Hebatnya Sedekah

Hebatnya Sedekah

Memberi bunga untuk menimbulkan kebahagiaan seseorang. -Ilustrasi: Pixabay/@klimkin-disway.id

”Hadis di atas memberi pemahaman bahwa sedekah memiliki makna yang luas. Setiap orang dapat melakukannya,” terang Fuad Nasar.  

Sedekah tidak dibatasi dalam bentuk materi yang hanya orang-orang mampu dan kaya bisa melakukannya. 

”Ucapan yang menyejukkan hati atau senyum simpatik kepada orang lain juga merupakan sedekah,” imbuh Fuad. 

Tidak dipersoalkan sedekah itu banyak atau sedikit, berupa materi atau bukan, tapi yang penting ialah hasrat dan niat suci untuk mengukir jasa baik sepanjang hidup.

Sedekah mengisyaratkan betapa luasnya lapangan amal kebajikan bagi seorang muslim. Setiap orang dapat berpartisipasi. 

Sedekah berfungsi merekat hubungan antar-manusia berlandaskan rasa empati, kasih sayang, dan persaudaraan.

Memberi adalah sumber kebahagiaan. Seorang muslim merasa bahagia jika dapat membahagiakan orang lain di sekitarnya.

Ketika seorang sahabat bertanya kepada Nabi, ”Siapakah manusia yang paling baik?” Nabi menjawab, ”Orang yang memberi manfaat kepada orang lain.” 

Sahabat itu bertanya lagi, ”Amal apa yang paling utama?” Dijawab,  ”Memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman.” (H.R. Thabrani).

Sejarah mengabadikan khutbah pertama Nabi Muhammad SAW di Madinah, setelah hijrah dari Mekkah, dalam kesempatan shalat Jumat pertama di tahun pertama Hijriyah, mengemukakan keutamaan sedekah. 

Maka siapa yang mampu memelihara dirinya dari (siksa) neraka, meskipun dengan hanya sepotong korma, maka lakukanlah itu. 

Dan siapa yang tidak memperoleh (suatu apa pun), maka dengan ucapan kata-kata yang baik.  

Sesungguhnya segala kebajikan akan diberi ganjaran sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat.

Dalam sebuah hadis dijelaskan jenis amal jariyah yang terkait secara langsung dengan kebutuhan dan kemaslahatan umum. 

”Sesungguhnya amal saleh yang akan menyusul seorang mukmin setelah dia meninggal dunia kelak, ialah ilmu yang dia ajarkan dan sebarkan, anak saleh yang dia tinggalkan, mushaf Quran yang dia wariskan, masjid yang dia bangun, rumah tempat singgah musafir yang dia dirikan, sungai (irigasi) yang dia alirkan, dan sedekah yang dia keluarkan di kala sehat dan masih hidup. Semua itu akan menyusul ketika seseorang meninggal dunia kelak.” (H.R. Ibnu Majah dan Baihaqi).

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: seditjen bimas islam

Berita Terkait

Close Ads