Good Bye Ma La
"Lebih baik saya pergi diam-diam. Terlalu sulit untuk mengucapkan good bye". Kata-kata itu ditulis sendiri oleh istri Jim Mullinax di Medsosnyi. Mullinax adalah Arek Suroboyo. Jabatan terakhirnya adalah Konsul Amerika Serikat di Kota Chengdu, Tiongkok bagian barat. Yang ditutup Senin lalu itu.
Mullinax pernah lama bertugas di Konsul Amerika di Surabaya. Ia bisa berbahasa Indonesia. Sebelum ke Chengdu, Mullinax bertugas di Jakarta. Yakni menjabat sebagai konselor untuk bidang ekonomi di kedutaan besar Amerika di Jakarta.
"Tragis." Hanya itu komentar pendek Mullinax ketika ia harus meninggalkan Chengdu. "Persahabatan selama 35 tahun harus berakhir begitu saja," katanya. Sang istri lebih kelihatan melankolis. Sang istri sangat populer di Tiongkok. Juga di Taiwan. Medsos-nyi diikuti oleh 605.000 followers. Yakni yang di Weibo. Sedang Facebook-nyi diikuti oleh 70.000 orang.
Nama sang istri: Tzu-i Chuang. Dia lahir di Taiwan. Dalam bahasa Mandarin nama itu ditulis Zhuang Zu Yi.
Sang istri ahli masak. Buku-buku masaknyi –dalam bahasa Mandarin– terjual laris. Pernah jadi buku terlaris dalam jaringan online, mirip Amazonnya Taiwan.
Ny. Mullinax tidak sempat pamitan kepada siapa pun di Chengdu. Tapi itu ada baiknya. "Kalau Anda tidak mengucapkan good bye berarti Anda tidak benar-benar pergi," tulis Ny. Mullinax di Weibo. "Suatu hari saya pasti kembali ke Chengdu," tambahnyi.
Tiongkok memang memerintahkan Konsulat Amerika itu untuk tutup dalam 72 jam. Itu sama dengan perintah penutupan Konsulat Tiongkok di Houston oleh Amerika sehari sebelumnya. Ny. Mullinax juga menulis di Weibo bahwa sebenarnya warga konsulat itu ingin memasang sebuah spanduk. Bunyinya: Terima Kasih Chengdu 1985-2020. Menurut rencana spanduk itu dipasang di tembok luar gedung konsulat.
Tapi spanduk itu tidak sempat dibuat. Semua orang terlalu sibuk dengan batas waktu 72 jam. Semua harus cepat-cepat berkemas. Gedung harus segera dikunci, Senin jam 10 pagi. "Hati saya akan selalu di sini," tulis Ny. Mullinax.
Kepopuleran Ny Mullinax tidak lain karena resep-resep masakannyi. Dia bisa masak jenis masakan apa saja: Barat, India, Arab, Indonesia apalagi masakan Tionghoa.
Apa kiat masaknyi?
"Kreativitas dan fleksibilitas lebih penting dari otentik atau tidaknya masakan," tulisnyi. Ny. Mullinax sebenarnyi ahli antropologi. Dia lahir di Taiwan. Mullinax pernah bertugas di Taiwan. Mullinax juga fasih berbahasa Mandarin. Apalagi setelah kawin dengan Zhuang Zu Yi. Yang memberinya anak laki-laki dua orang.
Ny Mullinax sebenarnyi ingin meneruskan keilmuannyi di bidang antropologi. Dia masuk S-3 antropologi di Boston. Dia pun sudah mulai siap-siap menulis desertasi untuk gelar doktornya.
Suatu hari dia lewat di kampus Cambridge School of Culinary Art. Terlihat olehnyi mahasiswa yang lagi praktik memasak. Hatinyi langsung tergugah. Panggilan asli dari dalam jiwanyi menggedor-gedor otaknyi. Dia pun ambil keputusan: batal jadi doktor antropologi. Dia pilih jadi chef!
Sang suami juga mendapat kesempatan kuliah lagi. Ia masuk S-3 di Boston. Yakni di Kennedy School of Government, Harvard University. Ny. Mullinax terus belajar masak. Pun dari guru-guru di banyak belahan dunia. Termasuk dari ahli masak Perancis, Jacques Pepin. Salah satunya: bagaimana memasak kentang bakar.
Suatu hari dia masak 'Potetoes Fondantes' a la Jacques Pepin. Untuk kali pertama. Asisten di rumahnyi –dia memanggilnyi 'bibi'– melihat praktik pertama itu. "Kok beda sekali dengan orang di kampung saya dalam membakar kentang," ujar sang Bibi yang berasal dari Ningbo.
Hari itu Ny Mullinax terpaksa keluar rumah lagi. Membeli kentang lagi. Dua anaknyi menyikat habis kentang yang baru saja dibakar. Suaminyi tidak kebagian.
Buku pertama yang diterbitkan Ny. Mullinax berjudul Antropologi Dapur tahun 2009. Laris. Pembaca merasa senang karena ditulis dengan banyak humor. Buku terbarunyi berjudul Semua Orang Ingin Masak. Juga laris. Medsosnyi penuh dengan pujian.
Selama di Chengdu Ny Mullinax tentu serasa di sorga –sorga pedas. Chengdu adalah ibu kota provinsi Sichuan. Yang terkenal dengan masakan pedasnya. Jenis pedasnya bukan pedas yang pernah kita kenal. Jenis pedasnya disebut ma la. Pedas yang sampai seperti mati rasa.
Pedas itu datang dari butiran-butiran hijau sebesar merica. Jangan sampai tergigit ma la –pun bila hanya sebutir. Padahal di dalam panci masakan Sichuan itu ada ratusan biji ma la. Yang kadang salah satunya nyelempit di sayur atau di ikan atau di ayam. Lantas tergigit. Rambut Anda pun akan langsung berdiri.
Ny Mullinax pasti kangen dengan pedasnya masakan Sichuan itu. Tapi politik tidak peduli romantisme seperti itu. Sekejam-kejam bapak tiri masih lebih kejam politik. Sepeda-pedas tergigit ma la masih lebih pedas tergigit politikus.(Dahlan Iskan)
Tamu saya pekan ini, Ketua KPU RI Arief Budiman. Kami bicara soal tantangan pemilihan di tengah pandemi...
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 81
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google