sendiri: Akhirnya, jalanku dibuka juga.

Tapi perjuangan belum selesai. Setelah dinyatakan lolos, aku harus mengikuti program persiapan keberangkatan yang berlangsung sekitar satu bulan penuh di mess Surabaya. Di sanalah, kami para penerima beasiswa dikumpulkan. Fokus utama kami waktu itu adalah belajar dasar-dasar bahasa Mandarin dan memahami budaya serta sistem pendidikan di Tiongkok.

Aku datang tanpa latar belakang bahasa Mandarin sama sekali. Nol besar. Jadi setiap hari benar-benar seperti menghadapi hal baru yang asing tapi menantang. Hari-hariku di mess Surabaya penuh dengan jadwal padat. Mulai pagi kami belajar.

Di sela-sela itu, kami juga harus mempersiapkan dokumen keberangkatan. Aku bahkan sempat belajar cara menggunakan sumpit. Saya tahu betul hidup di negeri orang butuh adaptasi sampai ke hal terkecil.

Di tengah semua kesibukan itu, satu hal yang paling berat bagiku adalah: jauh dari rumah selama proses persiapan. Aku tidak bisa pulang ke Muncar sejak aku selesai dari Pare dan ikut pengabdian masyarakat beberapa bulan. Saya tidak bisa melihat wajah ibu dan bapak setiap hari. Tapi aku tahu, ini semua bagian dari jalan yang sedang Tuhan buka untukku.

Setelah hampir sebulan, akhirnya aku mendapat kesempatan pulang untuk sebentar saja. Aku kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk bahagia bisa bertemu ibu dan kakak, tapi juga sedih karena harus segera berpisah dengan mereka untuk waktu yang tidak sebentar.

Hatiku semakin berat ketika tahu bahwa aku tidak bisa bertemu bapak, karena beliau sedang bekerja sebagai sopir truk di luar kota. Tapi saya tetap berpamitan lewat video call. Waktu itu, aku hanya bisa menangis dalam diam, melihat wajah bapak yang penuh peluh, tapi tetap tersenyum bangga padaku.

Bapak bilang,  hati-hati ya, Nduk. Sing sabar, sing semangat. Doa bapak selalu untuk kamu. Dan aku tahu, itu cukup. Itu sudah lebih dari cukup. 

Hari keberangkatan pun tiba. Dengan koper dan harapan, aku melangkah ke bandara. Berat rasanya meninggalkan tanah tempat aku dibesarkan, tapi aku membawa pesan dan doa dari kampungku. Dari Muncar. Dari keluarga yang selalu jadi rumah, tak peduli seberapa jauh aku pergi.

Sekarang aku ada di Tiongkok. Negeri asing yang dulunya hanya bisa kulihat lewat layar dan mimpi. Aku masih belajar banyak hal. Bahasa, budaya, sistem baru. Semuanya masih proses. Tapi aku tidak takut. Karena aku sudah pernah berdiri di titik paling bawah dan tetap bisa bertahan. Jadi aku tahu, aku bisa.

Sekarang aku ada di Tiongkok. Belajar. Berjuang. Menata masa depan. Tak semua hari mudah, tapi aku percaya Tuhan sedang menunjukkan jalanku. Jalur penuh luka, tapi penuh makna.(*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 15 Mei 2025: Olimpiade Ijazah

Agus Suryonegoro III

ALUMNI DIRUT PABRIK LISTRIK.. PENGGEMAR YANG GRATISAN.. "Saya boleh ikut meski saya tidak punya ijazah universitas. Diberi seragam lari secara gratis. "Saya serasa lulus jurusan listrik dari universitas ternama itu. ### Ha ha.. Gratis.. (Dah itu aja komentar saya. Sambil tertawa. Tetapi saya bukan, dan tidak mentertawakan.. Saya hanya pingin bilang: Kalau gratis, oe juga mau.. Pak Dahlan bukan lulusan jurusan listrik. Tapi alumni Dirut pabrik listrik Indonesia.. He he)..

