Tambang Triliun
ilustrasi lokasi tambang batu bara--pinterest
Podcast Akbar Faisal dengan Ikhlas Bahrawi membuka tabir kisruh di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Cara Bahrawi membukanya sedikit-sedikit. Lebih banyak membuat penasaran.
Misalnya: ternyata Bahrawi pernah diminta Gus Yahya, ketua umum PBNU, untuk mempelajari proposal bisnis pengelolaan tambang batu bara milik NU.
Proposal itu datang dari perusahaan yang terafiliasi dengan Boy Tohir, pemilik PT Adaro --raja batu bara Indonesia. Anda sudah tahu Boy Tohir adalah kakak kandung Erick Tohir, menteri pemuda dan olahraga yang mantan menteri BUMN.
Anda juga sudah tahu: di zaman Presiden Jokowi, NU diberi tambang batu bara di Kaltim seluas 25.000 hektare. Isinya: sekitar satu miliar ton batu bara. Semuanya batu bara kelas satu di Indonesia: kalorinya di atas 6.000 --padahal mayoritas tambang di Indonesia hanya mengandung batubara dengan kalori 3.000 sampai 4.500. Kadar sulfurnya pun sangat rendah: sekitar 0,7. Kadar pencemar udaranya sangat minim. Pasar dunia rebutan batu bara kelas satu seperti itu. Harganya, Sabtu lalu, USD120/ton.
Biaya mengeruk batu baranya pun sangat murah. Batu bara NU itu ada di permukaan tanah. Beda dengan batu bara di Tiongkok yang berada di kedalaman sekitar 1.000 meter di bawah tanah. Untuk mengambilnya harus bikin terowongan bawah tanah.
Dari keterangan Bahrawi di podcast itu tersirat bahwa Jokowi pernah ”menitipkan” pesan agar NU menyerahkan pengelolaan tambangnya kelak ke perusahaan yang terafiliasi dengan Boy Tohir. Itu karena NU belum punya kemampuan sendiri untuk mengelola tambang batu bara.
Dengan gambaran seperti itu perusahaan tersebut merasa pasti akan diserahi untuk mengelola tambang milik NU. Bahkan sejak sebelum tambang itu sendiri resmi diberikan ke NU.
Buktinya, selama tahun 2024, sudah ada ”uang muka” yang yang mengalir ke PBNU. Lima kali transfer. Jumlah totalnya Rp40 miliar. Tentu uang itu resmi masuk ke PBNU. Artinya, Gus Yahya, sebagai ketua umum, tahu dan menyetujui penggunaannya.
Tapi di luar itu rupanya ada jenis uang lain yang juga masuk ke PBNU, tapi lewat perorangan. Tidak masuk ke kas PBNU. "Itu yang membuat Gus Yahya marah," ujar Bahrawi saat saya hubungi setelah menonton podcast tersebut.
Akhirnya perusahaan tersebut secara resmi mengajukan proposal bisnis ke PBNU. Saya tidak bisa menduga mengapa Gus Yahya meminta Bahrawi untuk mempelajari proposal bisnis tersebut. Padahal Gus Yahya pasti tahu bahwa keahlian utama Bahrawi adalah di bidang anti terorisme, anti radikalisme dan di gerakan pro-moderasi. Ia memang NU bahkan sejak sebelum lahir --ayahnya adalah santri ulama terkemuka di Bangkalan, Syaikhona Cholil, yang juga gurunya pendiri NU KH Hasyim Asy'ari-- tapi bukan pengurus NU di tingkat apa pun.
Setelah mempelajari proposal tersebut Bahrawi berkesimpulan: proposal itu sangat merugikan NU. Bahkan proposal tersebut ia sebut sebagai proposal yang zalim terhadap NU.
Misalnya, kata Bahrawi, semua biaya penambangan menjadi tanggung jawab NU. Setelah itu hasilnya 30 persen untuk NU, 70 persen untuk pengelola.
Melihat buruknya proposal bisnis tersebut Bahrawi sampai menyarankan agar Gus Yahya menghadap Presiden Prabowo. Gus Yahya pun akhirnya menemui Prabowo tapi Bahrawi tidak tahu hasil pembicaraan itu.
Apakah Gus Yahya akhirnya sependapat dengan Bahrawi? Bahwa proposal itu sangat merugikan NU? Apakah Gus Yahya lantas membuat putusan untuk tidak mau bekerja sama dengan perusahaan tersebut --meski PBNU sudah pernah menerima “uang muka”? Apakah berarti Gus Yahya berani menolak titipan lama Jokowi untuk menyerahkan pengelolaan tambang NU ke perusahaan tersebut?
Saya penasaran.
Meski sangat samar Bahrawi menilai urusan tambang ini sangat erat dengan politik Pilpres tahun 2029 kelak. Dengan punya tambang NU ia nilai akan punya kekuatan dahsyat menjelang Pilpres akan datang. Punya massa besar dan punya uang yang banyak --awalnya dimaksud untuk kepentingan politik Jokowi.
Bahrawi merujuk pada isi proposal bisnis tersebut. Di tahun-tahun awal, bagian NU memang 30 persen, tapi mendekati pemilu NU dapat bagian 70 persen. Dengan demikian tepat menjelang Pemilu uang NU sangat banyak dari bagian yang 70 persen.
Saya tentu tidak bisa menilai proposal tersebut sebenarnya seperti apa. Baik atau buruk bagi NU. Atau sebenarnya proposal yang wajar saja secara bisnis. Saya tidak pernah membacanya. Bahrawi yang masih menyimpannya.
Tapi bahwa 30-70 di tahun-tahun awal lalu menjadi 70-30 di tahun-tahun berikutnya sebenarnya tidak harus dikaitkan dengan siklus politik Pemilu.
Proposal seperti itu wajar secara bisnis. Dengan usul pembagian seperti itu pengelola ingin modalnya cepat kembali --apalagi kalau modal itu didapat dari kredit bank. Setelah modal kembali, dan utang lunas, tidak masalah tinggal menerima 30 persennya.
Pun kalau proposal itu dianggap merugikan NU. Kan masih bisa dirundingkan. Dinego. Setiap pembuat proposal pasti sepihak: ingin yang terbaik untuk dirinya. Toh masih akan dirundingkan dan diadakan tawar-menawar.
Masalahnya adalah: mengapa PBNU hanya menerima satu proposal dari satu perusahaan? Mengapa tidak minta beberapa perusahaan untuk juga mengajukan proposal? Setidaknya untuk pembanding?
Mengapa pula tidak sekalian saja ditenderkan? Agar prosesnya lebih terbuka?
Jangan-jangan sejak awal memang sudah ada komitmen untuk menyerahkannya ke perusahaan tersebut. Bukan hanya komitmen, bahkan jangan-jangan ”penugasan”?
Tentu bukan hanya NU yang punya tambang tapi tidak punya kemampuan untuk mengerjakannya. Terlalu banyak pemilik tambang seperti itu --misalnya mereka yang dekat dengan keluarga penguasa.
Tambang seperti itu umumnya juga diserahkan ke perusahaan pengelola tambang. Caranya: bukan bagi hasil seperti di NU. Cara yang sangat lazim adalah ”cara bersih”: pemilik tambang dapat fee sekian dolar setiap ton batu bara yang dikeruk dari tambangnya.
Pemilik tambang tidak peduli berapa pun biaya menambang, dengan cara apa, atau akan dijual ke mana. Pemilik tambang juga tidak mau tahu harga batu bara lagi naik atau turun. Pokoknya, setiap ton dapat sekian dolar.
Yang umum berlaku adalah: pemilik tambang dapat dua dolar/ton. Tapi untuk tambang kelas satu seperti milik NU, dua dolar terlalu rendah. Bisa 10 dolar.
Tenderkan saja: barang siapa mau membayar NU paling sedikit 10 dolar per ton, boleh ikut tender. Penawar tertinggi yang menang.
10 dolar x 1.000.000.000 ton adalah USD10 miliar: Rp160 triliun.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 22 Desember 2025: Tambang Triliun
istianatul muflihah
btw, cara Kak Definisi Mewah mengingatkan saya pada guyonan bersama teman sebaya. "Kontakmu isinya asrama putri!" Seloroh kita, para perempuan, pada seorang laki-laki yang ada di lingkaran kami. Mungkin begitulah, salah satu cara lelaki mencari jodoh. Insting sejak zaman purba kaum adam adalah berburu. Sehingga, "mengoleksi" jadi bagian dari proses dalam perburuan itu. Nah, yang bahaya adalah proses baper. Perempuan, kadang sudah baper duluan. Nyatanya, dalam proses yang dilakoni oleh Kak Definisi Mewah ini, Perempuan-perempuan itu hanya bagian dari daftar. Jadi ladies, tidak perlu baper oleh kata kata laki-laki. Jika tidak mau terjebak dalam pemikiran rumit dan menebak nebak apa maksudnya. Bisa dipertimbangkan untuk bertanya secara lugas, "apa maksud?" Dalam jawaban tidak diplomatis dan opo enek e bisa jadi akan mendapat jawaban, "ya ini sedang usaha mencari, saya sedang mengumpulkan informasi, kalau cocok lanjut masuk shortlist. Kalau tidak ya sudah." Wkwkkw
Definisi Mewah
Pastikan dulu Mbak @Istianatul Muflihah mengikuti kaidah logis berikut ini: 1. Perbesar exposure. 2. Dapatkan hingga 100 kenalan lawan-jenis. 3. Kerucutkan ke 30 lawan-jenis yang mind-alike. 4. Kerucutkan ke 10 pilihan lawan-jenis yang mind-alike yang sreg, di hati. 5. Akrabi 10 pilihan tersebut. Gali personality masing-masing lebih dalam dengan santai. 6. Data sudah cukup, lalu shortlisted 10 tersebut jadi 3 kandidat terbaik. 7. Sudah punya 3 kandidat terbaik? Tinggal pilih, 1, yang paling istimewa. Dapat yang salah pun, tetap dapatnya dari 3 opsi yang terbaik :) Sebab, menikah itu fase kesekian. Yang pertama harus diseriusi itu, koleksi. Koleksi dulu perkenalan. Sebanyak-banyaknya. Lalu shortlisted kandidat. Kemudian, pilih yang terbaik dari yang baik. Cara sequence seperti ini akan meminimalkan penyesalan. Sehingga, urutan logisnya: koleksi > seleksi > resepsi :) Nah, Mbak @Istianatul Muflihah saat ini ada di fase nomor berapa, dari 7 fase di atas? :) Note: saya pria, single juga, belum menikah, dan sedang menikmati fase nomor 5.
istianatul muflihah
Mahbub Djunaidi Gara gara menyimak podcast abah dengan cucunya Pak Iskan, saya jadi tahu kalau abah suka dengan tulisan Mahbub Djunaidi. Saya juga ikut penasaran. Bagi saya nama penulis ini lumayan asing. Akhirnya saya memutuskan beli buku, Dari Hari ke Hari. Sebuah novel historical fiction yang terbit pertama tahun 1975. Karya Mahbub. Versi yang saya pegang adalah terbitan ulang Diva Press tahun 2018. Saya mulai membacanya, dan tersenyum, dan sesekali tertawa kecil. Plotnya cukup lambat. Tidak ada ledakan alur seperti sinetron. Cerita di novel ini mengalir pelan. Dengan diksi yang penuh kejutan. Misalnya pada kalimat, "masuk sekolah di zaman ini sama mudahnya dengan beli tiket komidi putar." Atau pada kalimat pembuka novelnya, "Sore yang jatuh membuat kereta api, si Jerman tua bangkA itu, menjadi anggun dan muda." Metaforanya segar. Itu yang membuat saya berkali kali tersenyum. Terimakasih abah, sebab menyimak podcastnya, saya jadi tahu ada penulis handal nan jenaka ini. Alfatihah untuk Pak Mahbub Djunaidi.
Liam Then
1.Jangan menikah kalau tak suka. 2.Jangan menikah jika laki-lakinya tak punya tabungan. Bukan karena uangnya, tapi karena jika benda mati dia tak pandai simpan, bagaimana harap dia simpan benda hidup? 3.Jangan menikah kalau dia gampang emosi. 4.jangan menikah, kalau dia suka menikah. 5.Jangan menikah, kalau merasa di tekan pemikiran harus segera menikah. 6.Jangan menikah, kalau masih menganggap menikah adalah nasib yang harus di jalani. 7. Kak IM, ndak usah seriusi semua di atas, kalau mau nikah, tentu harus dengan yang baik, kalau mau cari yang baik, tentu tak bisa tunggu di rumah datang sendiri. Definisi mewah sudah benar itu, pilihlah yang terbaik, dan dari yang terbaik itu, pilihlah yang sayangnya tulus dan asli kepada anda. Satu trik untuk tahu apakah yang bersangkutan sayang kepada , adalah ukur kadar sayangnya dia kepada orang tua kak IM. Semua diatas untuk kebahagian emosional. Kalau untuk kebahagian materi, Kak IM sudah tahu. Tambang dua, rumah tiga, toko lima. Dan ada satu lagi, usahakan calon punya genetik yang bisa perbaiki keturunan. Pasalnya di Indonesia, melamar kerja masih harus check list berpenampilan menarik.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
KETIKA DUNIA DATANG KE RUMAH KECIL DI DESA.. Dari CHDI hari ini, saya juga terkesan dari cerita kontrasnya, dunia global bertamu ke rumah desa yang ruang tamunya cuma muat delapan orang. Nigeria, Amerika, Lagos yang sebesar Jakarta—semuanya akhirnya duduk berjejal di teras kecil Desa Bunga. Globalisasi ternyata tidak selalu butuh ballroom. Kadang cukup tikar, kursi plastik, dan hati yang lapang. Di sinilah ironi manisnya ceritera. Bandara dibangun sang ayah, tapi hidupnya sendiri memilih landasan paling sederhana. Tidak mengejar jabatan, tidak pindah ke kota, tidak membesarkan rumah. Namun justru dari rumah kecil itulah lahir peristiwa besar—yaitu: 1). Perkawinan lintas benua, 2). Lintas budaya, 3). Lintas bahasa. Akad nikah dua bahasa, pengantin pakai adat Nigeria, sungkem ala Banggai. Semua bercampur tanpa seminar toleransi, tanpa jargon kebhinekaan. Praktik langsung. Natural. Bahkan tamu dari Lagos pun tidak protes soal sempit. Mungkin karena cinta memang tidak butuh ruang luas. Yang sempit itu justru ego. Cerita ini seperti mengingatkan, bahwa kemajuan tidak selalu diukur dari luas rumah atau tinggi gedung, tapi dari seberapa nyaman orang-orang berbeda bisa duduk bersama. Dan Luwuk, pagi itu, lulus ujian peradaban "cum laude" dengan predikat dan nilai memuaskan. Tanpa remedial.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
AYAH, PUISI, DAN JARAK YANG TAK PERNAH BENAR-BENAR JAUH.. Tulisan pak Dahlan hari ini membuat saya percaya, bahwajarak itu urusan peta, bukan urusan hati. Luwuk ke Lagos bisa ribuan kilometer. Tapi dari dada seorang ayah ke anak perempuannya, jaraknya nol sentimeter. Puisi pak Adrin Sululing bukan puisi puitis yang sok rumit. Justru sederhana, jujur, dan karena itu memukul. Tentang ayah yang seumur hidup mengembara dari Sabang sampai Merauke. Tapi akhirnya kalah oleh satu perjalanan. Yaitu kepergian putri tunggalnya. Negara boleh ditinggal, proyek boleh selesai, tapi urusan melepas anak—itu proyek tanpa deadline. Saya bisa membayangkan betapa beratnya belajar “ikhlas versi ayah”. Bukan ikhlas melepas dunia, tapi ikhlas tetap tersenyum sambil dada penuh sesak. Ayah memang spesialis menyembunyikan rindu dalam kalimat paling pendek di dunia: “Hati-hati ya, Nak.” Dan lucunya, cinta ayah selalu kalah pamor dari cinta suami—tapi diam-diam merasa tak tergantikan. Ayah itu unik, ia rela kalah, tapi tak pernah benar-benar pergi. Catatan pak Dahlan hari ini indah, manusiawi, dan menyadarkan, bahwa globalisasi boleh ke mana-mana. Tapi rumah—selalu punya pintu yang tak pernah dikunci.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
AYAH, LUWUK TETAP PULANGKU.. Ayah, aku pergi bukan untuk menjauh, hanya belajar melangkah dengan nama baruku. Luwuk tetap tinggal di telapak kakiku, di bau laut pagi, di jalan sunyi yang ayah ukur dengan langkah sabar. Rumah kecil itu— yang ruang tamunya sempit tapi doanya luas— aku bawa utuh di dadaku. Ayah, jika nanti aku berdiri di negeri orang, dan angin menyebut namaku dengan logat asing, aku akan mengingat caramu memanggilku: pelan, tegas, tanpa banyak kata. Aku tahu, ayah menahan rindu dengan senyum, mengemas sesak seperti baju lama yang tak pernah benar-benar disimpan. Maafkan aku jika bahagia ini membuat ayah belajar sepi. Tapi dengarlah, Ayah, aku berjalan bukan meninggalkan, melainkan membawa. Doa ayah ikut menuntunku, menjadi arah ketika dunia terasa jauh. Tunggulah aku, di Luwuk yang setia. Jika lelah, aku akan pulang— bukan sebagai anak kecil, tapi sebagai rindu yang akhirnya menemukan rumahnya.
Herry Isnurdono
Abah DI harusnya memakai seragam pengantin pria, yaitu pakaian nasional Nigeria. Warnanya putih. Pas dan cocok dengan warna kulit Abah DI. Pasti keren dan cakep dibandingkan laki-laki Nigeria. Tidak percaya bikin baju Nigeria. Ngomong2 Abah DI khan jurnalis tapi bukan sastrawan/budayawan. Dulu sewaktu putrinya menikah, kira2 dibacakan puisi seorang ayah yg melepas anaknya kawin. Pasti terharu dan memorable. Walaupun puisi bukan bikinan Abah DI, tapi jika yang membacanya Abah DI pasti menangis. Pasti......itu....Abah DI itu kuat tapi agak-agak melow juga. Memang tidak romantis sama istrinya. Tapi ini putrinya mau menikah. Agak-agak gimana gitu.........
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
NASEHAT SEORANG YANGKUNG.. Pernikahan tidak pernah bertanya kita berasal dari mana. Ia tidak sibuk menghitung jarak kampung halaman, saldo rekening, atau warna kulit. Cinta sering datang tanpa logika administratif. Ia menembus peta, paspor, dan status sosial dengan cara yang kadang terasa misterius. Karena itu, banyak pernikahan lahir dari perjumpaan yang tak direncanakan. Dua manusia saling merasa “pulang”, meski berasal dari dunia yang berbeda. Jika diperas sampai inti paling sederhana, perekatnya memang satu: Cinta..!! Namun kearifan lokal—yang lahir dari pengalaman panjang—pelan-pelan mengingatkan, cinta saja sering tidak cukup. Di situlah hadir rumus lama yang tetap relevan: bobot, bibit, bebet. Bukan untuk membatasi, tapi untuk menimbang. 1). Bobot: kualitas pribadi dan tanggung jawab. 2). Bibit: nilai, watak, dan arah hidup. 3). Bebet: kesiapan sosial dan ekonomi untuk berjalan bersama. ### Cinta adalah alasan orang menikah. Bobot, bibit, dan bebet adalah bekal agar pernikahan tetap bertahan. Sebab menikah bukan hanya soal berani saling mencintai, tapi juga siap saling menjaga—dalam perjalanan yang panjang dan nyata.
Definisi Mewah
Saya selalu takjub, setiap kali menemukan pasangan beda kultur - beda negara, sama-sama memutuskan untuk saling menikah. Artinya, dua-duanya sudah sama-sama siap, bekerja lebih keras, me-maintain hubungan pernikahan dalam perbedaan ekstrem. Jika kita membuka data statistik BPS, provinsi Jawa Barat menjadi juara nomor 1, kategori angka perceraian tertinggi di Indonesia. Saya baca-baca lebih dalam, simpul masalah utamanya adalah jebloknya kompetensi komunikasi satu sama lain, sehingga diskusi / eksekusi mitigasi problem keuangan, problem pembagian peran domestik, problem kebutuhan seksual, problem anak, problem mertua, problem X, problem Y, problem Z, amburadul berantakan semua. Itu provinsi yang pasangan menikahnya sama-sama satu kultur, sama-sama satu tradisi, sama-sama satu adat, sama-sama satu budaya, sama-sama satu bahasa, sama-sama satu agama, angka statistik perceraiannya nomor 1 nasional. Maka, saya salut, dengan pasangan yang berani 'nekat' menikah meski beda bahasa, beda budaya, beda negara. Bukan saya mendoakan hal jelek, justru saya mengungkapkan kekaguman luar biasa: mereka siap memikul pekerjaan yang lebih berat, 24/7 seumur hidup, dalam rumah-tangga sengan perbedaan kultur dan latar-belakang yang serba luar-biasa ekstrem.
Eyang Sabar56
Prosesi akad nikah saya juga lakukan beberapa tahun lalu, kepada putri satu-aatunya. Konon katanya, tidak boleh diwalikan kepada penghulu, selama orangtua/bapaknya tidak berhalangan tetap. Alhamdulillah berlangsung lancar. Sayangnya, saya tidak pintar menulis seperti Abah dan bapak Adrin Sululing.
Jokosp Sp
Tahun 1990 kami masuk di Rental Division di UT. Proyek yang dikerrjakan paling awal di Borneo adalah di Adaro yang saat itu masih full saham PMA Australia. Proyek pertama adalah buat jalan hauling sepanjang +/_ 73 Km dari Tambang Paringin di Kalimantan Selatan - Pelabuhan Kelanis di Kalimantan Tengah. Kemudian beberapa kali perpanjangan kontrak sampai ke buka Tambang di Kec. Paringin yang saat ini berubah jadi Kota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Saat itu komunikasi belum ada HP, masih mengandalkan Radio RIG untuk komunikasi jarak pendek dan Radio SSB untuk komunikasi jarak jauh. Kemudian lebih maju lagi ada SSB yang All Band dengan merk Yaesu. Pengadaan spare part alat berat sangat tergantung dengan kelancaran sistem komunikasi radio tersebut. Ada dua frequensi yang kami pakai, satu untuk jarak dekat dalam satu provinsi dan satu lagi untuk komunikasi antar provinsi. Ke kantor pusat di Jakarta untuk permintaan spare part dan laporan break down, dan antar site untuk saling support jika ada kebutuhan spare part di salah satu lokasi yang bisa diutilisasi. Kenalah dalam radio itu salah satu Divisi Logging di Kota Luwuk Kab. Banggai Provinsi Sulawesi Tengah, pesisir timur Sulawesi yang menghadap ke laut Banda yang cantik. Cerita karyawan Rental Division yang tinggal di Mess Tarik di daerah Kota Luwuk itu. Dari divisi rental bisa berkembang ke usaha kontraktor tambang terbesar di Indonesia, bahkan punya tambang sendiri dan banyak anak perusahaan.
Wakih Usman
Setelah sekian tahun menjadi pembaca setia CHDI,,, baru kali ini ingin menorehkan komentar... akibat puisi yang berhasil menitikkan air mata diriku... rasanya ikut merasakan perasaan ayahnya...
Ulik Kopi
Komik strip: cucu: (cekrek..) bagus kek fotonya kakek: apa itu nanti yang dipasang? cucu: mau dipasang di medsos kek? nenek: bukan, kakekmu itu lho, setiap dipotret selalu tanya apa itu foto yang mau dipasang di obituari-nya nanti... Cucu: ??? --- Paguyuban perusuh alumni padepokan Serang, Prambanan, Trawas dan Bandung berhasil menyusun buku tentang Abah DI. Masing-masing penulisnya menyumbang cerita tentang Abah menurutnya. Jadinya terkumpul banyak cerita dengan berbagai topik seputar Abah. Tulisan mana yang paling bisa menangkap 'jiwa' Abah, silahkan dibaca bukunya. Katanya sudah mau terbit. Apakah tulisan tersebut nanti ada yang layak mewakili obituari Abah nanti? .. psst, ngomongnya jangan keras-keras.. Atau tidak ada satupun, atau harus semuanya baru bisa mewakili? --- Ternyata ada sudut lain lagi yang bisa dilihat seorang Murid SD Internasional tentang Abah. Bahwa dengan privilege-nya Abah bisa memaksakan kemauannya, model kaya omongan mantan: jalanin aja dulu siapa tahu cocok. Jiwa bebas, jiwa anak-anak memang penuh determinasi. Apalagi kalau konsekwensi keliru dan ruginya tidak perlu dipikiri dan ditanggung sendiri. Ada tim yang siap memberesi. Ini kemewahan level lanjut. Cukup untuk membuat seorang Murid SD Int'l memeluk lutut di pinggir Sungai Kapuas. Mungkin merenung dimana akses masuk ke zona ekslusif, dimana yang kalau salah ya sudah, kalau keliru ya seru (aja). Dimana tekad kuat dan juhal nanti dilihat dari hasil akhirnya saja, sukses atau tidak sukses
Lagarenze 1301
Banggai punya cerita politik yang unik dengan melibatkan keluarga Murad Husain, seorang pengusaha sawit yang berasal dari Tana Toraja. Saya pernah ke Luwuk, ibu kota Kabupaten Banggai, ketika bupatinya masih Sudarto dan Murad Husain sedang populer lantaran menukar uang 4 juta dolar ke rupiah tatkala kurs Rp 17.000. Dunia perpolitikan Banggai, terutama pemilihan bupati dalam 20 tahun terakhir, diwarnai keterlibatan anak dan menantu Murad Husain. Dimulai pada Pilkada 2011 ketika Herwin Yatim, menantu Murad, terpilih menjadi wakil bupati berpasangan dengan Sofhian Mile. Pada Pilkada 2015, Herwin Yatim naik kelas dan berhasil menjadi Bupati Banggai. Setelah itu, terjadilah pertarungan internal keluarga Murad. Herwin Yatim cerai dengan Sulianti Murad. Dan, itu juga menjadi perceraian politik. Pada Pilkada 2020, Sulianti Murad maju menjadi calon bupati menantang petahana Herwin Yatim. Di tengah jalan, Herwin Yatim didiskualifikasi oleh KPU karena sebagai petahana melakukan rotasi pejabat saat pilkada sudah berlangsung. Namun, diskualifikasi itu dianulir oleh PTUN Makassar. Apa akhir pertarungan mantan suami-istri itu? Yang menang calon lain, Amiruddin Tamoreka. Pada Pilkada 2024, perseteruan itu belum surut juga. Sulianti Murad kembali menjadi calon bupati, Herwin Yatim juga. Keduanya menantang petahana Amiruddin Tamoreka. Hasilnya, Amiruddin Tamoreka tetap menjadi pemenang, meski MK memerintahkan PSU. Sulianti Murad kalah suara sangat tipis 0,42 persen.
Muh Nursalim
Saya ssngat bangga dan acung jempul kepada para pengantin yg menjalani akad nikah secara normal. Emang ada yg tidak normal ? Oh. Banyak banget. Ada yg kepeksa krn telanjur hamil si cewek. Ada yg nikah di bawah tangan alias sirri yg tak dicatat di KUA atau catatan sipil. Jumlah pernikahan terus turun. Thn 2019 masih di angka dua juta lebih setahun. Selanjutnya terus mengalami penuruna. Trahir thn 2024 tinggal 1.484.000 an. Selama lima tahun berkurang setengah juta lebih. Padahal jumlah penduduk usia nikah antara 20 -35 ada 63 juta. Bila diasumsikan seimbang berarti ada 31.5 juta pasang. Tetapi yg nikah hanya 2.4 persen. Yang lain pada ke manaaa gitu.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
UBAH STRATEGI PERJUANGAN IKLIM INDONESIA.. Ada yang usul: 1). Sudah waktunya pemerintah mengubah cara berjuang di panggung iklim global. 2). Dari dulunya: Indonesia tampil sebagai aid seeker. Narasinya: negara berkembang, korban sejarah emisi, minta kompensasi, minta pendanaan. Akibatnya: posisi tawar lemah, mudah ditekan standar sepihak, dan sering dicurigai “greenwashing”. 2). Menjadi ke depan: Indonesia harus tampil sebagai solution provider. Narasinya: pemilik aset iklim kunci dunia. Hutan tropis, gambut, mangrove, biofuel, dan EBT bukan masalah, tapi infrastruktur iklim global. Yang dijual bukan simpati, melainkan jasa konkret: serapan karbon, perlindungan pesisir, stabilitas rantai pasok, dan transisi energi. 4). Dasar & alasannya jelas: A). Dunia butuh penurunan emisi cepat dan murah—aset Indonesia menjawab itu. B). Negara maju lebih percaya kontrak berbasis hasil daripada pidato moral. C). Tanpa hutan tropis, target Paris Agreement runtuh—ini leverage strategis. D). Dengan transparansi data, Indonesia bisa mematok harga, bukan sekadar ikut aturan. ### Singkatnya: Berhenti mengemis. Berhenti defensif. Mulai menjual solusi yang dunia butuh, tapi tak bisa mereka buat sendiri. Bagaimana menurut Anda?
