Tupai King
HARUSNYA bulan begini saya ke Malaysia: makan durian. Seperti dua tahun lalu. Sepuas-puasnya. Seenak-enaknya.
Ini lagi panen raya durian di sana. Harga lagi murah-murahnya. Bulan Juli adalah bulan durian di Malaysia.
Begitu pastinya siklus itu. Tidak ada penguasa di sana yang bisa bilang: sejak saya berkuasa durian bisa panen di bulan Juli.
Memang jualan durian di pinggir jalan kini dibatasi habis: sejak ada PPKM di sana. Tapi jaringan online segera menggantikannya. Harga pun tidak terlalu jatuh.
Black Thorn Rp 200.000
Musang King Rp 150.000
D24 Rp 75.000
Durian Kampung Rp 20.000
Memang kita tidak perlu lagi ke Malaysia. Kita sudah bisa beli Musang King di Jakarta: Rp 400.000.
Di Malaysia, Tuhan mengatur masa panen durian tidak bersamaan. Kawasan Penang, panen di bulan Mei, Johor di Juni, Pahang Juli, Kelantan di Agustus.
Tahun lalu produksi durian Malaysia 300.000 metrik ton. Hampir 50 persennya diekspor ke Singapura. Yang 20 persen diekspor ke Tiongkok. Yang ke Singapura itu ujung-ujung ke Tiongkok juga –sebagian ke Indonesia.
Musim panen tahun ini harga tidak bisa lagi terlalu jatuh. Sudah ada 13 pabrik processing durian. Diambil daging beserta bijinya lalu dibekukan. Jumlah pabrik processing itu akan terus bertambah.
"Yang sudah mendapat izin 33 perusahaan," tulis The Star Malaysia. Bahkan sejak tahun lalu sudah diizinkan ekspor durian utuh –bersama kulitnya. Itu setelah ditemukan cara pengawetan durian utuh. Yakni didinginkan dengan nitrogen (Disway 24 April 2021: Durian Nitrogen).
Durian memang andalan buah Malaysia. Lebih 40 persen buah di sana adalah durian. Baru nomor dua dan tiga, pisang dan nanas.
Luasan kebun durian di Malaysia mencapai 72.000 hektare. Itu sama dengan seluruh Singapura ditanami durian.
Melihat musim durian di Malaysia seperti itu sebenarnya kesempatan besar bagi kita. Yang musim duriannya November-Desember-Januari.
Pasar ekspor sudah dibentuk oleh Malaysia (dan Thailand). Kita tinggal menungganginya.
Suatu saat kelak. Kalau durian kita sudah meroket.
Harapan itu selalu ada. Beberapa orang sudah sangat serius terjun ke dunia durian. Mulai yang kecil seperti di Tegal itu: Yanto Sodri. Sampai yang besar seperti yang di Bangka itu: Djohan Aping.
Dan jangan lupa: Gusti Ngurah Wisna. Yang berhasil menyelamatkan kebun durian yang dirintis BUMN. Di Sukanegara, Sukabumi.
Hampir saja proyek buah tropis BUMN itu mengikuti masa jabatan kabinet. Sampai datanglah pengusaha Jakarta asal Bali itu.
Gusti kini lebih banyak menghabiskan waktunya di kebun durian. Real estate-nya sudah ada yang mengurus. Lima rumah sakit besarnya sudah lancar. Tiga anaknya, semuanya, sekolah di Australia.
"Di kebun tidak ada Covid," candanya.
Gusti sudah biasa naik mobil dari Jakarta ke Sukanegara. Lewat Puncak dan Cianjur. Lalu mengarah ke Sukabumi. Sebelum sampai Sukabumi naik ke selatan.
Di Sukanegara itu Gusti tidak hanya meneruskan yang sudah ditanam oleh BUMN. Juga mengembangkannya. Memodernisasikannya. Memperbanyak tanamannya. Menambah varietasnya.
Di kebun Sukanegara itu Gusti sudah memiliki 34.000 pohon durian.
Dari angka itu sebenarnya Gusti sudah mengalahkan Malaysia. Bahkan dunia. Tidak ada perorangan pengusaha durian di Malaysia yang punya pohon sebanyak itu.
Maka kalau saja ada 10 Gusti di Indonesia, jadilah kita raja durian. Mengalahkan Malaysia. Seperti Pak Harto mengalahkan Malaysia –di bidang kelapa sawit. Yang awalnya seperti mustahil –saking dominannya Malaysia di puncak kelapa sawit.
Gusti sudah pula memasuki teknologi budidaya. Durian di kebunnya mayoritas memang jenis montong. Tapi montong yang sudah dikoreksi. Sudah menjadi ''montong Indonesia''. Sudah dimasukkan unsur rasa baru di dalamnya. Termasuk unsur gas durian.
Jangan tanya saya: seperti apa rasa montong Indonesia itu –saya sendiri baru bisa menuliskannya.
Malaysia panen, durian di Sukanegara masih kecil.
Durian D24 juga sudah ditanam Gusti. Yang jenis itu sangat top di Malaysia. Hanya kalah pangkat dan harga. Maka mulai tahun ini, durian D24 diberi nama baru: Tupai King –nebeng sukses Musang King.
Tentu Gusti juga sudah menanam Musang King. Tidak main-main: 2.000 pohon. Hanya saja belum berbuah. Baru berumur 1 tahun. Setidaknya sudah ada harapan –yang lebih pasti dari harapan kapan Covid berakhir. (Dahlan Iskan)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 162
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google