BMKG Potensi Gempa Megathrust di Indonesia, Daryono: Ada Kekhawatiran Ilmuwan Jepang

BMKG Potensi Gempa Megathrust di Indonesia, Daryono: Ada Kekhawatiran Ilmuwan Jepang

Ilustrasi Gempa megathrust-serhii_bobyk-Freepik

JAKARTA, DISWAY.ID - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkap adanya kekhawatiran dari ilmuwan Jepang terhadap ancaman nyata Gempa Bumi megathrust.

Menurut Daryono gempa megathurst sudah lama tidak mengeluarkan semua energi besarnya sehingga terancam bisa keluar sewaktu-waktu tanpa adanya tanda-tanda yang jelas.

Salah satu contohnya gempa Megathrust Nankai berkekuatan Magnitudo (M) 7,1 mampu memicu tsunami di Jepang.

Gempa megathrust adalah zona pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami.

BACA JUGA:5 Cara Mencegah Ponsel Meledak saat Dicas yang Diduga Jadi Penyebab Kebakaran di Manggarai

Daerah Megathurst diprediksi memiliki potensi 'meledak' secara berulang dengan jeda hingga ratusan tahun.

Daryono menilai Megathrust Nankai ada kemiripan dengan setidaknya dua megathrust di Indonesia yang telah lama tidak melepaskan kekuatannya dalam bentuk gempa.

"Kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini sama persis dengan yang dirasakan dan dialami oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap 'Seismic Gap' Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9)," kata Daryono, pada Minggu, 11 Agustus 2024.

Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini seolah 'menghitung waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun tidak mengalami gempa besar.

BACA JUGA:BMKG Minta Warga RI Pesisir Selat Sunda Siaga, BRIN Klaim Tsunami Aceh 2004 Bisa Terulang: Tinggal Tunggu Waktu!

Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, kedua segmen megathrust tersebut terakhir kali mengalami gempa lebih dari dua abad yang lalu.

Megathrust Selat Sunda, dengan panjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun, tercatat pernah 'pecah' pada tahun 1699 dan 1780 dengan magnitudo 8,5.

Sementara Megathrust Mentawai-Siberut, dengan panjang 200 km, lebar 200 km, dan slip rate 4 cm per tahun, mengalami gempa pada tahun 1797 dengan magnitudo 8,7 dan pada tahun 1833 dengan magnitudo 8,9.

Seperti halnya megathrust Nankai, Daryono menekankan bahwa gempa di zona megathrust memiliki potensi besar untuk memicu tsunami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: