Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar Terkendala Akses Internet

Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar Terkendala Akses Internet

Anggota Komisi X DPR RI Zainuddin Maliki-dpr ri-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Pelaksaan Kurikulum Merdeka Belajar di lapangan terkendala akses internet.

Meski implementasi Kurikulum Merdeka Belajar itu punya konsentrasi pengembangan pembelajaran yang memang fleksibel, tetapi kemudian ketergantungannya terhadap IT akses internet menjadi lebih kuat.

Demikian diungkapkan Anggota Komisi X DPR RI Zainuddin Maliki saat membicarakan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar, khususnya di Palembang, Sumatera Selatan.

BACA JUGA:Viral Wanita Muda Melahirkan di Pinggir Jalan, Ibu-Ibu Sekitar Panik

Di mana, implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Palembang, sebutnya, masih terkendala dengan sarana penunjang, terutama Information Technology (IT).

“Nah (akses internet) ini menjadi masalah bagi penyelenggara atau guru sekolah-sekolah di Palembang. Saya bisa membayangkan bagaimana dengan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar ini di daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T) yang belum bisa akses internet," kata Zainuddin Maliki.

"Dari segi konsep memang kurikulum ini menempatkan sumber belajar otu tidak hanya terbatas pada guru bahkan tidak hanya terbatas pada buku, tapi yang ingin dipelajari itu adalah kehidupan itu sendiri yang luas," kata Zainuddin saat mengikuti Kunspek Komisi X DPR menyerap asprasi pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar di Palembang, Sumsel, Senin 15 Juni 2022.

Menurut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini, misalnya dalam kurikulum tersebut jika belajar tentang ekonomi dengan pendekatan utility memanfaatkan pasar, para siswa-siswi langsung terjun ke pasar atau kalau tidak bisa disimulasikan saja.

BACA JUGA:Hari Pertama PPDB SMP, 2500 Calon Siswa di Tangsel Telah Mendaftar

Sedangkan untuk mensimulasikan, membutuhkan teknologi.

Disinilah, sambung Zainuddin, kelemahan dari implementasi dari Kurikulum Merdeka Belajar yang dijalankan oleh sekolah penggerak.

"Kalau sekolah penggerak kita tahu telah dijalankan di sekolah-sekolah yang bagus, kalau evaluasinya yang disampaikan oleh Kemendikbud dengan menjalankan program Kurikulum Merdeka Belajar terjadi peningkatan prestasi belajar. Capaian literasi angkanya menjadi 570, sedangkan saat menerapkan kurikulum 2013 hanya mencapai angka 532, setelah terkena pandemi turun lagi menjadi 482. Dengan menerapakan kurikulum ini memang ada peningkatan capaian literasi, akan tetapi hanya di sekolah-sekolah yang SDMnya sudah baik,” terang legislator daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur X ini.

BACA JUGA:Alasan di Balik Jokowi Tunjuk Zulhaz dan Hadi Tjahjanto Jadi Menteri

Zanuddin menerangkan, untuk para guru yang menjalankan kurikulum merdeka belajar ini di Palembang sudah mendapatkan bimbingan, pendampingan atau pelatihan tetapi yang mereka keluhkan adalah sarana penunjangya terutama adalah IT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: