Bubur Jagung
-Pinterest-
INI berita biasa. Tidak usah Anda baca. Pada saat panen raya jagung ini harganya merosot. Tidak ada yang baru. Begitulah dari tahun ke tahun.
Saya menulis ini tidak untuk Anda baca. Hanya agar sesak di dada saya reda. Ini semacam obat psikologis bagi saya sendiri –bukan bagi petani jagung.
Mereka sudah banyak yang membela. Gubernur NTB Dr Zulkifliemansyah sampai punya ide gila. Ia sudah merayu menteri pertanian. Agar diizinkan ekspor kelebihan jagung. Itu untuk menjaga agar harga di tingkat petani jangan jatuh.
Memang belum rezeki mereka. Permohonan itu ditolak. Dengan alasan: demi kecukupan jagung nasional di luar musim panen.
Di Dompu, penghasil jagung utama Indonesia saat ini, harganya tinggal Rp 4.000/kg. Dari Rp 5.100 bulan lalu. Bahkan setelah Lebaran kemarin tinggal Rp 3.600/kg.
Sekarang panen jagung baru hebat-hebatnya. Baru panen separonya. Masih ada separo lagi yang tetap harus dipanen.
Harga Rp 4.100 pun sebenarnya belum terlalu jelek. Petani masih bisa mendapat untung. Tapi mereka ngiri dengan yang panen awal. Yang masih mendapat harga Rp 5.100.
Maka doa pembaca Disway akan dikabulkan: ya Tuhan mohon harga Rp 4.100 itu jangan turun lagi. Masih sekitar 2 juta ton yang harus dipanen.
Tolong angka 2 juta itu jangan dibocorkan ke pedagang: bisa dipakai untuk lebih menekan harga. Angka itu Anda hapus saja, begitu Anda sudah membacanya.
Memang, ada siklus yang lain: setiap setelah Lebaran, konsumsi jagung menurun. Aktivitas ternak ayam kembali normal dibanding menjelang Lebaran. Itulah yang membuat harga jagung sempat mengkhawatirkan. Lalu membaik lagi, meski tidak bisa kembali ke awal.
NTB kini memproduksi jagung sekitar 4 juta ton. Angka ini juga Anda rahasiakan. Satu Kabupaten Dompu saja memproduksi 1/6 nasional. Saya keliling Sumbawa kapan itu. Ketika tanaman jagung baru berumur 1 bulan. Seluruh Sumbawa hijau royo-royo. Memberikan harapan yang sungguh membahagiakan untuk masa depan.
Bahagia itu tidak tiba sepenuhnya. Harga jagung menurun. Gudang-gudang di sana sudah penuh. Padahal kapasitas gudang terus ditingkatkan –semua milik swasta.
Tahun depan perlu antisipasi sekelas persiapan mengurus mudik Lebaran. All out. Misalnya melakukan koordinasi dengan gudang-gudang Bulog di Jawa Timur. Toh konsumsi jagung utama itu tetap saja di Jawa. Lalu disiapkan kapal jauh-jauh hari. Pakai pelabuhan Dompu yang besar. Masih bisa pinjam pelabuhan Tambora yang lebih besar. Yang konon pelabuhan lama ini tidak lagi bertuan. Itulah pelabuhan untuk mengangkut kayu gelondongan di masa nan lalu. Yang kemudian nganggur setelah hutan Tambora gundul. Paling, sekarang, hanya dipakai sesekali. Untuk mendatangkan gula rafinasi. Diolah dijadikan gula di pabrik rafinasi baru di dekat situ.
Untuk tahun ini sudah terlambat. Sudah telanjur Mei. Seperti tahun lalu. Dan tahun-tahun sebelumnya.
Dompu adalah kisah sukses kebangkitan petani jagung Indonesia. Melebihi Gorontalo yang legendaris itu. Semangat menanam jagung mewabah cepat bak virus Omicron.
Sebenarnya panen jagung itu bisa diatur. Sedikit. Jagung beda dengan padi. Buah jagung bisa dibiarkan sementara di pohonnya. Bisa bertahan sampai satu bulan. Asal kelobotnya tidak dikupas.
Tapi petani ingin cepat dapat uang. Sebagian juga ingin cepat menanam lagi. Ketika harga mulai turun petani panik. Takut lebih turun lagi. Dipanen saja.
Sebenarnya, masuk akalkah ide gubernur Zulkifliemansyah itu? Untuk mengekspor kelebihan jagung itu?
Dari segi harga, ide itu sangat masuk akal. Harga jagung impor, andai diperbolehkan, ada di angka Rp 6.000/kg. Berarti harga di luar negeri lebih tinggi dari Rp 4.100/kg.
Pun Sang Gubernur sudah punya pembeli di luar negeri: Filipina. Tinggal menunggu izin dari Kementerian Pertanian –yang ternyata ditolak itu.
Salah satu tugas Kementerian Pertanian memang menolak dan mengizinkan. Bukan mencarikan gudang.
Sebenarnya petani kita itu hebat sekali. Dengan gambaran itu maka sebenarnya petani jagung itu sokoguru stabilitas nasional. Sedang eksporter minyak goreng adalah sokoguru devisa - -dan sokoguru terbentuknya barisan konglomerat di Indonesia. Petani jagung, dengan demikian, adalah pahlawan stabilitas jagung nasional. Memang, sebagian orang bisa bangga dengan gelar itu. Sebagian lagi, di sektor lain, hanya bangga kalau bisa memperoleh banyak laba.
Jagung Dompu itu hampir 100 persen dikirim ke Jawa. Maka gudang jagungnya sebenarnya bisa di mana saja: di Sumbawa maupun di Jawa.
Apalagi jagung Dompu itu tergolong mudah ditangani. Tingkat kekeringannya bagus. Udara tidak lembap. Dijemur tiga hari sudah bisa mencapai moistur 15 persen.
Tahun ini Indonesia nyaris swasembada jagung. Produksi nasional sudah di atas konsumsi 14 juta ton/tahun. Persoalannya tinggal mengatur stock musiman –dan itu bukan hanya ''tinggal''. Itu pekerjaan besar. Yang sebenarnya sudah lebih ringan dengan majunya teknologi informasi.
Ibarat lomba, swasembada jagung sudah di dekat garis finish. Tinggal menjaga hati petani: agar harga panennya bisa dipercaya.
Kalau saja harga jagung bisa dipertahankan minimal Rp 4.500/kg petani akan mencapai finish tahun depan. Dulu HPP menanam jagung memang masih sekitar Rp 3.300. Tapi harga pupuk naik terus. Harga Pokok Produksi itu kini sudah sekitar Rp 3.600.
Saya bukan petani jagung. Bukan pula ahli jagung. Bisa jadi hitungan itu tidak persis seperti seorang profesor menghitungnya.
Jagung telah mengubah Dompu. Lalu menjalar ke barat. Ke timur. Ke utara. Hanya ke selatan yang tidak bisa: ditolak Nyai Roro Kidul di lautan Hindia.
Zaman dulu Sumbawa dikenal sebagai produsen kacang hijau. Juga kedelai. Kini, saya lihat, tidak ada lagi yang mau menanam kacang hijau. Semua pindah ke jagung.
"Zaman dulu kami memiliki kebiasaan sarapan bubur kacang hijau di Sumbawa. Kebiasaan itu sudah lama hilang," ujar seorang tokoh Sumbawa yang pindah Surabaya.
Ups... Itu tidak sepenuhnya benar. Masih banyak yang menanam kacang hijau di sana. Khususnya setelah panen raya jagung ini. Tapi wabah jagung memang mengubah Dompu.
Yang terkikis justru tanaman padi. Itu karena hasil jagung bisa tiga kali lipat hasil tanam padi. Berarti terjadi proses meningkatkan pendapatan petani tradisional.