Suhari Ete

Lari dan Jogging adalah olahraga yang paling saya sukai, sebagai orang yang simple, di bandingkan dengan olahraga lainnya, misal jika ingin bersepeda, perlu sepeda yang layak. Ingin berenang, harus mencari kolam renang. Ingin ke gym, butuh biaya dan waktu khusus. Di antara berbagai pilihan olahraga, lari menjadi salah satu yang paling sederhana dan efisien. Lari tidak memerlukan banyak perlengkapan. Cukup dengan sepasang sepatu yang nyaman, kita sudah bisa mulai. Bisa dilakukan kapan saja—pagi hari saat udara masih segar, atau sore hingga malam hari setelah aktivitas seharian. Bisa dilakukan sendiri atau bersama teman, dan tempatnya pun fleksibel, baik di jalan kompleks, taman, hingga jalur khusus lari. Lari juga dikenal baik untuk kesehatan mental. Banyak orang menyebutnya sebagai bentuk meditasi dalam gerakan. Ketika tubuh bergerak ritmis dan napas mulai teratur, pikiran pun terasa lebih ringan. Stres berkurang, suasana hati membaik. Dari sisi fisik, lari memberikan manfaat yang luar biasa. Kesehatan jantung meningkat, daya tahan tubuh membaik, dan kalori terbakar lebih banyak. Banyak orang yang berhasil menjaga berat badan atau bahkan menurunkannya secara konsisten berkat kebiasaan berlari. Namun, bagi yang mungkin belum siap untuk langsung berlari atau memiliki kondisi tertentu, jalan biasa atau cepat bisa menjadi alternatif yang sangat baik. Meskipun terlihat ringan, jalan cepat tetap memberikan manfaat besar. Tapi jangan sambil menghayal atau ikut mikirin ijazah

Alexs

Ada tulisan sedikit kemarin tentang GoTo, ternyata Abah sudah dapat bocorannya kalau GoTo dan Grab akan diakuisisi pemerintah. Mungkinkah issue ini nantinya akan diambil alih sama Danantara?. Atau akan jadi anak usaha baru seperti BUMN lainnya. Hayooooooo gercep yang mau beli sahamnya mumpung masih rendah. Dan jual nanti saat sahamnya sudah naik sebelum amblas lagi, siapa tahu bisa jadi orang tajir baru di situasi ekonomi sulit ini. Saya cuma saran saja siapa tahu dapat 10% nantinya. Sik tak cek isi dompet ternyata masih saja isinya 5 lembaran 2.000 perak......amsiong. Apakah ketika harga sahamnya naik nanti, ke 4 - 5 juta para pengemudi Gojek dan Grab ini jadi lebih baik kondisi ekonominya?. Atau malah para pemilik saham mayoritasnya saja yang panen raya kembali?. Lha wong kemarin THR saja dapatnye cuman 50 ribu kok....kata para driver Ojol, amsiong lagi.

- @Mirza. Bukan Guangzhi tapi Guangxi 广西 yang menjadi daerah otonom untuk suku minoritas Zhuang 壮 (=robust, strong). Guangxi ada di sebelah barat Guangdong 广东. Suku Zhuang tersebar di Guangxi 广西 (Vast 广West 西), Guangdong 广东 (Vast 广East 东) /Kwangtung/Canton, Yunnan 云南 (South 南Cloud 云)/Yuinnan, hingga Sichuan 四川 (Four 四 River 川)/Seuchan. Bahasa Zhuang dekat dengan bahasa Thailand. Konon suku minoritas Zhuang dan bangsa Thailand berasal dari Sichuan sebelum akhirnya bermigrasi ke selatan ke Guangdong, Guangxi, Yunnan, Thailand, Laos, Vietnam Utara. 

Mirza Mirwan

Tentang Tiongkok. Negara Xi Jinping itu luasnya 5x luas Indonesia, tetapi hanya terbagi menjadi 22 provinsi dan 5 daerah otonom setingkat provinsi. Bandingkan dengan Indonesia yang 38 provinsi -- karena kita "kaya", jadi bisa menggaji banyak pejabat. Berani taruhan, Pak DI yang tak terhitung berapa kali ke Tiongkok, mungkin tidak hafal kalau ditanya 22 provinsi itu. Kalau 5 daerah otonom, sih, pasti hafal. Adapun 22 provinsi di Tiongkok adalah: Heilongjiang, Jilin, Liaoning, Shanxi, Shaanxi, Hebei, Jiangsu, Zhejiang, Anhui, Jiangxi, Fujian, Shandong, Henan, Hubei, Hunan, Guangdong, Hainan, Sichuan, Guizhou, Yunnan, Gansu, dan Qinghai. Sedang 5 daerah otonom, maksudnya untuk menjaga adat budaya penduduknya yang minoritas, adalah: Mongolia Dalam (etnis Mongol), Guangzhi (etnis Zhuang), Ningxia (etnis Hui), Tibet (etnis Tibet), dan Xinjiang (etnis Uyghur). Selain itu ada 4 munisipalitas (kota istimewa) yang juga setingkat provinsi. Tapi diatur langsung oleh pemerintah Tiongkok. Empat munisipalitas itu adalah: Beijing, Tianjin, Shanghai, dan Chongqing. Eh, jangan lupa, masih ada dua daerah administrasi khusus: Hong Kong dan Makao.

