Garuda Masker Lima

Garuda Masker Lima

SAYA merasa ikut bersalah. Saya pernah mengangkat orang seperti Emirsyah Satar menjadi dirut Garuda Indonesia. Yang belakangan ternyata terbukti melakukan korupsi. Lewat cara yang tidak mungkin saya ketahui. Juga tidak bisa diketahui oleh pengusaha besar yang begitu ''keras'' dalam menyikapi keuangan: Chairul Tanjung.

Padahal CT itu –begitu boss CTCorp itu biasa dipanggil– adalah pemegang saham yang cukup besar di Garuda: hampir 29 persen.

Saya pernah berbicara dengan CT. Bertiga. Topiknya: bagaimana orang seperti ia dan saya bisa tertipu melihat Emirsyah Satar. Yang secara perusahaan, di bawah Satar, Garuda memang terlihat maju sekali. Kami begitu marah saat itu. Merasa dikhianati.

Korupsinya begitu canggih. Tidak ada lembaga pengawas di Indonesia yang bisa mengetahui. Tidak pula Dewan Komisaris Garuda. Korupsi Satar itu hanya bisa terbongkar justru karena ada peristiwa korupsi yang terungkap di luar negeri. Ternyata Satar mengambil komisi dari pengadaan pesawat Garuda.

Saya dan CT lama terdiam berdua. Kok bisa dikecoh oleh Satar. CT lebih marah lagi. Ia merasa pengorbanannya menolong keuangan Garuda seperti dicampakkan. Akibat menolong Garuda itu, CT sekarang dirugikan sekitar Rp 4 triliun.

Di swasta, untuk pengadaan barang yang begitu besar, bukan direksi yang melakukan. Melainkan pemilik perusahaan. Karena itu tidak perlu ada komisi. Komisi seperti itu harus dimasukkan dalam potongan harga barang. Dengan demikian perusahaan mendapat pesawat lebih murah.

Di swasta, kalau pun yang melakukan pembelian adalah direksi itu hanya tahap negosiasi. Kata akhir tetap ada pada pemilik perusahaan –pemegang saham.

Di swasta, yang biasa terjadi adalah begini: direksi sudah melakukan negosiasi untuk membeli sesuatu. Sudah ditawar habis. Harga sudah disepakati. Tapi untuk pembayaran harus melibatkan pemegang saham.

Di tahap itulah pemegang saham bertemu pihak penjual. Ia mengatakan tanpa basa basi: saya bisa menyetujui keputusan direksi saya, kalau harga itu dipotong sekian persen.

Artinya, negosiasi final ada di pemegang saham. Pemegang saham seperti CT, atau saya, biasa melakukan itu. Di swasta. Orang seperti kami biasa curiga. Jangan-jangan ada komisi di balik transaksi itu. Maka kemungkinan adanya komisi itulah yang kami ambil –untuk penghematan di perusahaan. Perusahaan bisa mendapat barang lebih murah.

Lama-lama direksi kami tahu: tidak ada gunanya berusaha cari komisi. Lama-lama membudayalah menjadi perusahaan yang lebih bersih.

Prinsip seperti itulah yang sulit dilakukan di BUMN. Apalagi BUMN yang sudah go public seperti Garuda. Pemegang saham tidak boleh mencampuri urusan direksi. Sama sekali. Begitu pemegang saham campur tangan akan dianggap melanggar UU.

Apalagi di BUMN itu begitu sering ganti direksi. Juga harus ganti pemegang saham tiap lima tahun –sesuai dengan jadwal Pemilu lima tahunan. Membudayakan perusahaan bersih sulit sekali dilakukan. Sebelum budaya bersih terbentuk sudah berubah lagi. Beda dengan di swasta. Yang pemegang sahamnya itu-itu terus. Yang direksinya itu-itu terus. Budaya apa saja bisa dibentuk dengan utuh di swasta. Yang jelek maupun yang baik.

Di BUMN juga sudah membudaya mengatur buku keuangan. Sebagian untuk menutupi kelemahan direksi yang sedang menjabat –karena ingin agar bisa terus menjabat. Sebagian untuk menutupi kelemahan direksi sebelumnya.

Kelemahan buku keuangan sebelumnya ditutupi dengan penukangan buku keuangan yang baru. Kalau tidak melakukan itu maka buku direksi yang baru tidak akan kunjung baik. Rapornya akan jelek.

Apalagi kalau direksi baru itu bukan saja tidak mampu menutupi lubang lama. Tapi justru hanya bisa membuat lubang baru. Yang lebih dalam.

Maka pekerjaan setiap direksi hanya menutup lubang lama. Sambil membuat lubang baru yang lebih dalam.

Tidak semua BUMN begitu. Banyak yang tidak begitu.

Menjadi menteri lima tahun –apalagi hanya tiga tahun seperti saya– apa yang bisa dilakukan?

Kuncinya tinggal satu: memilih orang yang benar. Dengan risiko, ketika memilih 10 orang benar ternyata yang benar-benar baik hanya 8 orang. Ada saja orang hebat seperti Satar.

Saya menyesal tidak mendengarkan bisikan istri saya: hati-hati dengan orang itu. Padahal dia membisikkannya tidak hanya satu kali. Kadang-kadang bisikan istri harus didengar –istri punya indra yang berbeda.

Persoalan menutup lubang lama, lalu membuat lubang baru yang lebih dalam itu, kini menjadi lebih dramatis: ketika terjadi pandemi Covid-19. Ketika pendapatan Garuda menurun –anjlok– tinggal 10 persen. Siapa pun pusing menghadapi persoalan Garuda sekarang ini.

Saya pun tidak punya kemampuan usul apa-apa –kecuali ini: direksi Garuda tidak perlu malu ke PKPU. Garuda akan lebih sehat nanti. Operasional Garuda akan lancar kembali.

Kalau malu datang ke PKPU mintalah komisaris untuk mendampingi. Orang seperti Yenny Wahid akan mau. Toh selama jadi komisaris, Mbak Yenny hanya lebih banyak dapat bully daripada dapat gaji. Begitu diangkat jadi komisaris hanya terima 50 persen gaji. Lalu, ketika Garuda kian sulit, dia minta tidak usah digaji.

Jangan minta uang ke pemerintah. Jangan. Pemerintah sudah sangat sulit.

Tanggalkan gengsi dan malu. Pergilah ke PKPU. Jangan tunggu pemberi utang yang ke PKPU. Mereka tidak akan mau ke PKPU.

Dulu, tidak pernah cukup alasan membawa Garuda ke PKPU. Tidak pernah terjadi, pendapatan merosot sampai 90 persen seperti sekarang. Mumpung ada pandemi. Siapa pun bisa menerima alasan itu.

Pakailah masker rangkap lima ketika datang ke PKPU –untuk mengurangi rasa malu dan gengsi yang tinggi. Gengsi tidak akan bisa menyelamatkan siapa-siapa.(Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 184