Muh Nursalim
Hasil tiset M Tahir. Penghulu Blora. Orang orang yg ngaku nikah sirri ternyata yg benar benar nikah sesuai syariat hanya 65 persen. Yg lain sebenarnya pada kumpul kebo. Satu lagi. Kenapa nikah sirri ? Krn mau nikah resmi ndak bisa. Sebabnya macam2. Ada yg masih istri orang. Ada yg poligami. Ada yg tidak ingin kehilangan pensiunan. Di Sragen baru saja diadakan nikah massal. Pesertanya adalah mereka2 yg ngaku nikah sirri. Dari ratusan pelaku ternyata yg bisa dan mau dinikahkan resmi hanya 20 pasang. Yg lain. A u ah.
Ima Lawaru
Reporter CNN Indonesia menangis di depan kamera saat memberitakan kondisi korban rakyat Sumatra terkini yg sedang viral sekarang. Saya ikut menangis. Saya selalu teringat bagaimana kami menjadi pengungsi kerusuhan Ambon 1999. Kami tidak lapar. Kami hanya takut terbunuh. Apa yang pernah kami rasakan tidaklah seberapa...jika dibandingkan dengan yang dialami rakyat Sumatra hari ini.
Runner
Sayang ayah kepada anak sering tak terperikan. Ayah pandai menyembunyikan perasaannya. Namun yakinlah, anak merasakan sayangnya ayah. Terlebih anak perempuan. Cerita seorang sahabat. Semua saudara saudaranya bersekolah universitas dan bekerja jauh dari kampung halaman. Tempat ayahnya tinggal. Ceritanya, mereka merasakan ayah selalu menanti saat lebaran berjumpa dengan anak anaknya. Itulah waktu yang paling ditunggu ayah. Ketika anak anaknya kembali ke rumah masa kecilnya, itulah waktu yang membuatbayah sedih. Tapi ayah pandai memyembunyikan perasaan. Anak anak merasakan. Doa untuk semua ayah. Ibu ? Juga Ibu
Liam Then
Akhirnya semua kelar. Usaha dibangun susah payah selama beberapa tahun, runtuh begitu saja dalam tempo tak lama. Hopeng saya gulung tikar. Saya sudah pindah kerja ditempat lain, tapi kebiasaan kumpul-kumpul ke rumah hopeng, nonton bola, bahkan nginap, masih tak berubah. Malam itu, seperti biasa, nonton bola. "Boy, kau tahu ndak salah kau di mana?" "Hah, maksud kau?" "Begini, waktu kau ke Jakarta,sukses, kau angkut semua kawan saudara kau ke Jakarta, itu tak salah" "Jadi?" "Salahnya selama ini kau habiskan waktu bersama kami, lepas kerja biliar, habis itu pulang rumah" "........" "Gini boy, kau itu ibarat pohon beringin, kami semua berteduh dibawah kau, begitu kau tumbang, tentu kami serabutan kemana-mana" "......." "Kami bisa bantu pun, bisa apa?" "Jadi salahnya kau ini, tidak perluas hubungan kau, ke tingkat yang paling tidak sepantar atau lebih baik lebih tinggi" "Karena aku liat kau nih cukup ambisius, harusnya ini yang kau kerjakan" "......" "Coba pikir, Jakarta ini kolam besar, tempatnya orang yang punya kekuatan modal berpuluh-puluh kali lipat dari kau, misal selama ini, kau ada invest waktu kenal baik satu atau dua, kau mungkin tak perlu sampai lego semuanya untuk bayar hutang"
Murid SD Internasional
Setuju. Ada waktu senggang nanti sayya tulis esainya. Bahwa pemerintah Indonesia bisa menghasilkan cash Rp1.000 triliun secara recurring tiap tahun by doing nothing, cukup dengan menjaga Papua.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 173
Silahkan login untuk berkomentar