Beijing Amerika
--
Saya selalu ingin cari tiket paling murah. Tidak mudah. Berarti saya harus berubah. Gaya bepergian saya selama ini tidak cocok di era penghematan. Pergi serba mendadak memang bisa terbentur kenyataan di lapangan: sulit dapat tiket murah.
Pernah, saya mencoba berubah: membuat perencanaan agak jauh-jauh hari. Dua bulan sebelumnya. Jatuhnya lebih mahal. Buang tiket. Jadwal berubah. Beli tiket baru. Justru dua kali beli tiket.
Sebenarnya bukan jadwal yang berubah. Kadang keinginan yang berubah. Misalnya, dalam jadwal tidak ada rencana ke kota Datong. Tiba-tiba ingat ''dendam'' lama: ingin tahu lokasi proyek kereta 1.000 km/jam.
Lalu tiba-tiba muncul keinginan ke Kazakhstan. Mumpung sudah di Beijing. Sudah lebih dekat. Tinggal lima jam penerbangan.
Itu gara-gara terbaca berita bahwa ke Kazakhstan tidak perlu lagi visa. Saya ingin tahu Kazakhstan. Belum pernah ke sana. Toh dari Beijing saya harus ke New York. Toh belum punya tiket pesawat. Masih fleksibel. Apa salahnya lewat Kazakhstan. Toh satu garis menuju New York. Hanya saja ke arah barat.
Bagaimana kalau tidak ada tiket sambungan dari Kazakhstan ke New York? Lihat peta lagi. Bisa mampir Beograd. Sekalian melihat seperti apa ibu kota Serbia itu setelah Yugoslavia bubar.
Sudah 45 tahun tidak ke Serbia. Terakhir ketika ikut Presiden Soeharto ke KTT Non Blok. Tahunnya sudah lupa –saking lamanya.
Bagaimana kalau dari Beograd tidak ada pesawat jurusan New York? Lihat peta. Bisa lewat Belarusia. Saya juga belum pernah ke negeri itu. Yang paling murah tentu lewat Frankfurt atau Paris. Tapi itu tidak menambah titik kunjungan.
Akhirnya ke Kazakhstan itu batal. Untung belum beli tiket. Ke Datong lebih penting. Maka ke Datong saja.
Waktu ke New York pun kian mepet. Apa boleh buat. Lewat arah timur saja. Juga lebih murah.
''Lebih murah'' itu sebenarnya masih mahal juga untuk ukuran dibandingkan dengan dulu. Saya pun mengeluh. Kok sekarang pergi-pergi lebih mahal.
Terpaksa saya banding-bandingkan: penerbangan apa yang paling murah. Lalu rute mana yang paling miring.
Pilihannya: Cathay Pacific (lewat Beijing-Hong Kong-New York), All Nippon Airways (Beijing-Tokyo-New York), Japan Airlines (Beijing-Tokyo-New York), atau Korean Air (Beijing-Seoul-New York).
Saya lirik juga harga tiket kalau lewatnya ke arah barat. Ada Emirate (Beijing-Dubai-New York). Atau Qatar Airways (Beijing-Doha-New York). Harganya dua kali lipat.
Akhirnya pilihan jatuh ke Cathay –yang lewat Hong Kong. Hampir Rp 10 juta lebih murah. Cepat-cepat saya putuskan. Kalau cari-cari terus keburu harganya naik lagi.
Setelah keputusan dibuat rasanya lega. Rasanya seperti baru saja berhasil membuat langkah penghematan yang besar.
Padahal selisih Rp 10 juta itu belum tentu riil. Pesawat dari Beijing terbangnya sore. Tiba di Hong Kong sudah pukul 20.00. Sedang pesawat Hong Kong ke New York masih besoknya, tengah hari.
Tidak masalah. Saya bisa tiduran di business lounge Cathay. Toh enak sekali. Luas. Makanan apa saja ada. Mulai mie wonton sampai nasi goreng.
Apalagi jenis minumannya. Banyak banget –meski akhirnya hanya minum air putih hangat.
Ada Wi-Fi. Banyak sofa, kursi untuk tiduran, kursi bar. Bisa mandi. Kamar mandinya banyak. Lengkap dengan peralatan mandi sampai handuknya.
Satu malam di situ tidak akan terasa. Paginya bisa mandi lagi. Toh hanya membawa satu tas kecil.
Memang ada hotel di dekat bandara. Regal. Tinggal jalan kaki. Tapi harus pasporan. Juga harus bayar. Padahal sudah telanjur bangga baru saja bikin keputusan besar telah berhasil menghemat Rp 10 juta.
Ternyata, setelah mandi malam, saya baru tahu lounge itu tutup pukul 01.30. Baru akan buka lagi pukul 05.00.
Setelah makan-makan saya lihat jam di HP: sudah pukul 23.00. Tidak berani tidur lesehan di kursi. Khawatir keterusan. Ya sudah, menulis naskah untuk Disway saja.
Setelah ''terusir'' di pukul 01.30 saya ke ruang tunggu di dekat gate. Ada ratusan kursi yang kosong. Bisa sandaran di kursi di ruang tunggu ekonomi. Toh banyak juga penumpang yang senasib. Bahkan beberapa wanita bule tidur di lantai dengan pulasnya. Lantai karpetnya tebal.
Walhasil satu malam suntuk tidak bisa tidur. Baru untung Rp 10 juta, sudah rugi entah berapa juta –kalau saja jatuh sakit.
Pukul 05.30 balik lagi ke business lounge. Mandi. Sarapan. Killing time. Tahan kantuk. Toh akan 15 jam di dalam pesawat. Bisa balas dendam tidur pulas di pesawat –tanpa takut diusir keluar. Makanya saya sarapan dengan kenyangnya. Mumpung gratis. Perasaan saya itu gratis. Padahal sudah include di dalam tiket. Dengan sarapan kenyang saya bisa berpesan ke pramugari: kalau tertidur jangan dibangunkan –untuk makan.
Saya pun tidur pulas. Sampai mimpi betapa hebat penghematan Rp 10 juta yang bisa saya lakukan. Jangan-jangan saya tersenyum-senyum saat mimpi itu.
Bangun tidur saya ingat: belum memilih komentar pilihan. Padahal batas waktunya sudah mepet. Rasanya saat itu posisi pesawat sudah di atas Rusia timur.
Tenang saja. Saya bisa baca komentar perusuh di dalam penerbangan ini. Ada Wi-Fi gratis. Jos pula. Maka segera saya senyum-senyum sendiri. Begitu beragam komentar hari itu. Begitu banyak yang usil dan jenaka. Saya perhatikan, isi komentar kian bermutu. Kadang sulit untuk tidak melanggar batas 20 pilihan.
Turun di bandara JFK tidak banyak antrean di depan saya. Cepat-cepat menuju loket imigrasi. Sepi. Kenapa tidak banyak orang begini. Padahal ini pukul 12.30.
Saya di antrean orang ke lima. Loket yang buka dua. Tidak sampai lima menit sudah dapat giliran maju ke loket.
Saya sudah menyiapkan jawaban yang sapu jagat kalau-kalau ditanya ''untuk apa ke Amerika''.
Benar. Ditanya itu.
"Indy 500," jawab saya.
"Lima hari lagi ya," celetuknya.
Dok. Paspor distempel. Tidak ditanya mana bukti pembelian tiket balap mobilnya.
Begitu cepat. Begitu kilat. Jauh dengan yang dibayangkan orang di luar Amerika. Sampai-sampai yang menjemput saya baru akan tiba 30 menit lagi.
Tidak masalah. Udara lagi sangat sejuk. Di luar pintu bandara juga sangat sepi. Saya pun olahraga senam secukupnya. Saya pilih gerakan-gerakan yang saya hafal pun bila tanpa musik.
Olahraga setengah jam terasa kurang. Udara begitu sejuk, perjalanan begitu lancar. Semua itu, dan jemputan gratis itu, membuat saya merasa telah beruntung lebih dari Rp 10 juta. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 31 Mei 2025: Kedelai Pagi
djokoLodang
-o-- ... Tentu harga BBM kedelai masih lebih mahal dari minyak diesel (solar). ... *) Mengapa minyak diesel di Indonesia disebut solar? Bukan kah kata "solar" itu mengacu pada "matahari"? --koJo.-
Achmad Faisol
@pak djokoLodang, jawabannya mudah... kalaupun "jiwa" itu ada, "jiwa" juga terdiri atas gelombang... kalau ada yang menemukan saja...
djokoLodang
-o-- ... Karena kumpulan gelombang, maka suatu saat nanti kumpulan gelombang itu bisa dikompresi. Lalu dikirim dengan wifi ke mana pun. Setelah sampai ke alamat, kompresi itu didekompresi. Jadi manusia utuh lagi. ... *) Itu hanya jasadnya . Manusia terdiri dari jasad dan "jiwa".. --koJo.-
Jimmy Marta
Di saat penduduk makin banyak, dikampung malah makin sepi orang. Sekarang banyak lahan tak tergarap. Yang muda yg kuat sudah pada minggat. Mereka tak minat jadi petani. Karena tak mungkin jadi pak Charles atau Cak Yuanas. Kepemilikan tiap petani tak sampai 0,25ha. Berbukit berlurah lurah. Petak2nya kecil. Tadah hujan. Itulah kampungku di lereng Marapi...
MULIYANTO KRISTA
Alenia penutupnya ngece. Petani di Indonesia malah super mandiri bah. Single fighter. Gak njagakno pemerintah blas !!! Beli bibit sendiri,tanam sendiri,waktu pemupukan pupuk langka dan mahal tetep dibeli, kalau ada hama diatasi sendiri, waktunya panen harga gabah anjlok ditanggung sendiri. Pemerintah hadir hanya waktu panen raya. Kalau ada pencapaian, pejabatnya teriak paling kencang daerah saya penghasil gabah terbanyak seluruh Indonesia. Indonesia tahun ini surplus beras,bla bla,bla. Seakan-akan pencapaian tersebut murni hasil kerja mereka (pejabat) sendiri. Ajur juuummmmm......
bnu Shonnan
Tidak ada orang lain yang membantu kita, kecuali kita sendiri. Ya memang gitu Bah. Ada istilah al'i'timadu asaasu najah; mandiri merupakan pokok keberhasilan. Tapi, ya itu, keberhasilan tanpa ada nilai manfaat pada sesama, pasti akan terasa hampa.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
@Komentator Spesialis.. MENGAPA KEDELAI KURANG COCOK DITANAM LUAS DI INDONESIA? Kedelai kurang cocok untuk budidaya "skala besar" di Indonesia karena faktor: 1). agroklimat, ekonomi, dan kebijakan. Iklim Indonesia yang lembap dan curah hujan tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan optimal kedelai, terutama di luar Jawa. Di Jawa, lahan yang cocok bersaing dengan komoditas utama seperti padi dan jagung. Produktivitas kedelai lokal hanya sekitar 1,5 ton/ha—jauh di bawah AS atau Brasil yang bisa 3–4 ton/ha. Petani juga kurang tertarik karena margin keuntungan rendah dan harga kedelai lokal tidak kompetitif dibanding impor. Infrastruktur pascapanen lemah, menyebabkan mutu turun dan harga makin jatuh. Di sisi kebijakan, perhatian lebih banyak diarahkan ke padi dan jagung, sementara kedelai kurang mendapat insentif harga dan dukungan jangka panjang. Akibatnya, produksi nasional hanya mencukupi kurang dari 20% kebutuhan, dan sisanya diimpor. Jika ingin dikembangkan, perlu fokus pada wilayah yang sesuai secara agroklimat, penggunaan benih unggul, serta integrasi dengan industri lokal agar ada kepastian pasar dan harga.
Jokosp Sp
Pembuatan biodiesel tidak sederhana, namun bisa disederhanakan dalam penjelasan prosesnya. Pembuatan biodieasel melibatkan proses transesterifikasi minyak nabati dengan alkohol, biasanya metanol dengan menggunakan katalis basa seperti Kalium Hidroksida atau Natrium Hidroksida. Proses ini mengubah trigliserida (komponen utama minyak nabati) menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol. Reaksi transesterifikasi terjadi pada suhu 58-65*C dan tekanan tertentu, dan dalam waktu sekitar 2 jam. Hasil reaksinya adalah biodiesel dan gliserol. Kemudian ada proses pencucian dengan air untuk meisahkan dan menghilangkan sisa metanol, katalis dan gliserol. Proses lanjutannya proses pengeringan dan proses filterisasi untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor. Proses transesterifikasi bisa dalam satu atau dua tahap. Selain menggunakan proses transesterifikasi ada metode lain seperti esterifikasi dan proses subkritis/superkritis. Pilihan yang paling ekonomis memang ada di bahan dasar kelapa sawit karena hasil minyak dan produksinya lebih banyak jika dibanding kedelai, jarak, nyamlung, ataupun bunga matahari. Di Indonesia sudah cukup banyak pabrikan biodiesel dengan harga dan kualitas yang beragam. Dan pihak pabrikan mesin unit sementara yang kami tahu masih rekomendasi di pencampuran 20% biodisel dengan 80% minyak solar. Dan di atas pencampuran itu belum direkomendasikan oleh Komatsu, Scania, Volvo, Mercedes Benz dan Cummins. Penggunaan di atas pencampuran 50% up perlu pengkajian lagi.