  • kang_ayam
    kang_ayam
  • Jkaria
    Jkaria
  • EKA HANDOKO
    EKA HANDOKO
  • Tarjo
    Tarjo
  • Bondil
    Bondil
  • Achmad
    Achmad
    • Erwin
      Erwin
  • Sutoko
    Sutoko
    • Wahyu
      Wahyu
  • asal komen
    asal komen
  • Teman
    Teman
  • asal komen
    asal komen
    • asal komen
      asal komen
    • Bondil
      Bondil
  • Bajul
    Bajul
  • Helmi
    Helmi
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
  • Johan
    Johan
  • Fansberat
    Fansberat
  • analisabeneran
    analisabeneran
    • analisabeneran
      analisabeneran
    • Achmad
      Achmad
    • Ripcord
      Ripcord
  • Menteri
    Menteri
  • Nostalgia jaman dulu
    Nostalgia jaman dulu
    • Blabla
      Blabla
    • Rudianto
      Rudianto
  • asal komen
    asal komen
    • donwori
      donwori
  • Hade
    Hade
    • Blabla
      Blabla
    • Rudianto
      Rudianto
    • Liam
      Liam
  • Tukiyem
    Tukiyem
    • Komen
      Komen
  • imam jumbo
    imam jumbo
    • Imam cilik
      Imam cilik
  • Paul Ivan
    Paul Ivan
    • asal komen
      asal komen
  • Rajajowas
    Rajajowas
    • miskin ke rt
      miskin ke rt
    • Wongkaya
      Wongkaya
    • asal komen
      asal komen
    • Liam
      Liam
  • Hariyanto
    Hariyanto
  • Oembrus
    Oembrus
    • jokiwi
      jokiwi
  • Campari
    Campari
  • Yosef Maria Florisan
    Yosef Maria Florisan
  • Ifan
    Ifan
  • Alexs
    Alexs
  • Otong
    Otong
    • tinggal bikin UU
      tinggal bikin UU
    • jokiwi
      jokiwi
  • Persiapan Direksi BUMN
    Persiapan Direksi BUMN
  • RR via PW
    RR via PW
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
    • Liam
      Liam
  • Agus
    Agus
  • Swastanisasi BUMN
    Swastanisasi BUMN
    • Rugi 70 trilyun
      Rugi 70 trilyun
  • Agus
    Agus
    • O'Sram
      O'Sram
    • Liam
      Liam
    • Wahyu
      Wahyu
  • YIN dan YANG
    YIN dan YANG
  • BUMN canggih
    BUMN canggih
  • Mesothelioma
    Mesothelioma
  • Hehehehe
    Hehehehe
  • Bung Hari
    Bung Hari
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Tempias
    Tempias
    • baca lagi
      baca lagi
  • vancat
    vancat
  • Joko
    Joko
    • Joko
      Joko
    • Joko
      Joko
    • Once in a lifetime
      Once in a lifetime
  • oi
    oi
  • Abah Nusantara
    Abah Nusantara
    • Sugiri
      Sugiri
  • donwori
    donwori
    • Handoko
      Handoko
    • Agus
      Agus
  • Lealy nur awaly
    Lealy nur awaly
  • Heru Ef
    Heru Ef
  • BitrikS
    BitrikS
  • Hibi
    Hibi
    • Terang Sekali
      Terang Sekali
  • Suwardi Hasan
    Suwardi Hasan
    • Sitir
      Sitir
  • Jupri
    Jupri
  • Thamrin Dahlan
    Thamrin Dahlan
  • harman
    harman
    • heiruddin
      heiruddin
  • D
    D
  • Amir
    Amir
  • Wongsabarmenanti
    Wongsabarmenanti
    • Rajawali
      Rajawali
  • Lampu Sepeda
    Lampu Sepeda
  • Nurkolis
    Nurkolis
    • Blabla
      Blabla
  •  Arif
    Arif
  • Rizki
    Rizki
  • Emak
    Emak
  • Arief
    Arief
  • Bambang
    Bambang
    • Masprend
      Masprend
  • GUA
    GUA
  • Ibnu Rasid
    Ibnu Rasid
  • Sogeh durung pasti mati wes pasti
    Sogeh durung pasti mati wes pasti
  • Er Gham
    Er Gham
    • Bay
      Bay
  • Putra
    Putra
  • Lastamasta
    Lastamasta
  • Eva Kwaci
    Eva Kwaci
    • Akronim
      Akronim
    • unlekyip
      unlekyip
    • Setro
      Setro
    • Liam
      Liam
  • djoko heru
    djoko heru
  • Gosokdgtangan
    Gosokdgtangan
    • Liam
      Liam
  • Teddy 98
    Teddy 98
    • kadrun
      kadrun
    • Otole
      Otole
  • Gus lurah
    Gus lurah
    • kadrun
      kadrun
    • Marsigit
      Marsigit
    • Mbah Sangkil
      Mbah Sangkil