Em Ha

Abdul Wahid Gubernur Riau (Gubri) berencana menjual Stadion Utama Ex PON 2012. Biaya pemeliharaannya membebani anggaran provinsi katanya. Stadion itu 13 tahun terbengkalai. PON ke-18 usai. Usai pula stadion itu. Tak terpakai. Gubri menghadap Mentri Perhubungan. Mengusulkan pemindahan Bandara Sultan Syarif Kasim II. Alasannya bandara itu tersibuk ke 3 sesumatera. Berada di pusat kota. Luas apron dan runway jadi masalah. Fakta menariknya. Angkasa Pura baru selesai renovasi bandara. Runway diperpanjang. Semula 2.200m menjadi 2.600m. Masih bisa diupgrade 3.000m. Apron dan ruang tunggu diperluas. Hasil perluasannya masih ada yang belum digunakan. Biaya investasi belum balik modal. Ada ide pindah bandara. Bandara tengah kota jadi alasan. Saya kira Gubri perlu diajak Abah jalan-jalan. Ikut bisnis trip ke Inggris, China dan Amerika. Stadion mau efisiensi. Bandara boros dan boncos. Gubri tidak belajar dari Kertajati. Ini usulan kaum mendang mending. Daripada pindah bandara. Lebih baik pikirkan pembangunan jalan Highway ke kampung halaman. Tembilahan kampung halaman Gubri. Kurangi waktu tempuh Tembilahan-Pekanbaru. Ide itu lebih bermanfaat. Targetkan 2 Tahun berhasil. Kloning programnya untuk kabupaten lain. Kolaborasi Kabupaten-Provinsi-Pusat. Kabupaten punya tugas pembebasan lahan. Provinsi menimbun dan membangun jalan. Pusat meningkatkan jalan itu jadi Highway. Gubri perbanyaklah baca Disway, CHD. Jalan lupa baca juga komentar komentarnya.

- @Juve. Jalan cepat 5 km adalah kungfu andalan old老 naughty 顽 kid 童 :):):)

Juve Zhang

Pak Bos sudah kenyang kemarin di Guoblik habis habisan....makanya jalan cepat 5 km....buang semprotan aura negatif....kalau minta disembur Air segelas di kepala mungkin tak ada ahli nya di Beijing......wkwkwk

Edi Susanto

Fakta unik, logika vs keyakinan. Saya iseng baca 220 komentar CHDI kmrn berjudul UMUK IJAZAH. Yg ikut percaya PALSU, rata2 berdasar logika. Termasuk bahwa jika skripsi bermasalah, maka bisa dipastikan ijazah akan ikut bermasalah juga. Juga audit foto yang banyak janggalnya. Terlepas bahwa logika itu didapat dr YouTube. Bagi mereka logika dan data demikian adanya. Sementara itu yg bersikukuh ASLI, kebanyakan berdasar keyakinan, feeling, mata hati bahkan dari menilai niyat seseorang. Yg (mnrt ilmu yg saya pelajari) bahkan para malaikat pencatat amal pun tidak bisa melakukannya. Terutama menyorot niyat dari pihak yg ingin membuka. Dengan mengesampingkan niyat dr beberapa pihak yg dulu berkepentingan agar ijazah itu ada. Lebih unik lagi, tp ni udah agak basi. Ada anggapan -bisa jadi keyakinan- bahwa yg pro palsu dianggap anak abah, anak emak, dll. Biasanya merujuk kepada kelompok oposisi. Sementara yg pro asli selalu dilabeli dengan pemuja setan, termul, dst. Yg merujuk pada kelompok pro pemerintah. Sepertinya rakyat Indonesia mmg masih terbawa polarisasi pemilu. Bahkan sampai pada orang2 yg kita anggap tokoh dan berilmu. Ndahno rakyat jelata, sebegitu mudahnya dipolarisasi. Hanya menjadi obyek dr para politisi. Jika begitu, Indonesia emas hanyalah mimpi. Mungkin nanti akan sama2 kuning. Bukan emas tapi T*i.

Ibnu Shonnan

Hari-hari dipenuhi berita ijasah palsu. Emangnya yang palsu itu hanya ada di ijasah? Lihat itu, pk RT palsu, pk Lurah palsu, pk Polisi palsu, pk Tentara palsu, pk Jaksa palsu, pk KPK palsu dst...

Mirza Mirwan

Tentang hibah Boeing 747 seharga Rp6,6 triliun dari pemerintah Qatar ke Presiden Trump. PM Qatar, Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, ketularan Trump. Omongannya "méncla-ménclé", "kaya banyu nèng godhong sénthé", "esuk dhêlé sore tempe". Hagimana nggak. Beberapa hari yang lalu bilang hibah pesawat itu untuk Presiden Trump, akan digunakan sebagai pesawat kepresidenan. Setelah Trump tak jadi presiden akan menjadi milik Trump d.h.i The Trump Organization Inc. -- perusahaan yang didirikan Trump. Eh, begitu diributkan anggota Kongres, PM Qatar bilang: "It is a government-to-government transaction. It has nothing to do with personal." Lha kok lucu. Kalau itu hibah dari pemerintah Qatar ke pemerintah Amerika, mengapa setelah Trump lengser pesawat itu menjadi milik Trump? Kalau transaksi G-to-G, tentu saja itu legal. Dan anggota Kongres tentu tak akan meributkannya. Jaksa Agung Pamela Bondi memang bilang "would be legally permissible". Tetapi itu bila benar G-to-G, tanpa embel-embel setelah Trump lengser menjadi milik Trump. Dan ketika ditanya wartawan apakah Qatar akan "menarik kembali" (mengurungkan) hibah tersebut bila bertentangan dengan UU di Amerika, PM Qatar menjawab: "Yeah, of course, I mean, we will not do anything illegal." Jadi, yang benar itu hibah ke negara Amerika atau ke Trump?

Lagarenze 1301

Santai sejenak. Orang Tiongkok dan orang Amerika berdebat tentang negara mana yang lebih baik. "Negara saya terhebat di dunia. Saya bisa pergi ke Washington DC, datang ke Gedung Putih, masuk ke Ruang Oval, memukul meja, dan berkata 'Tuan Presiden, saya tidak suka cara Anda menerapkan tarif perdagangan!',” ujar orang Amerika. Orang Tiongkok melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh. "Apakah dengan begitu membuat negaramu hebat? Saya bisa melakukan hal yang sama." Orang Amerika terkejut dan bertanya, "Benarkah?" "Ya," kata orang Tiongkok. "Saya bisa pergi ke Beijing, datang ke Zhongnanhai, masuk ke Aula Qinzheng, memukul meja, dan berkata, ‘Tuan Sekretaris, saya tidak suka cara Presiden Amerika menerapkan tarif perdagangan!’" *Zhongnanhai adalah pusat pemerintahan Tiongkok. *Aula Qinzheng adalah kantor sekretariat Sekjen PKT. *Tuan Sekretaris adalah Sekjen PKT yang juga Presiden Tiongkok.

Lagarenze 1301

Santai sejenak 2. Seorang turis pria untuk pertama kalinya jogging di Hutan Kota Beijing. Lokasinya di sebelah arena Olimpiade Beijing 2008. Ia melihat ada pedagang kaki lima menjajakan merchandise bernuansa olimpiade. Karena terkesan, ia membeli satu bungkus yang berisi tiga saset. Sepulang di kotanya, ia memberi tahu istrinya tentang benda yang baru saja dibeli. "Hah? Kondom olimpiade?" tanya istri, "apa yang membuatnya begitu istimewa?" "Lihat, di setiap kondom ini ada logo olimpiade. Semuanya ada tiga warna. Emas, perak, dan perunggu." "Warna apa yang akan kamu pakai malam ini?" tanya istri dengan mengerling nakal. "Tentu saja emas," kata pria itu dengan bangga. Sang istri langsung berwajah sinis. "Mengapa kamu tidak memakai yang perak? Akan lebih baik jika kamu bisa berubah dengan menjadi yang kedua.”

Liáng - βιολί ζήτα

iseng-iseng saja Jarum, sudah ada sejak zaman dahulu, konon awalnya dibuat dari tulang dan yang sejenisnya seperti gading gajah. Perkembangan selanjutnya, jarum dibuat dari logam, berbagai literatur menunjukan - sudah ada pada masa Dinasti Han di Tiongkok - tahun 200an SM. Kira-kira, bagaimana orang-orang pada masa Dinasti Han membuat jarum dari logam tersebut ?? Sudah pasti, bukan dengan mantra-mantra seperti Simsalabim... Abrakadabra... dan jadilah jarum !! Ternyata, orang-orang pada masa Dinasti Han membuat jarum dengan cara menggosok-gosokan batang besi pada batu, dan berbagai cara lainnya yang sejenis - sampai menjadi jarum. Sungguh, suatu pekerjaan yang luar biasa, dibutuhkan kerja-keras, semangat, perjuangan, kesabaran, ketekunan, dan lain sebagainya. Dari proses pembuatan jarum pada masa Dinasti Han tersebut, lantas muncul lah idiom : "铁棒磨成针 (Tiě bàng mó chéng zhēn)" atau "batang besi diasah menjadi jarum". [1/2]

ikhwan guru sejarah

Pernah dengar pameo begini. Sembilan dari Sepuluh pengusaha batu bara itu penipu, dan satu orang lagi sedang belajar menjadi penipu. Mungkin ini relevan juga untuk pengusaha model palugada.

ikhwan guru sejarah

Ada yang lebih penting dari soal Ijazah asli apa palsu. Kenapa gak ada yang ngotot mempersoalkan apakah Demokrasi kita ini asli apa palsu. Apakah Pemilu kita asli apa palsu. Apakah janji anggota DPR mengabdi pada rakyat itu asli apa palsu. Apakah ucapan sumpah dan janji jabatan itu asli apa palsu. Apakah laporan belanja negara itu asli apa palsu. Apakah program pembangunan pemerintah itu asli apa palsu. Apakah nilai yang tercantum di rapor sekolah siswa di Indonesia itu asli apa palsu.

Er Gham 2

Saat ini, setiap hari di televisi, disuguhi berita seputar haji. Banyak dan terbesar sedunia. Setiap tahun. Semoga lahir banyak alumninya yang soleh. Termasuk pejabat kecil sampai besar, yang soleh. Kalo sudah bergelar haji dan soleh, wong jangan mark up proyek lagi lah.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 265

  • Hok 17z
    Hok 17z
  • Yuna Lina
    Yuna Lina
  • Bisnishack Center
    Bisnishack Center
  • Hok 17z
    Hok 17z
  • Yuna Lina
    Yuna Lina
  • Shella Laura
    Shella Laura
  • Shella Laura
    Shella Laura
  • Celyna Na
    Celyna Na
  • John Mohn
    John Mohn
  • Candra Octavian Ramadhani
    Candra Octavian Ramadhani
    • Candra Octavian Ramadhani
      Candra Octavian Ramadhani
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • MZ ARIFIN
    • Della Rizkyana Okvitaria
      Della Rizkyana Okvitaria
  • Pryadi
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
    • Hendro Waluyo
      Hendro Waluyo
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Antonius Anang Dwi Kuncoro
    Antonius Anang Dwi Kuncoro
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Komentator Spesialis
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Johannes Kitono
  • Johannes Kitono
  • Aisyaalchintaprs
    Aisyaalchintaprs
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Komentator Spesialis
  • Eyang Sabar56
    Eyang Sabar56
    • Komentator Spesialis
  • Fiona Handoko
    Fiona Handoko
    • Wilwa
    • Komentator Spesialis
  • Djoko Heru
    Djoko Heru
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Juve Zhang
    • MZ ARIFIN
    • Wilwa
    • Wilwa
    • Wilwa
    • Wilwa
    • Wilwa
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • MZ ARIFIN
    • Jokosp Sp
    • MZ ARIFIN
  • Warung Faiz
    Warung Faiz
    • Warung Faiz
      Warung Faiz
    • Warung Faiz
      Warung Faiz
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Warung Faiz
      Warung Faiz
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Wilwa
    • Jokosp Sp
    • Komentator Spesialis
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • MULIYANTO KRISTA
    • Jokosp Sp
    • Della Rizkyana Okvitaria
      Della Rizkyana Okvitaria
  • Dasar Goblik
    Dasar Goblik
  • daeng romli
  • Komentator Spesialis
    • Wilwa
    • Wilwa
    • Wilwa
    • MZ ARIFIN
    • Wilwa
    • Komentator Spesialis
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Komentator Spesialis
    • MULIYANTO KRISTA
  • Kujang Amburadul
    Kujang Amburadul
  • Komentator Spesialis
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Andreas Ong
    Andreas Ong
  • ari widodo
    ari widodo
  • Eyang Sabar56
    Eyang Sabar56
  • Runner
  • Nusantara Hijau
    Nusantara Hijau
  • Nusantara Hijau
    Nusantara Hijau
    • Wilwa
    • Wilwa
  • Nusantara Hijau
    Nusantara Hijau
    • Nusantara Hijau
      Nusantara Hijau
    • Della Rizkyana Okvitaria
      Della Rizkyana Okvitaria
  • ningida
    ningida
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
  • Sumartan
    Sumartan
  • Hendro Purba
    Hendro Purba
    • MZ ARIFIN
  • Tivibox
    Tivibox
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Beny Arifin
    Beny Arifin
    • Kujang Amburadul
      Kujang Amburadul
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • MZ ARIFIN
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Achmad “Yoming Afuadi” Fuadi
    Achmad “Yoming Afuadi” Fuadi
    • Komentator Spesialis
  • Muh Nursalim
    Muh Nursalim
    • MZ ARIFIN
  • Muh Nursalim
    Muh Nursalim
    • Komentator Spesialis
    • MZ ARIFIN
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
    • Wilwa
    • Wilwa
    • Wilwa
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • MZ ARIFIN
  • Er Gham 2
    Er Gham 2
    • Er Gham 2
      Er Gham 2
    • MZ ARIFIN
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Juve Zhang
    • Jokosp Sp
  • Komentator Spesialis
    • Mada Suradi
      Mada Suradi
    • Juve Zhang
    • ikhwan guru sejarah
      ikhwan guru sejarah
    • Komentator Spesialis
    • Juve Zhang
    • Komentator Spesialis
  • Sri Wasono Widodo
    Sri Wasono Widodo
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Wilwa
    • Wilwa
    • Wilwa
    • Wilwa
    • Wilwa
  • alfen pranata
    alfen pranata
  • Juve Zhang
    • Jokosp Sp
    • Juve Zhang
    • Wilwa
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • olly dolly
    olly dolly
    • Komentator Spesialis
  • DeniK
    DeniK
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • Kujang Amburadul
      Kujang Amburadul
  • Juve Zhang
  • Thamrin Dahlan YPTD
    Thamrin Dahlan YPTD
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
    • Komentator Spesialis
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
  • Wahyu Basuki
    Wahyu Basuki
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Dwi Permadi
    Dwi Permadi
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Agus Triyanto
    Agus Triyanto
  • Jokosp Sp
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • Jokosp Sp
  • Em Ha
    Em Ha
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • Maman Lagi
      Maman Lagi
  • MULIYANTO KRISTA
    • Komentator Spesialis
    • Jokosp Sp
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • MULIYANTO KRISTA
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Nimas Mumtazah
    Nimas Mumtazah
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
  • praz ty
    praz ty
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • Komentator Spesialis
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • sense habibie
    sense habibie
  • bagus aryo sutikno
    bagus aryo sutikno
    • Komentator Spesialis
    • MULIYANTO KRISTA
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • Jokosp Sp
  • dabudiarto71
    dabudiarto71
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Hendri Ma'ruf
    Hendri Ma'ruf
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Hendri Ma'ruf
    Hendri Ma'ruf
  • Gregorius Indiarto
    Gregorius Indiarto
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Komentator Spesialis
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • Komentator Spesialis
    • bitrik sulaiman
      bitrik sulaiman
    • Mada Suradi
      Mada Suradi
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Komentator Spesialis
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • djokoLodang
    • Komentator Spesialis
  • djokoLodang
  • Suhari Ete
    Suhari Ete
  • Mundir Ansori Al Fauroni
    Mundir Ansori Al Fauroni
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • musa st
    musa st
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
  • Rashad Alvarado
    Rashad Alvarado
    • Komentator Spesialis
    • Lègég Sunda
      Lègég Sunda
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
    • Maman Lagi
      Maman Lagi
  • Ketut Bagiarta
    Ketut Bagiarta
  • Muhammed Khurmen
    Muhammed Khurmen
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • ajar wiratno
      ajar wiratno
  • Gianto Kwee
    Gianto Kwee
  • Tiga Pelita Berlian
    Tiga Pelita Berlian
    • Rashad Alvarado
      Rashad Alvarado
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • DeniK
    DeniK
  • Gianto Kwee
    Gianto Kwee
  • MZ ARIFIN
    • MZ ARIFIN
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
    • MZ.ARIFIN UMAR ZAIN.
      MZ.ARIFIN UMAR ZAIN.
  • djokoLodang
  • Kang Sabarikhlas
  • Jo Neca
    Jo Neca