Sawit Atas
--
Begitu mendarat di bandara Morowali, kemarin, saya disapa sesama penumpang dari Makassar. Ia jurusan Balikpapan-Makassar-Morowali. Saya jurusan Surabaya-Makassar-Morowali.
"Sudah ada yang menjemput Pak?"
"Belum ada".
"Tujuannya ke mana, Pak?"
"Tidak tahu".
Terdiam.
"Anda sendiri mau ke mana?"
"Saya ada kantor di sini Pak," katanya.
"Ada mobil?"
"Ada".
"Boleh ikut?"
"Sangat boleh. Senang sekali".
Sebenarnya saya sudah melihat-lihat brosur di meja kecil yang ditunggu dua wanita muda di dekat pengambilan bagasi. Adakah mobil yang bisa disewa. Ada Avanza. Ada Xenia. Ada beberapa. Semua mobil kelas itu. Tidak ada yang sedikit lebih besar. Satu jam Rp 400.000. Ada yang Rp 800.000.
Saya ikut mobil yang gratis.
"Sering ke Morowali?" tanya saya.
"Setahun dua-tiga kali".
"Punya proyek apa?"
"Survei dan pemetaan tanah".
Namanya: Arif Setiawan. Orang Kebumen. Alumnus geodesi UGM. Pun S-2-nya. Di Morowali ia punya karyawan 20 orang –enam di antaranya insinyur geodesi.
Bandara Morowali ini masih terlihat baru. Kecil tapi tertata dan bersih. Termasuk toiletnya. Material bangunannya bukan kelas tiga.
Pesawat yang mendarat di bandara ini hanya dari dua jurusan: Makassar (enam kali sehari) dan Palu (sekali sehari). Semuanya Wings Air.

--
Jarak tempuh Makassar-Morowali 1,5 jam. Pesawatnya melintasi Teluk Bone, lalu, sesaat sebelum mendarat melintasi danau Towuti.
Bandara ini milik Pemkab Morowali. Bukan bandara yang sedang jadi topik berita di medsos. Yang diributkan itu adalah bandara khusus milik perusahaan nikel. Lokasinya di dekat industrial estate –sekitar dua jam perjalanan mobil dari bandara yang saya darati itu.
Dulu Freeport juga punya bandara khusus di Timika. Lama-lama pesawat komersial boleh ikut mendarat di sana. Pun di Bontang/Sangatta, bandaranya khusus milik perusahaan minyak. Kini juga boleh untuk pesawat komersial.
Bandara nikel di Morowali kelihatannya akan tetap berstatus bandara khusus. Kan sudah punya bandara komersial --meskipun landasannya kalah panjang.
"Kita tunggu mobil di sini," ujar Arif yang berhenti di teras bandara. Arif menjabat dirut di perusahaan survei yang dimiliki empat alumnus geodesi UGM itu.
Sesaat kemudian kami pun sudah masuk mobil Arif: Wuling. Saya akan ikut saja ke kantornya di kota Bungku –ibu kota kabupaten Morowali.
Keluar dari bandara mobil melewati jalan kampung. Jalan baru yang khusus menuju bandara belum selesai dikerjakan. Kampung ini mengesankan: rumah-rumahnya baik –untuk ukuran kampung. Umumnya seperti baru dipugar. Dalam hati saya berpikir: ini pasti dampak positif hilirisasi nikel di Morowali.
Baru 10 menit meninggalkan bandara saya dapat WA dari teman lama di Palu: Kamil Badrun. Saya memang berkabar kepadanya bahwa hari itu ke Morowali.
"Jangan meninggalkan bandara. Suami saya akan jemput ke bandara," ujar Mega, teman Kamil Badrun.
Mega dulunya wartawati di Poso. Nama aslinyi: Erni Johan Pau. Dia dapat nama Mega sejak meliput kedatangan Presiden Megawati ke Poso. Saat terjadi keributan Erni terpapar gas air mata. Sampai sakit.
Maka saya minta ke Arif untuk diturunkan di pinggir jalan. Untuk dijemput suami Mega. Ternyata saya diturunkan di sebuah warung ikan bakar. Sekalian saja makan siang: tepat jam 12.00.
Itu sesuai dengan cita-cita: di Morowali harus makan ikan bakar. Juga woku. Ikannya sangat segar. Apalagi warung itu di dekat kampung nelayan.