Komentator Spesialis
Benteng terbesar ekonomi Amerika itu menurut ada 3 : 1) Industri keuangan : dollar, pasar uang dan pasar saham. 2) Industri IT : khususnya di bidang software, chip design, perakat IT design 3) Aerospace : pesawat terbang Kalau 3 ini jebol, selesailah Amerika sebagai negara yang kompetitif di dunia.
Lagarenze 1301
Apakah benar Indonesia swasembada beras pada 2025? Jika ukuran swasembada adalah tidak impor beras, jawabannya: iya. Jika ukurannya adalah perbandingan antara produksi pangan domestik dan kebutuhan konsumsi dalam negeri, maka jawabannya: iya. Hitung-hitungan di atas kertasnya begini. Kebutuhan beras nasional per tahun sedikitnya 31 juta ton. Mari kita lihat data produksi beras nasional. 2021: 31,36 juta ton. 2022: 31,54 juta ton. 2023: 31,10 juta ton 2024: 30,62 juta ton. 2025 (Jan-Juni): 18,74 juta ton. Jika tak ada bencana besar pada 2025 ini, produksi beras nasional diprediksi mencapai 34,6 juta ton. Tahun inilah masanya swasembada beras. Sama seperti di pemerintahan era Soeharto, swasembada beras terjadi pada 1984 dengan produksi nasional 25,8 juta ton. Apa benar tidak perlu impor beras? Dalam kondisi normal : ya. Stok beras Bulog per 29 Mei 2025 sudah melimpah, di atas 4 juta ton. Rekor tertinggi. O, iya, stok beras Bulog yang sudah 4 juta ton itu tidak ujug-ujug. Harus jujur diakui ada peran dari impor beras sebelumnya, pada 2023 (3,06 juta ton) dan 2024 (4,52 juta ton).
kusiwan pion
Sore tempe, besok na jadi kedelai lagi itu bisa jadi ilmu rawa rontek seperti di film kartun / animasi. Atau bisa dikategorikan mencla-mencle / tidak konsisten/kurang idealis / mati suri / ABS / politik kutu loncat ....dst Seperti juga terpidana korupsi, namanya terdaftar di Sukamiskin, tapi raga na plesiran kemana-mana. Atau seperti asli disangka palsu. Atau seperti layaknya Abah kita, mengabdi disangkakan korupsi.
Achmad Faisol
saat kuliah fisika modern, saya dan teman-teman membahas waktu berjalan paralel... saya berkata, "jika itu ada, maka saat ini ada orang dari masa depan karena mereka telah menemukan cara menciptakan mesin waktu secara sempurna..." teman saya langsung menimpali, "ada... mereka sekarang kerja di NASA..." ######### waktu ngobrol dengan alumni MIT yang sering ke NASA, saya tanyakan hal itu... dia menjawab, "ga ada orang masa depan di NASA, pak..." jangan dikira imajinasi orang-orang saintek kalah dengan film... hanya saja, yang berbasiskan saintek yang dikemukakan, biar ga diketawain dunia...
Untung Busro Qomar
Banyak yang tidak tahu bahwa bangsa kita pernah membuat susu dari kedelai di era tahun 1950 an s.d 1970 an. Namanya susu SARIDELE. Pabriknya bernama NV SARIDELE. Perusahaan tsb sekarang sudah berganti nama menjadi PT. SARIHUSADA berlokasi di ujung timur jalan Kusumanegara Yogyakarta. Saya pernah berkarya di perusahaan tsb.
Liáng - βιολί ζήτα
CHDI : "Seharusnya saya ke Indiana bersama perusuh Liang." Abah DI jalan bareng "perusuh-iseng"..... Apa kata dunia..... ?? Wkwkwkwkwk..... CHDI : "Tidak akan ada orang lain yang membantu kita kecuali kita sendiri" 老人說: 你們必須對自己的選擇和道路充滿信心。 ---> Orang tua mengatakan: Anda harus yakin pada pilihan dan jalan Anda sendiri. (Tentu saja pilihan dan jalan terbaik untuk diri sendiri).
Udin Salemo
Pak Syaukani tanam paprika/ Kebunnya ada di dekat tangsi/ Para petani kedelai di Amerika/ Kerja keras generasi ke generasi/ Ambil buah mangga satu keranjang/ Sebagai hadiah untuk anak cucu/ Jadi sukses itu butuh jalan panjang/ Bukan bin salabim lewat cara tipu/ ---------------------------------------------------- apak Bedi marantau ka Dempo/ pai manggaleh manjua gulo/ jadi urang dipacik kato-katonyo/ jadi kabau dipacik talinyo/ simpan gulo di dalam boto/ ambiak sasendok untuak dimakan/ untuak apo denai dicinto/ sadang sayang batinggakan/ #mantun_kerja keras
Komentator Spesialis
Saking niatnya swasembada padi, Pak Harto membangun Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di Subang. Kalau anda lewat pantura dari Jakarta, lokasi di sebelah kanan. Tetapi kiri kanan sawah BB Padi yang luas untuk membuat bibit unggul. Jaman Pak Harto memang luar biasa soal pangan, termasuk pertanian. Sampai dibentuk klompencapir alias Kelompok Pendengar Pembaca dan Pemirsa yang tak lain anggotanya para petani. Mereka diberikan penyuluhan intensif melalui berbagai media seperti TV dan radio. Tak heran, swa sembada pangan bisa tercapai di jaman Pak Harto.
Wilwa
Kalau gak salah tatung itu mandarinnya 打童. Da Tong. Da 打 = hit, Tong童 = kids. Da itu sendiri singkatan dari Shen Da 神打 / God(s) 神 hit 打. Tong singkatan dari Ji Tong 乩童 / Kids 童 spelling mantra 乩. Maksudnya adalah orang yang kerasukan dewa setelah dibacakan mantra tertentu. CMIIMW. Correct me if i’m wrong
Johan
Segala materi di dunia ini terdiri dari kumpulan gelombang. Itu benar adanya. Gelombang bisa berpencar, kemudian disatukan kembali. Satu contoh sederhana: Atraksi menusuk pipi dgn benda tajam seperti pedang, tombak dll, yg dilakukan para Tatung di Singkawang. Pipi yg sudah tertembus tidak mengeluarkan darah. Sesudah dicabut tidak meninggalkan bekas. Aneh? Tidak. Jika prinsipnya tubuh manusia memang terdiri dari kumpulan gelombang. Benda tajam yg menembus pipi juga terdiri dari kumpulan gelombang. Tentu saja tidak disarankan anda untuk mencoba hal itu dirumah. "Kebocoran dan buyarnya gelombang" yg tidak bisa dikendalikan akibatnya fatal. Bisa masuk UGD terdekat. Saya pernah mendengar cerita bbrp praktisi yg saya kenal. Katanya untuk yg ilmunya sudah mencapai taraf tertentu. Memiliki kemampuan transporter. Memindahkan fisik benda dan tubuh dgn media yg ada disekitar kita ke tempat yg diinginkan. Kedengarannya seperti omong kosong. Tapi saya percaya. Disekitar kita sekarang berseliweran Gojek, Grab, Maxim, dll. Apa yg tidak mungkin?
Fiona Handoko
Selamat sore bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp jokosp, bp ks, sobat tivibox, bp udin dan teman2 rusuhwan. "Ancaman phk massal di depan mata usai pungutan ekspor cpo naik. " Demikian berita di bianis. Com. Pungutan ekspor cpo adalah penerimaan negara bukan pajak. Dan disetorkan ke badan pengelola dana perkebunan kelapa sawit (bpdpks) pada kemenkeu. Rencananya sih. Dana di bpdpks dipakai untuk mensukseskan program pengembangan kelapa sawit berkelanjutan. Faktanya? Sebagian besar duit bpdpks dipakai untuk subsidi biosolar pertamina. Minyak sawit yg berasal dari pohon sawit. Yang dibudidayakan petani dan perusahaan dengan uang sendiri, tenaga sendiri. Saat diolah jadi biodiesel, oleh pemerintah dipaksa disubsidi oleh pungutan ekspor, oleh potongan harga ekspor. Maka, saat kamu beli biosolar B40 bersubsidi di spbu. Itu artinya kamu disubsidi apbn 60% (porsi minyak solar). Dan disubsidi petani sawit 40% (porsi biodiesel) Mungkin ini bisa masuk Muri bpk jaya suprana. Biodiesel menjadi yg pertama, dan satu satunya. Produk yang dijual rugi dengan subsidi yg ditanggung oleh produsen. Yaitu petani sawit.
Wilwa
Santai Sejenak... TACO. :):):) Megan Cassela (CNBC): “Mr President, Wall Street analysts have coined a new term called the ‘TACO’ trade, they’re saying ‘Trump Always Chickens Out’ on your tariff threats. And that’s why markets are higher this week. What’s your response to that?” Trump, visibly irritated, pushed back saying, “I chicken out? Oh, I’ve never heard that.” Megan Casella menjadi trend/viral global karena secara tak langsung mengolok-olok tarif Trump. Trump Selalu Chickens Out artinya lebih kurang Trump seperti ayam yang ketakutan terhadap Tiongkok yang gagah berani melawan tarif ngawur Trump sehingga akhirnya Trump menyerah sendiri lalu menurunkan tarif terhadap Tiongkok. Dan pasar saham (New York Stock Exchange alias Wall Street) langsung bergairah ketika Trump menurunkan tarif terhadap Tiongkok. TACO adalah salah satu makanan tradisional Mexico yang mendunia. Megan Cassella sungguh jurnalis ‘nakal’. :):):) TACO menjadi akronim Trump Always Chickens Out. :):):)
Rizal Falih
Pernah punya pengalaman, berkaitan benih padi unggulan. Hasil riset dari sebuah perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah. Saya tertarik untuk mencoba bibit tersebut ditanam di lahan sawah sendiri di kampung. Tidak luas juga, hanya ingin tahu apakah bisa meningkatkan hasil panennya jika dibanding dengan benih yang biasa digunakan. Menjadi tertarik setelah melihat sendiri pada saat kunjungan ke Cilacap, terlihat hamparan padi menguning. Siap untuk dipanen. Bersama profesor dan asisten peniliti benih padi unggulan tersebut. Rencananya benih, akan dijadikan sebagai pilot projek pemberdayaan masyarakat petani. Sebagai ujicoba akan ditanam dilokasi demplot petani, yang lahanya menjadi objek sengketa antar masyarakat dan pemda. Menggunakan skema kerjasama dengan pihak swasta. Menurut asisten penilitinya, kualitas dan kuantitas panen padi bisa meningkat sampai dengan seratus persen. Jika dibandingkan benih padi biasa. Tentu dengan pupuk, obat dan perawatan yang baik. Saya ingin ikut mencoba.Benih tersebut pun di pesan dan langsung dikirim ke kampung untuk disemai. Hasilnya, dapat laporan bahwa, setelah disemai ternyata banyak benih yang tidak tumbuh. Bahkan setelah ditanam dan dirawat dengam baik pun hasilnya tidak lebih baik dari benih padi yang biasa digunakan. Pun sama nasibnya dengan pilot prejek yang dilakukan di beberapa demplot petani, hasilnya juga tidak lebih baik. Baik kualitas maupun kuantitas hasil panen padinya. Projek pun gagal. Saya ikut kebgian zonk juga.
Wilwa
Ray Dalio Singgung Trump, Hitler-Mussolini di Buku Negara Bangkrut. 31 Mei 2025. CNN Indonesia. Penasihat Danantara ini berani menyamakan Donald Trump dengan Adolf Hitler dan Benito Mussolini dalam bukunya How Countries Go Broke: The Big Cycle. Bagaimana Negara “Bokek”: Siklus Besar. Lha kok sama opininya dengan Richard David Wolff, seorang ekonom Amerika yang Neo Marxist dalam youtube 13 April 2025: Richard Wolff: Trump, Hitler, and the End of the American Empire. Frontpage nya catchy: THIS IS HOW AMERICA ENDS. Gak bahaya tah?
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 220
Silahkan login untuk berkomentar