Resesi

Resesi

HARAPAN apa yang masih bisa diberikan kepada masyarakat? Ketika pemerintah secara resmi menyatakan Indonesia sudah berada dalam resesi ekonomi?

Yang terbaik adalah menceritakan keadaan apa adanya. Jangan membuat orang takut tapi juga jangan membuat PHP baru.

Orang sudah tahu hanya sektor government yang masih bisa tumbuh. Sektor apa pun terus turun –termasuk sektor konsumsi. Padahal andalan terakhir kita adalah sektor konsumsi.

Maka baiknya mulai ada gambaran masih berapa lama sektor pemerintah ini bisa tumbuh. Bukankah pendapatan pajak akan turun drastis?

Demikian juga sumber pendapatan dari utang. Bukankah semua negara cari pinjaman sehingga sumber pinjaman kian terbatas?

Sebenarnya di tengah masyarakat masih banyak yang punya uang. Berlebih pula. Tapi mereka takut investasi, takut ekspansi, bahkan takut ke luar rumah. Mereka tidak mau belanja, makan di  restoran, atau jalan-jalan ke mal. Mereka tidak belanja.

Pikiran mereka konsentrasi ke keselamatan masing-masing. "Ini soal giliran saja kapan saya terkena virus?" kata teman-teman pengusaha. Itulah yang memenuhi pikiran mereka.

Bank-bank besar sebenarnya juga masih punya likuiditas banyak. Tapi mereka takut menyalurkan ke nasabah –takut macet. Apalagi OJK sudah resmi mengumumkan nilai pinjaman yang disetujui untuk restrukturisasi mencapai Rp 860 triliun lebih.

Memang saya selalu mengatakan sektor pertanian masih bisa diharapkan menjadi tumpuan pertumbuhan baru. Tapi saya sudah terlalu sering bicara soal ini –sudah bisa dikategorikan nyinyir. Nyinyir yang sia-sia.

Maka satu-satunya harapan yang masih bisa diberikan kepada rakyat adalah ini: vaksinasi Covid-19.

Orang seperti saya tidak lagi memikirkan dampak sampingan vaksin itu. Vaksinasi adalah satu-satunya harapan. Kita tidak akan bisa hidup begini terus. Banyak sekali teman saya yang minta dicarikan vaksin. Mereka mau vaksinasi sekarang juga. Mahal pun mau.

Dikira saya bisa menggunakan jaringan saya di Tiongkok untuk mendapatkan vaksin yang sudah diproduksi di sana.

Hampir tiap hari saya menghubungi teman-teman di sana. Di kota yang berbeda-beda.

Pertanyaan saya singkat: Anda sudah melakukan vaksinasi?

Semua menjawab: belum.

Bukankah ada berita bahwa vaksin itu sudah diproduksi di Tiongkok?

"Belum untuk umum," jawab mereka.

Mereka umumnya juga berharap vaksinasi sudah bisa dimulai Januari akhir tahun depan.

Memang, biar pun Tiongkok, juga harus tunduk pada WHO –organisasi kesehatan dunia. WHO-lah yang akan mengeluarkan izin edar secara internasional.

Bahwa ada yang sudah divaksinasi itu sifatnya penggunaan darurat. Misalnya untuk tentara dan tenaga kesehatan di rumah sakit. Itu pun juga selektif.

Salah satu yang dianggap selektif adalah: orang Tiongkok yang akan terbang ke luar negeri. Agar mereka tidak tertular virus di negara tujuan. Lalu ketika pulang tidak membawa oleh-oleh yang membahayakan itu.

Kita sendiri sudah diberi harapan itu: November nanti sudah akan punya 10 juta vaksin. Yang dibeli dari Sinovac, Tiongkok.

Vaksin itu dikirim ke Indonesia dalam bentuk kontainer besar. Untuk dibotolkan menjadi 10 juta unit kecil yang siap disuntikkan. Yang melakukan pembotolan dan pengemasan itu adalah PT Biofarma, salah satu BUMN farmasi yang berpusat di Bandung.

Mungkin 10 juta pertama itu habis untuk para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Skemanya pun mungkin masih tergolong ''pemakaian darurat''.

Lalu di pada Desember mendapat 10 juta lagi. Mungkin untuk polisi, tentara, dan pegawai yang di pabrik-pabrik dan mal-mal.

