Rapat Komisi B DPRD DKI Jakarta, Antisipasi Ketersediaan Bahan Pokok Menjelang Ramadan

Rapat Komisi B DPRD DKI Jakarta, Antisipasi Ketersediaan Bahan Pokok Menjelang Ramadan

Rapat Komisi B DPRD DKI Jakarta, Antisipasi Ketersediaan Bahan Pokok Menjelang Ramadan-dok. DPRD DKI Jakarta-

JAKARTA, DISWAY.ID-- Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Ismail menyampaikan aspirasi dari masyarakat mengenai lonjakan harga beras dalam beberapa bulan terakhir.

Warga Jakarta dibuat resah dengan kenaikan harga beras yang mencapai Rp18.000/kilogram di pasaran.

BACA JUGA:7 Film Indonesia yang Tayang Bulan Ramadan 2024, Cocok Buat Ngabuburit!

"Beberapa waktu lalu ini ada semacam keresahan di masyarakat terkait dengan harga pangan secara umum tidak hanya khusus DKI dan ini perlu dijelaskan secara lengkap ke masyarakat karena keresahan ini sudah terjadi beberapa bulan kemarin,” ujar Ismail, di ruang rapat Komisi B, Rabu, 6 Maret 2024.

Hal tersebut dibahas Ismail dalam rapat kerja Komisi B bersama Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bidang pangan seperti Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Perumda Pasar Jaya, PT Food Station Tjipinang Jaya, dan Perumda Dharma Jaya.

BACA JUGA:Jelang Bulan Ramadan, Aktivis Muslim Kecam dan Razia Kurma Israel di Carrefour

Keresahan itu semakin memuncak. Sebab, bulan suci Ramadan 1445 H akan segera datang. Sementara harga kebutuhan pokok masyarakat juga semakin meningkat. Maka dari itu, Pemprov DKI Jakarta perlu memberikan penjelasan menyeluruh terkait situasi harga bahan pangan di pasar.

“Selain kita minta penjelasan terkait kenaikan harga pangan tersebut, kita akan bahas bersama mengenai pangan Ramadan yang tinggal pekan depan sekaligus hingga Hari Raya Idul Fitri,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Pamrihadi Wiraryo memaparkan beberapa faktor yang menjadikan harga beberapa komoditas beras melonjak di pasaran.

BACA JUGA:PNM Peduli Gelar Santunan Anak Yatim Serentak Dalam Rangka Sambut Ramadan

"Antara lain seperti, keterbatasan produksi di petani akibat anomali cuaca yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen," tutur Pamrihadi Wiraryo.

Lebih lanjut. Pamrihadi mengatakan, jumlah penggilingan beras di salah satu daerah pemasok menjadi bertambah. Namun, jumlah pertaniannya tidak bertambah. Hal itu membuat para penggiling berebut gabah dan menimbulkan kenaikan harga beras.

"Siklus panen padi juga sudah masuk masa paceklik dan terjadi pergeseran masa tanam yang harusnya September jadi Desember,” kata dia," imbuhnya.

BACA JUGA:Perbedaan Awal Ramadan 1445 H, Kemenag Gelar Sidang Isbat 10 Maret 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: