Baju Gelap
Presiden Donald Trump menerima kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih, Washington D.C., 18 Agustus 2025. -Pool-AFP-
Berkali-kali saya men-zoom foto itu; saya ingin melihat jenis bajunya. Baju apa yang dikenakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ketika bertemu lagi dengan Presiden Donald Trump –sehari setelah hari kemerdekaan Indonesia. Di Gedung Putih lagi. Di Washington.
Baju itu begitu hitamnya. Sama-sama hitamnya. Luarnya maupun baju dalamnya. Sampai mata saya tidak bisa melihat jelas jenis baju apa yang dipakai Zelenskyy itu.
Yang jelas kali ini bajunya bagus sekali. Seorang wartawan sampai menyeletukkan pujian pada cara berpakaian Zelenskyy.
"Mr Presiden, Anda tampak luar biasa dengan pakaian yang Anda kenakan itu," kata si wartawan dari kerumunan media. Trump mendengar pujian itu. Trump pun nyeletuk: "saya juga akan mengucapkan kata-kata pujian seperti itu".
Maka saya pun cari informasi dari media Amerika: apa yang sebenarnya dikenakan Zelenskyy. Ternyata ia pakai hem tanpa kerah. Warna hitam. Lalu pakai jas-setengah-jaket juga warna hitam. Tanpa dasi. Di jaketnya itu ada empat saku.
Satu media menyebut bahwa gaya pakaian seperti itu termasuk ke kelompok style jenderal Prancis. Bukan jas tapi sangat elegan.
Dengan pakaian seperti itu kesan yang muncul sangat istimewa: itu pakaian sipil tapi berbau militer. Sangat cocok untuk sosok presiden sipil yang lagi menjabat dalam suasana perang.
Yang jelas dengan pakaian itu Zelenskyy terasa lebih formal. Sudah berbeda dengan kedatangannya di Gedung Putih Februari lalu; hanya pakai kaus lengan panjang. Maksudnya mungkin baik. Itu untuk menunjukkan suasana prihatin di masa perang. Juga untuk menunjukkan ciri khasnya. ,
Tapi itu dinilai kurang menghormati dress code untuk masuk ke Gedung Putih.
Baju yang luar biasa kali ini membawa suasana yang juga luar biasa: Trump tidak lagi merendahkannya. Tidak mem-bully-nya. Tidak menghinanya di depan kamera.
Mungkin karena kali ini Zelenskyy sudah dianggap lebih sopan. Atau karena Zelenskyy mengawali pertemuan itu dengan menyerahkan sesuatu: surat dari istrinya yang cantik untuk Trump. Itu surat seorang ibu yang iba atas penderitaan anak-anak di masa perang.
Kalau toh Trump sedikit "mem-bully'' Zelenskyy itu disampaikan dengan setengah humor. "Oh.. kalau sedang perang boleh tidak perlu ada pemilu," seloroh Trump.
Seloroh tapi serius. Trump seperti meragukan legitimasi kepresidenan Zelenskyy –karena sudah melewati masa jabatan 1,5 tahun lalu. Zelenskyy mencoba klarifikasi bahwa konstitusi Ukraina membolehkan ditiadakannya pemilu kalau sedang dalam suasana perang. Lalu Trump menyela dengan celetukan kalimat yang dimulai dengan "Oh...." tadi.
Meski dialog di depan kamera tidak lagi menghinakan Zelenskyy tapi juga tidak menunjukkan dukungan apa-apa pada Ukraina. Terasa netral-netral saja.
Trump juga tidak terasa menekan Zelenskyy untuk menerima begitu saja keinginan Presiden Putin.
Keinginan Putin itu disampaikan ke Trump saat mereka berdua bertemu di Alaska 15 Agustus lalu.
Dua yang diinginkan Putin: Ukraina menarik diri dari provinsi Donbas. Provinsi ini praktis dikuasai Rusia –setidaknya sudah 2/3-nya. Donbas adalah provinsi kaya akan batu bara. Maka kaya juga dengan industri dasar seperti baja. Sudah banyak industri turunannya.
Rusia menguasai Donbas sebagai dukungan keinginan rakyat setempat untuk memisahkan diri dari Ukraina. Keinginan lain Putin adalah: Ukraina mundur dari permohonan menjadi anggota NATO.