Januari 2021 mendapat 10 juta lagi. Masih untuk golongan yang lebih memerlukan.

Semua itu ada konsekuensinya.

Begitu November kita mulai vaksinasi –biar pun darurat– berarti dalam satu tahun berikutnya seluruh rakyat sudah harus divaksinasi. Atau setidaknya 75 persen dari jumlah penduduk.

Tapi kalau dalam setahun kita ''hanya'' bisa produksi 120 juta (10 juta/bulan), itu baru cukup untuk 50 persen penduduk. Apalagi kalau satu orang harus diinjeksi dua kali.

Itu akan mengkhawatirkan. Sebab daya kebal vaksin itu hanya untuk sekitar 1 tahun. Bisa jadi 50 persen yang belum vaksinasi punya potensi menulari mereka yang daya kebalnya sudah lewat.

Berarti pemerintah harus mencari lagi sumber vaksin dari perusahaan selain Sinovac. Maka kalau ada berita pemerintah juga membeli vaksin dari perusahaan lain, itulah maksudnya. Bukan karena ada masalah dengan vaksin yang dari Sinovac.

Vaksin Sinovac tidak cukup untuk jumlah penduduk kita.

Maka informasi soal vaksin ini sebaiknya dibuka selebar-lebarnya ke masyarakat. Apa adanya. Agar masyarakat yang sudah telanjur berharap banyak, bisa hidup dengan harapan itu.

Termasuk betapa sangat perlu penjelasan dari pemerintah:  benarkah yang dikatakan oleh Prof C. A. Nidom dari Surabaya itu. Yang beredar luas di video itu: bahwa vaksin ini hanya akan membuat virus Covid-19 lebih agresif. Yakni seperti jagoan yang menemukan penantangnya.

Kalau itu benar, berarti vaksinasi yang tidak bisa menjangkau seluruh penduduk dalam satu tahun hanya akan menimbulkan dampak yang serius.

Tapi jangan percaya dulu omongan itu, sampai banyak ahli –terutama ahli dari pemerintah– menjelaskan bagaimana pendapat mereka. Lalu kita membandingkannya mana yang lebih masuk akal. Rasanya sudah seminggu video Prof Nidom, ahli virus itu, beredar. Belum ada tanggapan sedikit pun dari pihak berwenang. Rakyat hanya bisa menanti.

Kita sudah resmi resesi –belum resmi pun kita sudah merasakannya.

Kita butuh secercah harapan. Hidup itu karena ada harapan.(Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 238