"Sebaiknya saya harus ke mana?" tanya saya usai makan ikan bakar.
"Tetap ke Bungku, lihat-lihat Bungku," ujar suami Mega.
"Setuju," jawab saya. Kami berpisah dengan Arif meski tujuan sama-sama ke Bungku.
Dari bandara ke Bungku ternyata jauh sekali: 1,5 jam. Melintasi jalan Trans Sulawesi. Menyusuri pantai.
Di warung ikan bakar tadi saya banyak bertanya soal kehidupan orang kampung dekat bandara. Kenapa begitu sejahtera. Karena nikel?
"Bukan Pak," jawab si warung.
"Lalu karena apa?"
"Kelapa sawit," jawabnya.
Orang-orang di kampung itu rata-rata punya kebun sawit antara 5 sampai 10 hektare. Makanya di sepanjang jalan saya melihat banyak kebun sawit.
Ternyata justru sawit lebih dulu mewabah di Morowali –jauh sebelum nikel.
Morowali ternyata tidak harus identik dengan nikel. Mungkin saja sawit di atas nikel di bawah.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 17 Desember 2025: Gula Semut
alasroban
Bruce Lee bersabda: "Saya tidak takut dengan orang yang belajar 10.000 jenis tendangan sekali, tapi saya takut dengan orang yang belajar satu tendangan 10.000 kali" Pak DI mulai menulis atau menjadi wartawan sejak 1975 dan sekarang tahun 2025. Artinya belau sudah menulis selama 50 tahun. Kalau sehari menulis sekali maka beliau sudah menulis sebanyak 18.262 kali. Bruce Lee takut sama orang yang melakukan hal yang sama sebanyak 10.000 kali. ini pak DI 18.000 kali. Sudah layak mendapat gelar dewa menulis. Mekaten,...
Bahtiar HS
Tapi pak Dahlan pernah berjibaku nyari sobekan kertas berisi catatannya lho? Berarti beliau mencatat juga. Mungkin itu pada kutipan yang sifatnya baru dan tidak segera bisa dengan mudah dihapalkan. Tetapi layak untuk dikutip di tulisannya kelak. Kita bisa temukan di CHD "Sobekan Lead" edisi tanggal 15 Jan 2023. Pas Pangdam V Brawijaya mengucap satu kalimat, Pak Bos merasa itu bagus sekali dipakai sebagai lead di tulisan beliau nanti. Lalu beliau ambil kotak snack di depannya, pinjam pulpen ke sebelahnya, lalu mencatat di sana. Cuma ketlisut. Lalu heboh dicari itu. Kalimatnya yg ingin dikutip "Jangan besar karena jabatan. Besarkanlah jabatan." Apa Pak Dahlan nulis itu saja di sobekan kertas bungkus snack itu? Dari fotonya sih tidak. Krn banyak kalimat di sana, meski saya nggak bs membacanya utuh meski sdh di-zoom. Mungkin beliau menulis dg kode pribadi yg hanya dipahami beliau sendiri. Tp memang kalau lihat peristiwa itu, berarti beliau: tidak sedari awal menyiapkan buku dan alat tulis. Berarti beliau biasa menghapal saja. Cuma pada kasus itu, mungkin hrs Pak Bos tulis krn penting atau bagaimana. Padahal di genggaman Pak Bos ada Redmi Note 13 Pro+ 5G. Tinggal buka app Note atau apapun kan bs nulis di situ. Ngapain nyari2 kertas pulpen. Jadul sekali. Kalau males nulis, bs buka app voice recorder. Rekam dengan suara. Nanti tinggal putar ulang. Jadi ingat istri saya. HP sudah iPhone 15, skedul masih minta ditulis di kertas. Padahal jg sdh dibuatkan di Google Kalender.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
YANG MENENTUKAN BUKAN IKLIM, MELAINKAN DISIPLIN.. Saya menangkap benang merah lain dari kisah Tuti dan Dhipa: disiplin yang panjang. Bukan semangat sesaat. Tuti bekerja 15 tahun dengan standar yang sama. Organik bukan slogan, melainkan prosedur. Data pohon kelapa diperlakukan seperti data pasien di rumah sakit: ada riwayat, ada waktu, ada perlakuan. Di situlah keunggulan kompetitif tercipta. Bukan dari subsidi, tapi dari konsistensi. Dhipa juga begitu. Ia tidak pindah usaha setiap kali jatuh. Ia jatuh di Tanah Abang, bangun di laundry. Dari laundry, ia belajar logistik. Dari logistik, ia paham cara raksasa digital menekan biaya. Ilmu itu tidak datang dari seminar, tapi dari setrika, karung, dan resi. Maka saya jadi ragu pada istilah “daya beli turun”. Yang sering turun justru daya tahan pelaku usahanya. Mereka yang bertahan lama biasanya bukan yang paling pintar berbicara, tapi paling rapi bekerja. Ekonomi tidak pernah ramah pada yang ceroboh. Tapi selalu adil pada yang disiplin. Masalahnya, disiplin jarang viral. Padahal, di situlah sesungguhnya denyut ekonomi bekerja.
Taufik Hidayat
Membaca kisah tentang pohon kelapa yang diberi tanda koordinat khusus dan datar riwayat hidup alis log book membuat saya ingat akan sistem di pesawat terbang. Nah sebagaimana diketahui pesawat terbang itu terdiri dari ribuan atau jutaan suku cadang yang bisa dipasang dan diganti pada setiap pewartaannya. Setiap pesawat terbang ala punya serial number akan punya riwayat perawatan untuk masing masing komponen. Jadi mereka aka punya riwayat yang bisa dilaca Back to Birth atau sejak dibua di pabrik sudah mengalami perawatan apa saja , komponen apa saja yg sudah diganti dan kapan ! Suku cadang mas saja yang harus diganti dan kapan. Wah keren sekali pohon kelapa seperti itu. Walau identik tapi tidak sama..
Murid SD Internasional
Mungkin ini pertama kalinya saya perlu berterima kasih, ada 1 komentar saya yang dipilih sebagai Komentar Pilihan CHDI. Bukan karena bisa mejeng di Komentar Pilihan-nya, tapi karena terpilihnya komentar satu ini, Pak DI sudah mematahkan kesan yang sempat di-framing Pak Guru @Definisi Mewah beberapa hari lalu bahwa katanya Pak DI tidak punya empati. Pemilihan satu komentar ini justru memberi dengung keras, bahwa Pak DI adalah sosok yang peduli, terhadap ratusan ribu perempuan yang saat ini berada di tenda-tenda pengungsi. Komentar yang mana? Komentar saya tentang permohonan bantuan pembalut wanita bagi para perempuan korban bencana banjir bandang lumpur, di 3 provinsi Sumatera. Komentar Pilihan CHDI adalah ruang etalase ekslusif. Spot etalase ekslusif ini tentu lebih mendapat atensi dari para silent readers CHDI. Dan sebagian silent readers CHDI tersebut pasti ada yang terdiri dari orang-orang penting, dan berpengaruh. Maka, jika tulisan tentang urgensi bantuan pembalut wanita bisa dibaca, oleh orang-orang berpengaruh, lalu kemudian orang-orang berpengaruh tersebut menggerakkan bantuan tersebut dalam jumlah besar, maka itu menjadi rahmat yang besar, bagi ratusan ribu perempuan pengungsi di Sumatera yang saat ini tengah didera nyeri menstruasi. Di titik inilah, saya berterima kasih kepada Pak DI.
Bahtiar HS
Mbah Mars, Ada salah seorang Perusuh yang layak dicontoh soal eksport import ini. Di Indonesia, beliau adalah Eksportir. Eksportnya ke Malaysia. Di Malaysia, beliau bertindak sebagai Importir. Jadi dari Indonesia kirim barang sbg eksportir ke Malaysia. Di Malaysia diterima sendiri krn beliau Importir di sana. Jadi amanlah. Keluar dari kantong kanan dalam bentuk RM, masuk ke kantong kiri dalam bentuk RP. Beliau adalah Datuk Diraja Dimyati. Sudah Datuk, Diraja pula. Mantap!
Lutfi ꦱꦸꦩꦶꦠ꧀ꦫꦺꦴ
“Wainta mlimiki kmamupen utuk mnegelola hmaipr saum aepsk kheidupan, trumisk pkerajan di lrua rmaah dnan tguas dmoetsik.” ... Jgnan kwahrit mseki tulsian tyop ttpe bsia dbaca, oatk amnuisa aakn tteap mmhaminya knarea itnensi dpat dsimuplkan dri ktoneks."
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
@pak Dahlan, TIGA WANITA PENGUSAHA YANG HADIR SAAT GATHERING DI DIC FARM.. Saat gathering di DIC Farm, sebenarnya ada satu lagi “karyawati” bank yang juga telah merangkap sebagai pengusaha selama tujuh tahun terakhir. Beliau adalah Mbak Mufidatul Mila, lulusan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), yang bekerja di bank BUMN pada bagian kredit pertanian. Usahanya dimulai sekitar tujuh tahun lalu, dengan memanfaatkan seluruh uang bonus dari pekerjaannya di bank sebagai modal bisnis. Langkah awalnya adalah menyewa lahan tebu, lalu berkembang ke berbagai komoditas pertanian lainnya. Seiring waktu, lahan sewa yang dikelola sudah mencapai hektar-hektaran. Komoditas terakhir yang digarap adalah nanas, dan pada tahap inilah beliau menuai kesuksesan besar. Hasil dari usaha nanas tersebut bahkan melampaui total penghasilannya selama bekerja di bank termasuk bonus-bonusnya. Pada titik itu, beliau sempat berkonsultasi kepada Pak Dahlan: apakah sudah saatnya resign dari bank atau tetap menjalani keduanya. Semoga Pak Dahlan masih ingat. Maksud saya, wanita pengusaha sukses yang hadir di gathering DIC Farm ada tiga orang, bukan dua.
Muh Nursalim
Di Kabupatenku, Sragen. Sekarang ndak ada pohon kelapa. Jaman aku kecil banyak sekali. Saya sendiri pernah jatuh dari pahon kelapa. Saat main layang-layang, benda itu nyangkut di pohon kepala setinggi 10 M lebih. Tak panjat untuk menyelamatkan. Ketika lagi asyik narik benang sambil duduk di pelepah pohon kelapa. Tiba2 benda itu sempal. Saya sadar ketika sudah di rumah. Pingsan ternyata membawa berkah. Hari ini pohon kepala ndak ada lagi di sini. Habis dimakan kumbang. Kalau ada yang nyoba tanam. Bisa hidup, tapi nanti saat mulai berbuah mati juga. Kasian, anak-anak Sragen sekarang ndak tahu pohon kelapa. Yang mereka tahu es kelapa muda.
imau compo
Beberapa hari saya tidak baca Disway, ternyata ada catatan ganti tempurung lutut. Berapa ya biayanya? Beberapa waktu yang lalu saya nengok Pakcik saya di Anambas yang berusia 85 tahun. Masih sehat, sayang lututnya bermasalah karena dulu beliau pekerja keras, salah satunya buruh pelabuhan. Mungkin tempurung lututnya menipis dan sampai pada hari ini sakit kalau pakai jalan.
imau compo
Apa yang saya yakini selama, bisnis kelapa punya prospek baik, ternyata ada fakta pendukungnya dari Disway, prospek bisnis ekspor gula Ibu Unsoed makin prospektif. Cina juga mau hilirisasi kelapa Morowali secara besar-besaran. Sejak Covid saya dan teman-teman memulai bisnis kelapa, namun di luar dugaaan malah boncos. Entah apa masalahnya. Hari-hari..... saya, juga beberapa teman pemilik saham tadi, ngomon-ngomon seperti orang paling pintar di Republik ini, ternyata aplikasinya tidak mudah. Ha....ha...ha.
Liam Then
Entah apakah pernah saya ceritakan di sini, ini kisah nyata,tentang salah satu sahabat terbaik saya. Jika tak bisa jadi inspirasi, anggaplah sekedar hiburan. Pernahkah anda punya teman, yang sedari belia sudah keliatan punya bakat jadi bos? Teman saya yang satu ini, bolehlah dibilang hopeng sedari kecil - istilah serapan dari bahasa mandarin "hao pheng you" Hopeng saya yang satu ini, sedari SMP sudah "agak laen". Konsisten sekali, dua abangnya yang juga jadi kawan, juga sering ngomel, nasibnya sebagai anak bontot memang "agak laen". Jika dua abangnya dulu, dipelasah ketika ketahuan maen game di pusat amusement ,yang pakai koin 100-an itu, pas sampai ke teman yang saya satu ini , malah suka rela diantar, dikasih sangu, dijemput oleh orang tua. Hehehe, anda yang punya adik bontot yang dimanja, tentu tahu perasaan sepet-nya dua abang teman saya ini. Saya yang bukan saudara kandung, berapa tahun juga rasakan "agak laennya" teman saya ini. Entah kenapa sejak SMP , SMA , sampai kuliah tak pernah mau mbonceng. Dari sepeda BMX, sampai motor, tak pernah mau mbonceng saya, selalu saya yang mbonceng. Yang paling menyebalkan, waktu di SMA, kita capek bikin catatan, teman saya ini anteng tinggal dipinjamkan catatan, atau disalinkan catatan oleh beberapa kembang kelas. Ketika kuliah, lebih parah, ketika kami-kami capek uber-uber kembang, teman saya yang satu ini, kembangnya yang nyamperin ke rumah. Sungguh bikin sempat bertanya -tanya apakah nasib itu memang sudah ditentukan.
daeng romli
Di akhir artikel kali ini ada kalimat " Wanita kian jadi andalan di negara mana pun - mulai terlihat di Indonesia. Ini benar sekali. apalagi waktu menjadi 'sesuatu' (quote tulisane Abah) dulu Abah juga sering memilih seoprang wanita sebagai pemimpin. Dan ini juga menular ke Sakura Regency dimana seoarang wanita juga jadi pemimpin, sehingga utk memanggilnya saja harus menggunakan pronomina "Anda" #guyonBah #wesngonoae
Udin Salemo
@ko Liam Then, Cerita ko LT dengan hopengnya sangat menarik. Dengan gaya bahasa bertutur ko LT campuran bahasa Melayu Ponti dan bahasa Tiociu (saya pernah tinggal 1,5 tahun di Khuntien jadi tahu sedikit cara orang sana bertutur). Saran saya, tulis cerita dengan hopeng itu sebanyak mungkin sehingga layak untuk menjadi novel. Tapi jangan ditayangkan di kolom komentar ini. Berikan naskahnya ke uda Thamrin Dahlan, biar diedit yang bagus dan dicetak. Dijual komersial. Kalau sudah dijadikan buku novel saya orang pertama yang akan membelinya. suer...
Murid SD Internasional
PERTANYAAN SEMUT Semut A: "Boy, serius pemerintah kita bilang masih bisa menangani bencana?". Semut B: "Betul, A Ling. Pemerintah sudah ber-statement tegas, negara kita masih mampu, masih kuat, jadi tak perlu lah bantuan dari negeri-negeri asing". Semut A: "Tapi, Boy... ketika banyak warga kita mengancam pingin minggat ke luar negeri demi kehidupan yang lebih baik, kenapa pemerintah kita tak pasang badan dengan cara yang sama? Misal, bilang, 'kalian tidak perlu minggat ke luar negeri, negara kita masih mampu memberi kalian pekerjaan yang layak, negara kita masih kuat memberi kalian penghidupan yang layak, jangan pernah pergi meninggalkan negeri ini, kami yang akan sejahterakan kalian', nah, kenapa pemerintah kita tidak ada bilang seperti itu?" Semut B: "..................." Semut A: "Dan bukankah ironis, ketika negara mengizinkan ratusan bahkan ribuan warga negara asing masuk ke negeri ini di area smelter, area penambangan, area ini, area itu, hanya untuk bekerja kasar, sesuatu yang bahkan seharusnya jadi pekerjaan milik bangsa kita sendiri? Kenapa pemerintah kita tak ada bahasa begini, 'negara ini masih mampu, masih kuat, tidak butuh pekerja-pekerja asing yang bahkan menyerobot pekerjaan yang seharusnya milik kami para pribumi', nah, kenapa tak ada bahasa begitu?" Semut B: "..................."
Runner
Buka lahan pertanian di Merauke, infonya mendatangkan 2000 excavator. 1400 alat berat untuk Sumatra “kecil” itu. Plus ada minimal 1400 operator.