Kalau harga bisa dijaga. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Tanpa Sakit
Akagami Shanks
Meskipun hari ini sektor healthcare sedang di bahas. Saya justru tertarik dengan GOTO dan TELKOMSEL yang sekarang menjadi berita dari situs dpr.go.id. Alasannya karena tidak paham sama sekali dengan satu sektor ini. Yaitu (healthcare). Akhirnya tadi malam saya berselancar di youtube. Ketemulah sebuah channel @YT, dan akun @FB yang membahas soal ini. Di bahaslah secara detail, tanggal, dan beberapa aksi korporasinya. Ada juga teori menghubung-hubungkan. Apakah teoiri tersebut tepat. Tidak paham sama sekali. Juga nama sekuritasnya ikut di bahas. Berarti kemungkinan YU di GOTO, yang 46,6 juta Lot itu lagi di pakai TELKOMSEL. Mungkin data ini ada pada kata kunci (5%). Tidak paham juga, saya malas membuka data (5%) itu. Dari ringkasan data yang di berikan secara cuma-cuma tersebut. Saya bisa membuat kesimpulan. GOTO bukan perusahaan sehat per 25 Mei 2022 dari sisi permodalan. Untuk besok tidak paham.
alasroban
-pulang pergi ikut kereta komputer. Betapa kerenya Surabaya. Pada akhir dekade 80-aa. Sudah ada kereta komputer. Semacam komputer yang di integrasikan ke dalam kereta. Sebagai system kontrol ostosmastis. Kelak Elon Musk menirunya. Komputer di integrasikan kedalam mobil listriknya. Hingga punya kapabilitas auto pilot yang menggemparkan dunia itu. wkwkwk
Teguh Wibowo
Semoga dr Agus tidak tertarik ke dunia politik.
Udin Salemo
Pemain dan tim pelatih basket tim nasional sea games ini SUGOOOIII. Selamat. Ketua umum Perbasi sekarang bukan orang politik, bukan mantan pejabat yang sudah habis masa jabatannya lalu cari panggung lain supaya tetap exist. Selamat pak ketua perbasi, Pak Danny Kosasih. Pengabdian bapak ikhlas makanya berhasil membuat sejarah.
Jo Neka
@mas Aryo malah sering jatuh ke lubang yg sama bertahun2..mbuhlah..
Udin Salemo
Salut pak Mirza baca Alquran hitungannya juzz per hari. Salut. Saya baru bisa agak rutin tiga surat per hari: yasin, alwaqiah, almulk. Dan beberapa surat pendek.
Mirza Mirwan
Sebelum Subuh buka Disway. Masih Pikachiu. Setelah ngaji satu juz buka Disway lagi, masih juga Pikachiu. Yo wis. Saya buka App NY Times. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Lagi-lagi penembakan brutal di sekolah. Kali ini terjadi di sebuah Sekolah Dasar di Uvalde, Texas, Robb Elementary Schhol. Korbannya? Bukan hanya 5,6,7, tetapi 15 orang -- 14 murid dan seorang guru. Usai baca berita itu saya balik ke Disway. Alhamdulillah, akhirnya muncul juga catatan edisi hari ini. Tetapi seusai membacanya, lho, kok sudah banyak komentar. Bahkan sudah ada yang diposting sejak satu jam yang lalu. Ooo, rupaya catatan hari ini sudah diposting sejak pukul empat, tetapi di kolom catatan ditaruh di nomor dua. "Borassus Flabellifer!" umpat saya dalam hati. Tolong dong, Admin, jangan memperbesar kemaluan Pak DI. Eh, kok kayaknya nggak pas, ya. Maksud saya, jangan membuat Pak DI malu. Sebenarnya, saya juga kasiman kalau sampeyan selalu diprotes pembaca. Cobalah bekerja dengan hati senang. Kesalahan-kesalahan yang sering dibuat Admin kayaknya karena bekerja dengan menggerutu. Tabik.
bagus aryo sutikno
Sabar ya Admin. Mohon bersabar. Di suatu masa, ada buku berjudul sepatu Dahlan. Moga nggak untuk nimpuk kepala si Admin.
Abu Abu
Tanpa sakit? Bagi saya, sakit itu perlu agar tahu rasanya nyaman. Tak ada sakit tak ada nyaman. Sakit dulu, nyaman kemudian. Ahhhhh.... Enaknya.
Paul Ivan
Layanan kesehatan di negeri via valen masih berkualitas rendah, bila di bandingkan negeri maju, bener ada bpjs tapi meski ada peningkatan layanan bpjs jika di banding dengan swasta masih kalah jauh, di kota koya Kabupaten dokter spesialis masih seperti raja, karena singgle faktor meski kini ada penambahan, tapi jika di lihat dari jumlah penduduk sangat kurang. Bener sekolah spesialis mahal, tapi peminatnya sangat banyak, apakah mahalnya sekolah spesialis tidak bisa di atur ulang, itulah tugas pemerintah untuk kembali mengaturnya, sekiranya pemerintah niat untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan rakyatnya Untung pak jokowi telah membuat Indonesia lebih hebat termasuk di bidang kesehatan Jokowi adalah kita Bersih merakyat kerja nyata Indonesia hebat
agus budiyanto
Sehat tanpa sakit. Mengajarkan bagaimana mengatur pola makan, apa yang harus dimakan dan tidak boleh dimakan. Bagaimana cara mengatur pola hidup, apa yang harus dipikirkan dan apa yang tidak perlu dipikirkan. Bagaimana mengatur olahraga dan tak lupa beribadah memohon kepada yang Tuhan yang kuasa.
Ibnu Shonnan
Biaya dalam kehidupan ini, diantara yang paling tinggi adalah kesehatan dan pendidikan. Profesi yang bergaji lumayan tebal diantaranya adalah dokter. Bisnis yang mengiurkan diantarnya adalah rumah sakit. Cerita dokter Agus Fahruddin sangat menginspirasi. Jaminan kesehatan sudah punya rumah sakit sendiri. Dan jaminan untuk pendidikan juga sudah punya universitas sendiri. Kurang apa lagi? Tinggal kehendak tuhan yang mengakhiri.
Kaizan Saputra
Ini koment teman saya yg seorang Dokter tentang tulisan ini. Saya kutip sepenuhnya: Informasi yang cukup ayahab ????...membayangkan cerita sukses itu memicu para dokter banting setir, dan salah satu risikonya adalah ketiadaan tenaga ahli/spesialis ke depannya. Tak ada lagi bekerja dengan hati, berganti dengan bekerja demi cuan atas nama kemanusiaan ????
Wisang Geni
Pak Dahlan mohon maaf, saya bukan anti iklan karena saya paham media juga butuh pendanaan. Namun rasanya disway perlu memperbaiki penempatan iklan di website, karena sebagai pembaca saya merasa penempatan iklan saat ini cukup mengganggu pengalaman membaca saya. Terima kasih.
Akagami Shanks
Bukankan tugas-tugas kalian untuk mengurusi dzon / presepsi umat manusia. Ini kok tidak di laksanakan. Manusia cuma di buat gready. Ini nih gw (kenalin sebut nama). Ngecap lama, setelah itu. Gebrak meja. Bahas 1T. Gw lawan, nendang bos. Gepreklah. Mobil baru. Kadang akting nangis. Pas di lihat dari langit, oh lagi nipu biar jamaahnya seneng?. Satunya lagi cuma di buat takut. (Haram, neraka, Kafir). Nah, apa bedanya kalian dengan bandar judi kalau kerjanya cuma buat orang takut sama serakah?.
edi hartono
Para dokter memberontak: "Mengapa para dokter selalu diperalat oleh pemilik modal". Serius? Memang ada manusia hidup yg tdk diperalat? Sebenarnya, manusia itu pasti diperalat oleh apa yg dia miliki! Bayangkan HP yg anda pakai untuk baca disway ini. Saat batre habis anda harus ngecharge, saat casing rusak anda harus membelikan yg baru, saat dia jatuh anda khawatir dia rusak. Anda diperalat oleh HP kan? Contoh lain, bayangkan mobil di garasi itu. Anda diperalat olehnya. Ketika dia kotor anda harus mencucinya. Dia juga minta minum BBM kalau haus. Ketika dia batuk2 dia minta dibawa ke bengkel. Benar kan? Jangan berpikir bisa menaikinya saja. Anda juga harus siap diperalat oleh mobil Anda. Bahkan, bayangkan istri anda. Betapa bapak2 ini diperalat oleh istri mereka. Silahkan bayangkan sendiri betapa kita ini ternyata diperalat oleh istri. Pesan bagi calon bapak2 agar pernikahannya langgeng, Anda jangan hanya berpikir bisa menaiki istri Anda saja, anda juga harus siap dengan penderitaan diperalat oleh istri. Bersiaplah sebelum menyesal, wkwkwk..
yusuf baktir
Abah.. Tolong dong dirapikan layoutnya. Iklan2 ini mengganggu sekali.. Apalagi yg muncul ditengah2 text bacaan..
bagus aryo sutikno
Anggap iklan itu andheng2, bikin indah wajah. Penting ora guuuede nemlok nok pipi yaa
Juve Zhang
Komentator pada " meributkan" atribut iklan Disway yg seronok wkwkwkwk. Lah Disway saja toleran melihat komentator yg setia menulis komen nya melebihi tulisan Abah, walaupun ada batasan tapi menulis komen ber "jilid jilid" seperti demo yg ber jilid jilid. Iklan adalah " aorta " nya Disway ,juga komen ber " jilid jilid" adalah "aorta" komentator, yg satu dapat duit banyak ,yg satunya dapat "kepuasan" banyak, skor 1:1 .
sinung nugroho
Di Kemayoran Jakarta ada dr. Made yg bukan saja mau dibayar seikhlasnya saja ttp tidak jarang malah "nyangoni" pasiennya. Di Bogor dulu ada dr. Junaidi yg "dibayar" pasiennya dengan singkong ketika panen
Mirza Mirwan
Waktu lahir, orangtuanya memberi nama Lie Tek Bie. Dialah dr. Lie Agustinus Dharmawan, Ph.D. Sebagai dokter spesialis bedah -- S1, S2 dan S3 dari Jerman semua -- andaikata mau berbisnis dengan mendirikan rumah sakit, tentu mudah saja baginya. Tetapi beliau memilih untuk mendirikan yayasan. Melalui Yayasan Dokter Peduli (doctorSHARE) ia membangun Rumah Sakit Apung pertama di Indonesia. Pekerjaan pokok beliau di RS Husada Jakarta. Tetapi secara berkala, dengan Kapal "Bahenol" yang dijadikan RS Apung beliau berlayar ke berbagai daerah terpencil untuk melayani masyarakat, utamanya yang tidak mampu. Sayangnya, setahun yang lalu RS Apung itu tenggelam di Teluk Sape, Sumbawa. Di Indramayu ada dr. S. Wijaya. Pada papan nama praktek dokter tertulis: Untuk orang miskin; Bayar seikhlasnya, taruh ke dalam kotak; Tidak usah membayar bagi yang tidak punya uang. Di Abepura, Papua, ada dr. FX Sudanto, yang dikenal sebagai "dokter seribu rupiah". Di Surabaya ada dr. Michael Leksodimulyo yang disebut sebagai "dokter gelandangan" karena suka memberi layanan kesehatan kepada orang-orang terlantar. Dan masih banyak dokter lain yang tidak mata duitan seperti itu. "Kewajiban utama seorang dokter itu menolong orang yang sakit. Bukan untuk mengumpulkan kekayaan. Seberapa banyak uang yang bisa dikumpulkan, akhirnya ditinggalkan juga bila mati," begitu konon nasehat dr. Oen Boen Ing kepada yuniornya di RS Panti Kosala dulu -- kini RS dr. OEN.
Jo Neka
Kembali ke Adagium modern.Keuangan yang maha kuasa.
Juve Zhang
Ir. Jokowi jagoan ku sudah memberi instruksi ke pak Teten Masduki Menteri Koperasi agar membangun pabrik migor kelas rakyat di Riau, Jambi, Kalteng, sebuah terobosan otak cemerlang, badan kurus , makanan nutrisi 80% masuk otak, otak ber putar putar, untuk Rakyat, bukan otak ber putar putar nyari celah KORUPSI.