  • PHP
    PHP
  • Dwi Bambang
    Dwi Bambang
  • Koko
    Koko
  • Kutuloncatpoltak
    Kutuloncatpoltak
  • Aziz
    Aziz
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Ary.. X
    Ary.. X
  • Janji Manis Selalu Pahit
    Janji Manis Selalu Pahit
    • Sri Minggat
      Sri Minggat
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
    • Logikaneh
      Logikaneh
    • hati penuh iri dengki
      hati penuh iri dengki
    • Sapapua
      Sapapua
  • Ow Ow Siapa Dia Pemenangnya
    Ow Ow Siapa Dia Pemenangnya
    • NoKonspirasi
      NoKonspirasi
  • Nyesel Khan?
    Nyesel Khan?
    • Kidung Jenaka Prabu Lengser
      Kidung Jenaka Prabu Lengser
    • Sonson
      Sonson
    • Bukansebab
      Bukansebab
    • kritis boleh ogeb jangan
      kritis boleh ogeb jangan
  • Zee2
    Zee2
  • Cuma Pembaca
    Cuma Pembaca
  • Deddy
    Deddy
  • Gatot Matot
    Gatot Matot
    • 9n494
      9n494
    • donwori
      donwori
    • Nemo
      Nemo
  • Suar sair
    Suar sair
    • Tremendous
      Tremendous
  • Adi
    Adi
  • Ambyar
    Ambyar
    • Herdimunity
      Herdimunity
  • Max Labay
    Max Labay
    • Mang kudum
      Mang kudum
  • Denik
    Denik
  • akik
    akik
  • Syahrial
    Syahrial
  • abdul
    abdul
  • King_Dian
    King_Dian
    • donwori
      donwori
  • Keep OOO
    Keep OOO
  • sapu sapu
    sapu sapu
  • BUMI ingin ISTIRAHAT
    BUMI ingin ISTIRAHAT
  • Rahmadi Heru
    Rahmadi Heru
  • Muryono
    Muryono
  • kamperet-cebong
    kamperet-cebong
  • Naksi Nalhadd
    Naksi Nalhadd
    • KPRjugautang
      KPRjugautang
    • Kutang
      Kutang
    • Kertukredit
      Kertukredit
    • hidup jgn muna
      hidup jgn muna
  • patih malwa
    patih malwa
  • fajar kh
    fajar kh
    • pakwind
      pakwind
  • Warung sayuran freezer ada.
    Warung sayuran freezer ada.
  • Motivator Kuncoro Y.
    Motivator Kuncoro Y.
  • Otole
    Otole
    • TanyaOtole
      TanyaOtole
  • Denik
    Denik
  • Moh. Aris
    Moh. Aris
    • Supermarket jaya
      Supermarket jaya
  • Yusuf
    Yusuf
    • Yusuf
      Yusuf
  • nana
    nana
  • Eko Darwiyanto
    Eko Darwiyanto
    • Cumakomen
      Cumakomen
  • Fauzan
    Fauzan
  • Agung
    Agung
  • Johan TM
    Johan TM
    • anatolia
      anatolia
  • Kined
    Kined
    • Istighfar
      Istighfar
    • Kined
      Kined
    • Tukiyem
      Tukiyem
    • Denik
      Denik
  • Roy
    Roy
    • melow
      melow
    • donwori
      donwori
  • Nurkolis
    Nurkolis
    • Tenang saja
      Tenang saja
  • cak mbm
    cak mbm
    • ilustrasi saja
      ilustrasi saja
    • Tanya
      Tanya
  • cleo
    cleo
    • Fluktuasi harga
      Fluktuasi harga
    • Pak Ponidi
      Pak Ponidi
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
  • BukanKau
    BukanKau
  • Agus
    Agus
    • Denik
      Denik
  • Suharno
    Suharno
  • Resesi
    Resesi
  • Wira
    Wira
    • Solusi Cerdas
      Solusi Cerdas
  • SANTOS
    SANTOS
    • Naomi
      Naomi
  • why
    why
    • Takutvirus
      Takutvirus
    • Aedes
      Aedes
  • bang sad
    bang sad
    • kined
      kined
  • D26
    D26
  • hiduplah
    hiduplah
  • Panggiring
    Panggiring
  • Demiko
    Demiko
  • Cumakomen
    Cumakomen
  • Nophp
    Nophp
    • Takutvirus
      Takutvirus
    • Nangningning
      Nangningning
  • Denik
    Denik
    • donwori
      donwori
  • Jubir KPU
    Jubir KPU
    • Panggiring
      Panggiring
  • pro-vaksin
    pro-vaksin
  • Tji Koen
    Tji Koen
    • SiapaYangJualSiapaYangBeli
      SiapaYangJualSiapaYangBeli
  • Suhari
    Suhari
  • Setro
    Setro
  • Iqbal
    Iqbal
  • Mouezza
    Mouezza
    • Angga
      Angga
    • Gemblung kabeh
      Gemblung kabeh
  • Paul Ivan
    Paul Ivan
    • Saridin
      Saridin
    • Hi Protein
      Hi Protein
    • Disway Mania
      Disway Mania
    • Denik
      Denik
  • Hariyanto
    Hariyanto
    • Cumakomen
      Cumakomen
  • Bento
    Bento
    • ndelogok
      ndelogok
    • Akhirnya Resesi
      Akhirnya Resesi
    • Abdul
      Abdul
    • Paijo situmorang
      Paijo situmorang
    • donwori
      donwori
    • joko
      joko
  • Dalgombez
    Dalgombez
    • Takutresesi
      Takutresesi
  • Nur Halim
    Nur Halim
  • ASHWA
    ASHWA
    • Kumis Lele
      Kumis Lele
    • Test
      Test
  • Kwik print
    Kwik print
    • Tesf
      Tesf
    • Otole
      Otole
    • ASHWA
      ASHWA
    • Mas Gie
      Mas Gie
    • Ronert
      Ronert