TNI AL Temukan Kokain Senilai Rp 1,25 Triliun di Perairan Banten
Ilustrasi/ TNI AL temukan kokain 179 kilogram di perairan Banten--Pixabay
”Kemungkinan yang pertama adalah sudah ada yang akan mengambil,” ungkap Heri. Namun, sebelum diambil TNI AL sudah lebih dulu mengamankannya.
Kemungkinan kedua, lanjut Heri, para pelaku ingin memanfaatkan pasang surut air laut sebagai bagian dari upaya penyelundupan.
Sebab, pasang surut air laut bisa dihitung dan datanya lengkap tersedia. Terakhir, para pelaku memasang alat pelacak pada paket kokain itu.
”Ada barang yang oleh mereka dipasang di benda terapung tersebut sehingga posisinya bisa terdeteksi oleh kapal yang mengambil,” jelas perwira tinggi bintang tiga TNI AL tersebut.
Modus operandi itu, lanjut Heri, sudah umum dilakukan oleh para penyelundup. Termasuk yang ingin memasukan atau mengeluarkan barang secara ilegal dari dan menuju Indonesia. Hal senada disampaikan oleh Deputi Pemberantasan BNN Irjen Kennedy.
”Modus operandinya memang kalau tidak dilemparkan ke laut dengan titik koordinat (tertentu) itu ada ship to ship,” terang dia. Modus tersebut, kata dia, sudah sering dilakukan oleh sindikat narkotika.
Lebih lanjut, Kennedy menyampaikan bahwa jalur laut menjadi yang paling sering digunakan oleh sindikat narkotika untuk menyelundupkan barang.
Dibanding jalur darat dan udara, jenderal bintang dua Polri itu menyatakan bahwa penyelundupan lewat laut lebih sering terjadi.
Persentasenya mencapai 85 persen untuk jalur laut dan 15 persen jalur darat maupun udara. Untuk itu, BNN tidak pernah berhenti berkoordinasi dengan TNI AL dan instansi lain yang memiliki kewenangan penegakan hukum di laut.
Diakui oleh Kennedy, jumlah kokain yang ditemukan oleh TNI AL di Perairan Banten sangat banyak. Bahkan dia menyebut temuan itu spektakuler.
”Dari tahun ke tahun semenjak saya di BNN, enggak pernah tangkapan (kokain) satu kilogram pun. Ini sangat luar biasa, sekali ratusan kilogram,” jelas dia.
Nilai temuan tersebut mencapai triliunan rupiah lantaran harga kokain memang lebih mahal dibanding jenis narkotika lain. Karena itu, meski secara fisik hanya ada empat kantong berisi 179 kilogram, nilai kokain tersebut sangat tinggi
Namun demikian, Kennedy menambahkan, pihaknya masih belum mengetahui asal kokain tersebut. Pun demikian target serta pemilik.
Tidak menutup kemungkinan barang itu hanya dilintaskan melalui Perairan Indonesia untuk dikirim ke negara lain. Sebab, kokain memang jarang dipasok ke Indonesia.
”Sekarang untuk penggunaan kokain atau heroin dan sejenisnya yang dari tumbuhan itu sangat kecil sekali pangsa pasarnya di Indonesia,” ungkap dia. Untuk itu, pihaknya masih perlu melakukan pendalaman.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: Radar Banten