Tom Hardy
Kabarnya bisnis rumah sakit adalah bisnis paling resisten terhadap krisis setelah bisnis mamin dan pendidikan. Karena dari sisi profitabilitasnya terus meningkat dan tak pernah sepi pasien. Tapi keheranan saya memuncak, kenapa justru BPJS merugi???
Juve Zhang
Sakit itu kadang bisa di akibatkan lihat dompet sendiri, kalau isinya banyak Ir.Soekarno dan Drs.M Hatta yg ber kopiah dan ber jas merah, rasanya badan segar ,pikiran plong, jalan tegak lurus ,kepala sedikit di angkat, begitu isi dompet ganti oleh Ir. H.Djuanda K yg ber jas biru tanpa kopiah, mulai lah "tanda tanda" sakit, kaki melangkah agak sedikit berat, kepala rada gak ringan lagi, kepala gak terlalu dongak keatas, begitu dompet isinya ganti Dr.GSSJ Ratulangi yg ber jas hijau, " gejala gejala" stadium 2 mulai nampak, jalan rada gontai, kepala rada nunduk nunduk dikit, "nafsu" makan mulai turun, begitu dompet ganti isinya Dr. Frans Kaisiepo mulai stadium 3 dengan "gejala gejala" yg makin nyata langkah agak gontai, kepala makin nunduk, agak pening senut senut , begitu dompet isinya Dr. Idham Khalid, nampak lah gejala gejala stadium 4, rasanya sudah perlu tanya tanya RS ICU terdekat wkwkwkwkkw. Begitu dompet isinya ganti lagi pak MH Thamrin rasanya sudah masuk stadium 5. Perlu segera konsul ke Dr. Ahli Jiwa. Wkwkwkwkwkwkwwkk.
joko purnomo
Dunia kesehatan dan pendidikan adalah dunia pengabdian Hari ini...? Terbalik semuanya, maka ada yg keliru dengan cara berfikir kita. 8 abad yg lalu (637 Hijriyah) muslimin sudah sangat maju lewat 'bimaristan' (rumah sakit dalam bahasa Iran) Setiap orang yg sakit setelah sehat justru diberi pakaian baru dan diberi beberapa dirham sebagai pengganti selama sakit(tidak produktif). semua biaya biaya biaya itu didanai melalui skema wakaf produktif. Seandainya hari ini BuMn2 besar sekelas PLN hasil keutungannya diwakafkan utk dunia kesehatan betapa berkahnya BuMn itu, betapa berkahnya karyawannya, betapa berkahnya harta yg dimilikinya, betapa berkahnya kehidupannya. Semoga semua itu bisa terwujud dibumi Indonesia yg kita cintai ini
Hardiyanto PrasetiyoBah...saya cuman nitip kata-kata ini saja : Alwiqooyah khoirun minal i'laaj. InsyaAllah selalu hidup sehat, tanpa sakit.
Jimmy Marta
Dokter dan guru. Dokter bekerja di rumahsakit. Guru bekerja disekolah. Apakah dokter boleh bisnis rumah sakit..?Apakah guru bisa bisnis sekolah..? Jelas masing2 ada kepentingan. Biar gk konflik saya usul : guru buat rumah sakit, dokter buat sekolah. Ini pasti akan jadi berkah.
Arif Khunaifi
Pengalaman menarik saat pertama kali saya pindah ke Balongbendo. Setiap tetangga sakit bilangnya mau ke dokter Agus. Saya tanya tetangga lagi ketika mau njenguk, "Rumahnya dokter Agus itu apanya RS. Anwar Medika?" "Ya. Itu tempatnya." jawabnya. "Ya Allah. Kenapa tidak bilang saja Anwar Medika." Gumam saya. Memang hampir semua masyarakat di sekitar tidak ada yang menyebut Rumah Sakit Anwar Medika. Menyebutnya selalu tempat dokter Agus... Hehehe...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber:
Komentar: 215
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google