Trump dilaporkan cenderung menyetujui keinginan Rusia itu. Memang, gara-gara Ukraina ingin bergabung ke NATO Rusia merasa tidak aman. Ia merasa Ukraina mengkhianati kesepakatan saat sama-sama berpisah dari Uni Soviet.
Tapi para pemimpin Eropa –termasuk Inggris– terlihat keberatan dengan rumusan itu. Para pemimpin Eropa yang mendampingi Zelenskyy bertemu Trump tanggal 18 Agustus tidak sedikit pun memihak Rusia.
Maka serentetan diplomasi Trump seminggu terakhir masih belum menunjukkan arah perdamaian. Hanya Rusia yang ge-er bahwa Trump sudah berada di belakangnya. Pasukan Rusia di garis depan sudah memasang bendera Amerika di tank mereka. Rusia juga sangat memuji Trump soal pertemuan Alaska.
Dulu Alaska yang luas adalah wilayah Rusia. Lalu dialihkan menjadi milik Amerika. Kini Rusia seperti ''nagih'': apa salahnya Amerika ganti mendukung Donbas dan Cremia menjadi wilayah Rusia.
Mungkin Trump pernah belajar usul-fikh: ''yang tidak bisa dipakai semua janganlah dibuang semua''; ia pikir lebih baik mengorbankan sedikit wilayah Ukraina daripada Perang Dunia ke-3.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 20 Agustus 2025: Pajak Saeutikna
Sri Wasono Widodo
Virus "Pimpinan yang pemimpin" yang diawali dari Dedy Mulyad itampaknya menular dalam berbagai level karena viral di jagad maya. Muncul Sherly Tjoanda gubernur Malut. Di tingkat desa muncul dari Banjarnegara dimulai dari Kades Purwasaba Hoho Alkaf. Beliau berhasil membangun kemandirian desa dan ketahanan pangan melalui pengelolaan bumdes yang profesional. Kemudian di kabupaten yang sama viral Kades Kampleng dan Pandu Dewanata. Akhirnya bermunculan kades inovatif dari daerah lain. Anehnya yang peduli untuk menjadikan model pembangunan tiga desa di Jateng itu justru Kang Dedy Mulyadi. Gubernur sedaerah setahu Saya belum pernah mengapresiasi mereka. Malah yang viral Beliau menyindir kepala daerah yang suka ngonten. Akhirnya Beliau dirujak netizen. Semoga virus kebaikan KDM dan Hoho Alkaf menular ke seluruh negeri.
Lagarenze 1301
Santai Sejenak. Guru: "Jika ayahmu berpendapatan tahunan Rp 500 juta dan dikenai pajak pendapatan 10 persen, maka berapa pajak yang ia bayar?" Siswa: "Rp 10 juta." Guru: "Ayo, coba lagi. Hitung dengan benar. Jika pendapatan tahunan ayahmu Rp 500 juta dan dikenai pajak pendapatan 30 persen, berapa pajak yang ia bayar?" Siswa: "Rp 10 juta." Guru: "Tolong fokus menghitung. Coba, ini lebih mudah. Jika ayahmu berpendapatan tahunan Rp 500 juta dan dikenai pajak pendapatan 50 persen, berapa pajak yang ia bayar?" Siswa: "Rp 10 juta." Guru: "Kamu tidak tahu menghitung persentase." Siswa: "Bapak tidak tahu ayahku."
Wilwa
Secara filosofis memang cocok di negeri ini bila pemimpin negeri ini baik di pusat maupun di daerah punya jiwa/roh seorang IBU seperti yang diceritakan KDM. Seorang ibu yang penuh kasih sayang, mau bekerja keras dan menderita bahkan mengorbankan nyawa untuk anak-anaknya. Leluhur kita sangat memuja IBU. Itu menunjukkan sebuah peradaban yang tinggi. Kita mengenal istilah ibu pertiwi bukan bapak pertiwi. Ibu kota bukan bapak kota. Ibu jari bukan bapak jari. Bahkan “bupati” itu sendiri konon dari singkatan “ibu patih”. Seorang patih yang berjenis kelamin perempuan. Dan di era Majapahit / Mataram kuno memang ada sebuah wilayah setara “kabupaten” / ke-bupati-an yang dipimpin perempuan. Beda dengan “Patih” yang konotasinya seorang lelaki. “Bupati” Pati harus belajar menjadi ibu yang baik bagi rakyatnya. Jadilah Sudewo alias Dewa / Dewo yang baik / su. Atau ganti nama jadi Sudewi saja. Dewi yang Su / Baik. :)
Achmad Faisol
"anggaran kita tahun ini berapa...?" "satu miliar, pak..." "kok sampai agustus baru dibelanjakan 200 juta...?" "ternyata kebutuhan kita sampai akhir tahun hanya 300 juta, pak... banyak efisiensi dilakukan teman-teman..." "wah, bahaya itu... segera habiskan satu miliar hingga akhir tahun... kalau tidak, anggaran tahun depan dipotong banyak... buat apa, kek... yang penting ada laporan..." "ooo... siap, pak..." ####### kabar yang beredar lewat wifi, menghemat, efisiensi, dll ternyata ga ngefek dengan total pengeluaran; pokoknya harus habis... apa ga ada istilah nabung, ya, di pemerintahan...? swasta nyari uang sendiri sehingga hemat itu hebat... pemerintah tinggal minta uang ke rakyat... ga mau...? bisa kena pasal... jadi, buat apa berhemat...? begitu, kah...?
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
PAJAK, RAKYAT, DAN PELAJARAN DARI KDM... Video Kang Dedi Mulyadi (KDM) soal pajak mungkin sederhana, tapi dampaknya luas. Ia bicara dengan bahasa rakyat: jangan sampai pemimpin hanya fokus mengejar pendapatan, lalu semua solusinya adalah menaikkan pajak. Poin menariknya ada di filosofi “ibu rumah tangga.” Saat pemasukan serba pas-pasan, sang ibu tidak marah-marah pada anaknya, apalagi menagih “pajak jajan.” Yang dilakukan justru pintar mengatur: menghemat, memprioritaskan, dan berkorban demi masa depan anak-anaknya. Ini sindiran halus untuk para bupati dan wali kota. Saat dana pusat berkurang, jangan serta-merta cari “jalan pintas” lewat pungutan baru atau tarif pajak yang melambung. Boleh kreatif mencari pendapatan, tapi jangan sampai rakyat yang jadi korban. Menariknya, KDM tidak hanya bicara, tapi memberi contoh nyata: menghapus tunggakan pajak kendaraan bermotor di Jawa Barat. Itu membuatnya beda. Orisinal. Kita butuh lebih banyak pemimpin seperti ini: yang mau berpikir panjang, memihak rakyat, dan tidak menjadikan pajak sebagai “tameng” untuk menutup kegagalan dalam mengelola anggaran. KDM mengingatkan: memimpin itu soal empati, bukan sekadar menambah angka di laporan keuangan.
Hasyim Muhammad Abdul Haq
Bagaimanapun KDM beda dengan Jokowi. KDM lebih komunikatif. Bisa diajak omong. Bisa marah. Dan marah untuk pemimpin itu kadang penting. Masalah dari Jokowi adalah tidak komunikatif ke publik. Sehingga pendukungnya sendiri pun kadang bingung mau bela Jokowi bagaimana. Akhirnya setiap pendukung punya pembelaan yang berbeda-beda untuk setiap kasus yang sedang banyak dibicarakan. Lha gimana wong Jokowi sendiri nggak mau (atau nggak bisa) menjelaskan. Jangankan dikritik, dihina pun Jokowi tetap berlalu dengan cuek. Jadi kita sebagai rakyat sering bingung, ini negara sebenarnya sudah "on track" atau belum sih. Prabowo (untungnya) juga komunikatif. Sebagai "sopir truk", dia bisa menjelaskan ke penumpang yang berjubel di bak truk bahwa truk sudah sampai mana dan akan ke mana. Jadi penumpang bisa punya bayangan kira-kira kalau kebelet pipis harus nahan pipisnya seberapa lama. Bayangkan kalau nggak tahu kapan berhenti di rest area, banyak yang memilih pipis di atas truk dan ganggu orang lain. KDM itu orisinil, dan komunikatif. Kelihatan kok kalau dia benar-benar mau bantu rakyatnya. Kalau suka muncul videonya, ya itu karena dia komunikatif. Bisa menjelaskan dan membuka diri untuk mendengarkan pendapat orang lain. Tinggal kita tunggu dampak KDM terhadap kesejahteraan warga Jabar. Jika memang semua yang diucapkan itu bukan cuma omon-omon, mungkin dia bisa jadi capres di 2034. Atau 2044 setelah Gibran? Nggak apa-apa, masih umur 73 saat itu. Usia yang masih wajar untuk jadi presiden.
Er Gham 2
Program MBG jangan untuk semua anak sekolah. Untuk anak sekolah di daerah tertinggal saja. Yang bekal makannya mereka selama ini hanya nasi putih saja. Tanpa lauk. Atau buat anak anak sekolah dasar dulu. Anak sekolah swasta dengan spp bulanan yang mengelus dada, mengapa harus ada MBG juga. Pernah ada kasus keracunan di sekolah itu. Saya bingung, untuk apa mereka diberi MBG. Jajannya saja bisa lima kali lipat harga seporsI MBG.
Lagarenze 1301
Saya sedang berkeliling Kota Watampone, Kabupaten Bone, Selasa (19/8/2025), ketika melihat ratusan orang berunjuk rasa di depan Kantor Bupati. Saat itu sudah petang. Setelah parkir kendaraan di tempat aman, saya menyaksikan aksi massa itu dari jauh. Pagar depan dijebol. Batu, petasan, dan bom molotov beterbangan. Sampai saya meninggalkan perempatan Jl Ahmad Yani-Jl HOS Cokroaminoto sejam jam kemudian, aksi masih berlanjut. Sepertinya terjadi bentrok dengan petugas keamanan. What happen aya naon? Kasusnya sama seperti di Pati. Massa marah atas keputusan Bupati Andi Asman Sulaiman menaikkan PBB-P2 (Pajak Bumi dan Bangunan - Perkotaan dan Perdesaan). Isu yang berkembang, PBB naik 300 persen. Tapi, menurut penjelasan pejabat setempat, rata-rata hanya 67 persen. Besaran kenaikan beda-beda di tiap kawasan. Yang di tengah kota dan pinggir jalan utama naiknya memang tinggi. Yang di pinggiran kota jauh lebih rendah. Dalam perjalanan pulang ke Kota Makassar melalui jalan berkelok-kelok Camba, saya sempat mengecek update berita di media online lokal "harianfajar.co.id". Infonya, pada malam itu juga, Sekda Andi Saharuddin menggelar konferensi pers: kenaikan PBB dibatalkan. Tapi, Bupati dan Wakil Bupati Bone tak kunjung muncul. Entah ke mana. Just info, Bupati Bone Andi Asman Sulaiman adalah kakak dari Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Ia juga kakak dari Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman. Ia juga paman dari anggota DPR RI Andi Amar Amran Sulaiman.
Jokosp Sp
Ibu, kami akui adalah sebagai ibu paling hebat dari anak-anaknya yang lebih dari setengah lusin. Bagaimana mengatur keuangan dari satu sumber, dari bapak yang hanya kepala sekolah SD di zamannya. Bersyukur keluarga ada sawah hampir dua hektar yang bisa dikelola khusus untuk makan kesehariannya dari musim panen ke musim panen berikutnya. Sisanya dijual untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya. Kami anak-anak desa biasa bantu orang tua ke sawah dari bajak sawah sampai tanam padi. Dan tanam-tanaman sayur lainnya yang bisa mencukupi keperluan kesehariannya, bahkan sering dijual sebagaiannya. Managemen yang diterapkan ibu adalah : yang paling tua dan sudah bisa kerja sebelum menikah diwajibkan bantu uang sekolah adik-adiknya. Begitu nikah maka adik di bawahnya yang sudah kerja gantian bantu adik yang di bawahnya lagi. Terus berurutan sampai ke adik yang paling bungsu selesai. Alhamdullillah semua anak-anaknya bisa mandiri, dan Ibu hingga saat ini sudah 96 tahun umur beliau masih bisa menikmati bermain dengan anak - cucu dan cicitnya. Ibu yang jauh lebih hebat dari Bu Sri yang cuma modalnya hutang dan hutang, tanpa menciptakan bagi negara harusnya kaya dari pendapatan hasil tambang dan barang-barang impor yang masuk pelabuhan, yang keduanya ternyata boncos. Boncos dimakan para bajingan penggerek pejabatnya dan keamanan negara. Mampukan Pak Presiden membersihkan dari beking jendral di 1.603 tambang ilegal?. Dan mampukah Bu Sri menarik pajaknya dari para penambang ilegal itu
heru santoso
Note 06: (catatan perjalanan yg tertinggal) Bagiku, cara terbaik mengenal kota bukan lewat brosur wisata. Tapi dengan menyusuri trotoarnya—berjalan kaki. Di Ho Chi Minh ini berjalan kaki merupakan tantangan tersendiri. Sebagian besar trotoar telah dikuasai oleh deretan motor yang diparkir serampangan. Sebagian lagi berubah jadi ruang bercengkrama: kursi pendek sebetis dan meja mungil berjejer. Yaaa, dan tidak banyak yang tersisa untuk pejalan. Tapi inilah Vietnam. Di balik semrawutnya trotoar, tersembunyi ritme sosial yang khas. Mereka menikmati duduk santai, menyeruput kopi, makan malam, tertawa, berdialog. Semua terjadi di ruang sosial terbuka: trotoar. Batas antara ruang pribadi dan publik begitu tipisnya—dan itu justru memikat. Aku pun ikut duduk di kursi sependek betis itu. Semangkuk Pho, sup legendaris Vietnam tersaji. Kuahnya bening tapi kaya rasa seperti memeluk lidah. Irisan daging tipis, daun ketumbar, jeruk nipis, dan cabe iris… sempurna. Ngobrolku ditemani remaji lokal yang beberapa hari lalu chating via medsos. Katanyi senang berkenalan dengan orang asing, apalagi bisa sekalian praktek bahasa Inggris. Orang Vietnam memang terkenal ramah dan penasaran, terutama anak mudanya—mereka ingin tahu dunia luar. Dan cara terbaik adalah lewat percakapan. Connecting. Networking. (Isi obrolnya ditulis besok ya....)
Mbah Mars
Di rumah, seorang ibu lebih sering menjadi sosok yg paling besar pengorbanannya. Dia bangun paling pagi. Tidur paling akhir. Dia yg paling sibuk bekerja. Apalagi kalau dia juga bekerja di luar rumah. Ia rela lelah dan letih demi suami dan anak²nya. Biarlah ia lapar, yg penting anak² kenyang. Ibu kuat melakukannya sepanjang hayat. Tapi khusus ibu ini, tdk bisa seperti itu. Saat masak, dia bukan lagi mencicipi masakan, tetapi sdh sekalian makan kenyang. Malahan sdh lazim ibu ini menyisihkan makanan utk dirinya sendiri. Dia tak peduli pada anak²nya. Masa bodoh. Yg penting dia bisa memuaskan dirinya. Siapakah ibu ini ? Ya betul: dia adalah BU PATI.
Mbah Mars
Tiba² saya baca kata "saeutikna" pada judul. Terpaksa baca ulang keseluruhan tulisan CHDI pagi ini. Tdk ketemu kata tersebut. Akhirnya tanya Mr. Perplexity. Dia menjelaskan: saeutikna adl kata Sunda yg berarti paling sedikit alias minimal. Jadi kata majemuk "pajak saeutikna" mungkin bermakna "pajak minimal". Menekan kenaikan pajak.
Er Gham 2
IKN jangan sampai terbengkalai. Sudah banyak APBN digelontorkan ke sana. Mungkin bisa dibuat universitas unggulan. Mahasiswa nya diasramakan. Bisa untuk beberapa universitas. Sayang jika dibiarkan. Jika bangunan dan prasarana terlambat didayagunakan, bisa rusak dan tumbuh tanaman liat. Akhirnya hanya bisa untuk jadi suaka margasatwa hewan hewan langka. Atau semacam taman Safari. Perlu ada studi alternatif jika batal menjadi ibukota negara.
pak tani
LOGIKA TERBALIK Mengapa yang rajin bayar pajak tidak diapresiasi ? Yang telat bayar pajak, malah diampuni? Anda bayangkan. Yang rajin bayar pajak, tidak pernah telat, berapa uang yang dibayarkan untuk PBB berpuluh-puluh tahun. Tetangganya, bayar seingatnya. Bahkan 5-10 tahun terakhir belum bayar. Tiba-tiba dapat 'remisi' pajak. Tidak perlu bayar tunggakan PBB. Anda bayangkan juga. Pejabat negara/ politikus yang rajin, bersih, hidupnya lurus dan bebas KKN. Betapa banyak keringat dan kepedihan yang sudah dialami berpuluh-puluh tahun. Rekan sejawatnya, absen, tidur, banyak ceperan, bagi-bagi uang. KKN tentu makanan sehari-hari. Apes, tertangkap kubu sebelah. Dipenjara (katanya). Eh, keluar remisi, bebas. Boleh hahahihi lagi. Merdeka pisan!
Faisal Arsyad Zain
Saya sih agak pro SMI dengan kebijakan anggaran ketatnya. Selama ini baik instansi pusat maupun daerah cenderung menggunakan uang negara secara tak tepat. Tapi ga nyadar atau pura-pura ga nyadar. Kegiatan yang mestinya bisa jalan dengan anggaran sekian juta, dianggarkan sekitan ratus juta. Niatnya macam-macam, agar serapan bagus, agar bisa jadi uang bonus diluar gaji yang sudah dipotong cicilan bank, atau jadi bancakan bareng-bareng. Dengan kebijakan anggaran ketat, kemubaziran akibat penggelembungan dapat ditekan. Sederhananya, dikasih uang satu milyar, kegiatan bisa jalan. Dikasih uang 10 juta, kegiatan yang sama juga tetap bisa jalan.
Beny Arifin
Kalau ibu kandung mungkin mudah berkorban untuk anak anaknyi. Tapi ibu tiri mungkin sulit. Mungkin lho ya. Masalahnya kepala daerah lebih mirip ibu tiri daripada ibu kandung. Mereka datang bukan untuk membesarkan anak anak. Tapi dari awal memang mau fokus pada si bapak alias sumber uang. Apalagi cuma buat 1-2 periode. Belum lagi harus balikin modal kampanye dll. Wallahualam.
Muh Nursalim
rapat rapat rapat. Itu banyak mengeluarkan anggaran. apalagi jika rapatnya di hotel. rakyat tidak dapat manfaat dari acara itu. yang dinikmati langsung igu ya jalan bagus, trotoar bagus tidak banjir dan tidak banyak jeglongan. faktanya rapat birokrat dan pejabat itu hanya top down. apa yang dimaui pimpinan ya itu yang dijalkankan. maka sebenarnya tdk perlu ada rapat. langsung saja kepala daerah buat program sekalgus teknis pelaksanaan. lalu tinggal perintah bla bla bla ke bawahan dan dokontrol dengan ketat. jadilah uang negara mengalir kepda program bukan untuk merencanakan program.
Nico Gunawan
berita terbaru bupati baru di siak kaget baru tahu diKabupaten siak nunggak hutang sewa mobil dinas 8,7 M sementara kas kosong ,adalah contoh salah satu dari banyaknya pemimpin yang salah kebijakan dan mungkin harus naikan pajak warga hehehe. kalau fiskal kosong ngapanin sewa mobil dinas fortuner dan lainnya sampai 72 unit ? Bupati bisa pakai ilmu emak kdm hilangkan biaya sewa mobil dinas pakailah mobil yang ada dan bekerjalah untuk rakyat . Jadi iingat pak ahok bilang kalau mau dipercaya rakyat buka angggaran transparan penggunaannya untuk apa saja disana baru di uji kebijakannya berpihak siapa wkwkwkw
Gregorius Indiarto
Cinta ibu (orang tua/bapak juga) pada anak tidak terhingga, sepanjang masa. Cinta pemimpin pada rakyat yang pasti saat kampanye. Met siang, salam sehat, damai dan bahagia.
Gregorius Indiarto
Anak, bagi seorang ibu (dan bapak juga) adalah buah cinta, sangat sangat berharga. Rakyat, bagi pemimpin adalah buah simalakama. Bingung memilih, antara rakyat atau timses. Mau sejahterakan rakyat, timsesnya tidak kebagian, pun sebaliknya. Pilih timses yang disejahterakan, rakyat mah mudah, cukup diberi janji saat kampanye nanti, atau suaranya di ganti rugi.
imau compo
Semuanya kebingungan, gak punya ide. Selama ini, APBD dikucurkan dari pusat tinggal dipilih utk belanja daerah dan dipilah yg kemarin di-upping utk dibuatkan tanda bukti belanjanya. Setelah PS potong APBN, kepala-kepala daerah ini pusing semua. Satu-satunya jalan pemenuhan APBD tinggal naikin pajakin rakyat. Sekarang pejabat-pejabat sdh berasa seperti penjajah.... Masalahnya balik ke presiden. Beliau pun jadi bingung, dikira retret bisa menyulap pejabat, salah sama sekali. Duit yang dihemat tidak pula produktif karena yg terkumpul di Danantara dipakai utk bayar utang KCIC.
Bahtiar HS
KDM berkata, yg dikutip Abah, "Pemimpin jangan hanya berpikir tentang pendapatan. Kalau pemimpin yang di pikirannya hanya bagaimana meningkatkan pendapatan pada akhirnya hanya akan menaikkan pajak. Itu hanya menyusahkan rakyat." Rangkaian kalimat ini kelihatannya benar. Tetapi secara logika nggak. Orang menyebutnya ada kesalahan berpikir / logical fallacy. Yakni kekeliruan dalam proses penalaran yg menyebabkan argumen jd tidak valid atau tdk bs diandalkan secara logis. Argumennya mungkin terdengar meyakinkan, tp jk didasarkan pada logical fallacy, maka kesimpulannya akan salah krn kekeliruan dlm cara berpikir. Misalnya: semua org yg berkaca mata itu pintar. Maka saya pun termasuk pintar, semua perusuh tahu saya pakai kaca mata. Wkwkw. Lha ini termasuk logical fallacy jenis Hasty Generalization (over generalisasi). Org jawa bilang: gebyah uyah, mesti asine. Sm dg pernyataan KDM di atas. Kalau pemimpin yg di pikirannya hanya bgmn meningkatkan pendapatan pada akhirnya hanya akan menaikkan pajak. Ini kan sesat berpikir. Menaikkan pendapatan kan banyak jalannya. Tidak hanya dari pajak --meski ini mungkin paling mudah. Tinggal buat aturan. Berlakukan! Kalau diubah: Pemimpin yg menaikkan pendptn lewat menaikkan pajak adalah pemimpin katrok bin males. Lha malah betul itu. Gak mau mikir cara lain. Apalg pajaknya kena ke semua orang termasuk yg gak mampu. Malah bisa jatuh ke dalam kezaliman (zulm). Makanya jgn gampang tersepona pada kalimat manis. Lantas dikutip (maaf Abah) hehe
Riki Gana S
Selemah-lemahnya kreatifitas pengambil kebijakan (untuk menaikkan pendapatan), ya naikin pajak. Gak ribet. Income/upeti masyarakat ini paling gampang didapat, tinggal nadahin --kalau bargain & komunikasi pejabatnya mulus. KDM orisinal? Saya sepakat! Sudah lama saya mengikuti kontennya: dari awal mula. Juga pernah ketemu. KDM dulu dan sekarang tetap sama: suka bagi-bagi dan dekat dgn orang kampung. Yang beda: kualitas videonya. Lebih jernih dan terlihat menarik. Juga uang yang dibagikan, sekarang lebih banyak. Didunia politik & birokrasi, KDM perwujudan perintis yg pas. Lahir dari keluarga seadanya. Kuliah di kampus lokal (purwakarta). Juga sudah berjuang/usaha sejak remaja. Merangkak dr aktifis HMI, anggota DPRD, wakil bupati, bupati 2 periode, DPR RI dan sekarang gubernur. Legasinya jelas. KDM memegang falsafah Sunda buhun, yang berkelindan dengan ajaran thoriqoh Abah Anom Suryalaya. Dia selalu bilang: "lamun hayang peurah, kudu peurih." (Jika ingin bertuah/sukses, harus merasakan kepedihan). Ironisnya, KDM begitu memuliakan perempuan (ibunya), tetapi kemudian ditinggalkan perempuan (istrinya). Dunia memang selalu menawarkan keseruan. Hehehe.. Tabik! Riki Gana S
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 108
Silahkan login untuk berkomentar