Berjuluk Perempuan yang Bisa Menjual Apa Pun

Berjuluk Perempuan yang Bisa Menjual Apa Pun

Rekam jejak Huang Wei, alias Viya, memang ngeri. Dia jago sekali menjual barang melalui platform livestreaming. Lewat jagat digital itu, perempuan 36 tahun tersebut bisa menjual banyak barang dalam beberapa jam. Padahal, untuk jumlah barang yang sama, supermarket perlu waktu setahun. Namun, langkah Viya tersandung kasus pajak.

INILAH rekor denda untuk warga sipil di Tiongkok. Jumlahnya: 1,34 miliar yuan. Jika dirupiahkan lebih dari Rp 3 kuadriliun. Itu adalah angka 3 dengan lima belas nol di belakangnya.

Perempuan asal Hangzhou itu dituduh menghindari pajak. Padahal, penghasilannya diduga sangat besar dari marketing daring yang dijalaninya.

Ya, Viya layak disebut ratu penjualan online. Pada Januari 2020, Financial Review menjuluki perempuan ayu tersebut sebagai ”Perempuan yang Bisa Menjual Apa Saja.’’

Memang, apa pun pernah laku dari promosi yang dijalankan Viya melalui livestreaming. Platform itu memang tumbuh pesat di Tiongkok. Hampir seribu aplikasi yang menawarkan fitur siaran langsung itu. Dan jumlah host-nya lebih dari 10 juta orang. Perputaran uangnya, jangan ditanya. South China Morning Post mengatakan bahwa sirkulasi duit di situ mencapai miliaran yuan per tahun.

Pada kanal-kanal digital itulah Viya bekerja. Ia bisa menjual mi instan, handphone, baju, sampai roket. Ya: roket komersial yang bisa terbang ke luar angkasa.

Karena itu, Viya pun menjadi aset besar bagi Alibaba, perusahaan e-commerce di kolong jagat ini. Pada hari pertama Hari Jomblo, 20 Oktober, Viya dan timnya berhasil membukukan penjualan senilai 8,5 miliar yuan (sekitar Rp 19 triliun) dalam sesi streaming selama 14 jam. Jumlah itu melebihi pendapatan Wangfujing Group, salah satu jaringan supermarket terbesar di Tiongkok, sepanjang 2020.

Viya pun masuk dalam daftar 100 orang berpengaruh pada 2021 versi majalah Time.

Dengan prestasi itu, otomatis pendapatan para livestreamer pun begitu besar. Meski tidak pernah benar-benar dirilis angka resminya.

Masalahnya, orang-orang seperti Viya menjalankan profesi yang terbilang baru. Apakah mereka harus dikenakan pajak sebagai individu dengan pajak penghasilan maksimum 45 persen? Atau mereka harus diperlakukan sebagai pebisnis yang tarif pajaknya bisa jauh lebih rendah?

Langkah-langkah penetapan pajak untuk orang-orang seperti Viya pun mulai diberlakukan. Setelah selama ini mereka mendapat ’’toleransi’’ dari pemerintah setempat agar roda bisnis terus melaju. Tiongkok pun mulai menarget orang-orang yang dituding menghindari pajak di industri tersebut.

Viya, dan sejumlah superstar livestreaming lain pun terjerat. Sebut saja Zhu Chenhui dan Li Shanshan. Mereka didenda jutaan yuan. Akun media sosial mereka pun dilenyapkan. Yang belum jelas apakah akun-akun itu memang dihapus atau diblokir sementara oleh pemerintah.

Padahal, pada Senin (20/12), Viya dijadwalkan membuka sesi penjualan kosmetik sebelum akun streaming-nya hilang.

DUA PEREMPUAN jago marketing online, Zhu Chenhui (kiri) dan Li Shanshan, yang juga tersandung kasus pajak.
(Foto: South China Morning Post)

’’Kasus Viya adalah contoh dan peringatan bagi seluruh industri ini. Kalau livestreamer top bisa diblokir oleh pemerintah, maka yang kecil-kecil pun bisa terancam,’’ kata Cui Yanshuang, seorang pengacara di Shanghai.

Menurut You Yunting, pengacara senior dari DeBund Law Office, Shanghai, pemerintah memang berupaya mengejar pajak dari sektor yang selama ini banyak bocornya itu. Sehingga, pendapatan negara bisa digenjot.

Lalu, apa kata Viya soal denda terbesar untuk warga sipil itu. Dia pasrah. ’’Saya menerima hukuman dari pemerintah ini,’’ tulisnya di akun Weibo. (Doan Widhiandono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 0