Penjelasan PM Lee Hsien Loong Terkait Penolakan Pendakwah yang Datang ke Singapura

Penjelasan PM Lee Hsien Loong Terkait Penolakan Pendakwah yang Datang ke Singapura

Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong dalam satu kesempatan dengan menikmati hidangan bersama pendakwah di Singapura. -Mediacorp-Disway.id

Pemerintah Singapura menetapkan sistem pemilihan presiden dengan menetapkan ras Melayu yang boleh ikut serta kali ini untuk menjamin perwakilan tiga ras di negara itu, Tiongkok, India dan Melayu.

Melawan tudingan Anti Melayu dan Anti Islam, di wilayah yang dikelilingi negeri mayoritas muslim, khususnya Malaysia dan Indonesia, Singapura menetapkan Halimah Yacob sebagai Presiden Melayu pertama Singapura dalam 47 tahun. 

Penetapannya sempat menimbulkan silang pendapat, bukan karena alasan ras, namun karena ia dipilih secara tidak demokratis, ia merupakan calon tunggal.

Dari 5,7 juta penduduk Singapura, 74% terdiri dari Tiongkok 13% Melayu, 9% India dan selebihnya kategori lainnya. 

“Jika semata mata mengandalkan suara tak ada orang Melayu yang an terpilih presiden,“ kata PM Lee dalam salahsatu pidatonya.

“Ini menunjukkan kami tak hanya bicara tentang multi ras, namun kami bicara dalam konteks meritokrasi (demokrasi berdasarkan merit) atau peluang untuk siapa pun dan kami menjalankannya,” kata Halimah kepada surat kabar The Straits Times.

Halimah dilantik pada Rabu 13 September 2017 setelah calon-calon lain tak memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Singapura menetapkan sistem kepresidenan untuk meningkatkan inklusif multibudaya dalam hierarki kepemerintahan dengan menetapkan calon dari komunitas Melayu saja yang boleh mencalonkan diri tahun ini. Dari tiga calon Melayu, hanya Halimah yang layak, menurut badan pemilihan umum.

Sebagai Presiden ke-8 di Singapura, Halimah Yacob lahir di Queen Street, Singapura, pada 23 Agustus 1954. Dia merupakan bungsu dari lima bersaudara, semua kakaknya laki-laki. Ayahnya, muslim keturunan India dan bekerja sebagai penjaga keamanan, meninggal saat Halimah masih berusia 8 tahun.

Halimah dibesarkan ibundanya, Maimun Abdullah, wanita Melayu yang saat itu bekerja di kedai makanan. Halimah yang masih sekolah mengaku sering membolos, membantu ibundanya berjualan. Akibatnya, dia sempat akan dikeluarkan dari Singapore Chinese Girls' School.

Suaminya, Mohammed Abdullah Alhabshee, adalah mantan pengusaha keturunan Arab. Pasangan ini menikah tahun 1980 dan memiliki lima anak.

Halimah Yacob Halimah berkuliah di University of Singapura mengambil jurusan hukum. Dia lantas bergabung dengan Kongres Serikat Perdagangan Nasional (NTUC) sebagai staf legal.

Selama lebih dari 30 tahun Halimah mengabdi di NTUC hingga akhirnya ditunjuk menjadi Wakil Sekretaris Jenderal. Tahun 2001, Halimah memulai karier politiknya.

Dilansir Disway.id dari Channel News Asia, Halimah mengaku sama sekali tidak pernah berpikir untuk terjun ke dunia politik.

Halimah juga sama sekali tidak membayangkan akan mencalonkan diri dalam pilpres. Halimah terjun ke dunia politik atas dorongan dari Perdana Menteri Singapura saat itu, Goh Chok Tong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: channel news asia

Berita Terkait