Murid SD Internasional
Ini dampaknya tidak main-main. 1. Dampak sosial + dampak kemanusiaan: kelaparan massal, kematian meningkat di gugus usia kelompok rentan, trauma psikologis jutaan pengungsi, hingga konflik sosial perebutan bantuan yang terbatas. 2. Dampak kesehatan: wabah penyakit akibat kelaparan dan sanitasi buruk berupa diare / kolera / malaria / ispa, imun tubuh menurun menyebabkan infeksi, krisis gizi beresiko anak-anak terkena stunting dan orang-orang dewasa kehilangan produktivitas. 3. Dampak ekonomi: jutaan orang tidak bisa bekerja, ekonomi 3 provinsi lumpuh total, biaya pemulihan semakin membengkak, biaya rehabilitasi makin tinggi anggarannya, distribusi pangan nasional mengalami gangguan, logistik terganggu, harga bahan pokok melonjak. 4. Dampak politik + pemerintahan: krisis kepercayaan publik, pemerintah dianggap tidak optimal melindungi rakyatnya, tekanan dunia internasional, dunia menyoroti lambatnya repon pemerintah, reputasi pemerintah di mata dunia kian anjlok, hingga potensi terjadi instabilitas politik, protes massal skala besar muncul, hingga menuntut perubahan kebijakan hingga perubahan kepemimpinan. Para pemangku kebijakan, mohon ini menjadi renungan serius, dan segera lakukan tindakan yang bisa mencegah seluruh potensi bahaya di atas.
Murid SD Internasional
Saya sudah mengumpulkan data estimasi distribusi alat-alat berat di Sumatera. Berikut rinciannya. Excavator 500 unit. Bulldozer 200 unit. Dump Truck 300 unit. Loader 150 unit. Crane 100 unit. High Pressure Water Pump 200 unit. ----- Total estimasi 1.400 unit alat berat, di seluruh provinsi Sumatera. Peta sebarannya? Ini. Aceh 130 unit. Sumatera Utara 217 unit. Sumatera Barat 170 unit. Riau 191 unit. Kepulauan Riau 71 unit. Jambi 140 unit. Bengkulu 108 unit. Sumatera Selatan 205 unit. Bangka Belitung 89 unit. Lampung 180 unit. Artinya? Masih ada 7 provinsi di Sumatera yang bisa men-drop 800+ alat-alat berat di atas ke Aceh / Sumut / Sumbar, via Kapal Roro, via Kapal LCT, via Kapal Militer TNI AL, via Hercules C-130, via Boeing 737-400F, via Antonov, via Mi-17, via Chinook, via Super Puma. Hingga minggu ke-3 ini, mobilisasi skala besar-besaran untuk alat-alat berat di atas, belum digerakkan, sehingga penderitaan 2,1 juta lebih warga Aceh / Sumut / Sumbar di pengungsian, makin berkepanjangan. Kuncinya ada di keputusan tertinggi, Presiden RI. Wahai Allah Yang Maha Kuasa, lembutkan hati pemimpin tertinggi negeri kami.
Runner
Menjadi pengusaha, kayaknya enak. Yang lebih sering diberitakan, cerita diujungnya. Sukses. Peristiwa jatuh bangun sebelum sukses, kadangkala terabaikan dari perhatian. “Bagaimana jadi pengusaha”, biasanya masuk program pelatihan bagi calon calon pensiunan perusahaan BUMN. Sering kali cerita sukses pengusaha melambungkan harapan pasti sukses. Pikir pikir sebelum memutuskan. Kalau belum ada pengalaman berusaha, berdagang, jangan grasa grusu. Eman eman uang pensiun. Untuk yang masih muda, bisa bekerja sambil “belajar” jadi manusia kuadran. Kan ada bukunya, karya perusuh yang anda sudah tahu.
DeniK
Ada juga ekonom abal - abal kalau bicara di medsos pesimis terus bawaan nya . Dan itu laku sering di undang ke berbagai podcast . Jadi narsum thn 2023 ekonomi 2024 akan suram , hyper inflasi , resesi ekonomi dll. Begitu juga prediksi thn 2025 akan semakin suram , perrumbuhan ekonomi di ramal minus . Untuk thn 2026 sang ekonom kembali menebar pesimis dan ketakutan . Seperti akan terjadi kiamat ekonomi di 5hn 2026 . Semoga di jauhkan dari orang- orang pesimis dan tdk mau kerja .
Dandi Video Channel
Pak DI tulis dong soal PLN Aceh .. kok bisa blackout berkali-kali dalam tahun 2025. Sebelum banjir besar ini saja ada 2 kali blackout, apalagi sekarang sdh mau sebulan byar-pet terus. Apa yg salah ini? Apakah ilmu yg pak DI turunkan dulu di PLN sudah dilupakan oleh mereka?
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 173
Silahkan login untuk berkomentar