Para Ahli Soroti Kandungan BPA di Galon Air, Tak Terbukti Ilmiah Sebabkan Gangguan Kesehatan
Para ahli bicara soal kandungan BPA di galon air--Forum Ngobras
“Polikarbonat itu sangat tahan panas; melting point-nya (titik leleh) 200 derajat Celcius. Proses distribusi pun misalnya terkena panas dan sinar matahari selama perjalanan, tidak akan lebih dari 50 derajat. Jadi risiko migrasi sangat kecil sebenarnya,” papar Prof. Nugraha.
BACA JUGA:Pakar: Galon PC Aman Digunakan dan Ramah Lingkungan
Isu Bahaya BPA bagi Kesehatan: Tidak Terbukti secara Ilmiah
Dijelaskan oleh Dr. dr. Laurentius Aswin Pramono Sp.PD-KEMD, pedoman dunia kedokteran dan kesehatan yaitu evidence-based medicine (kedokteran berbasis bukti).
Tingkat tertinggi dalam pembuktian ilmiah yaitu studi meta-analisis.
“Studi meta-analisis mengompilasi berbagai hasil penelitian lalu dianalisis lagi untuk melihat bagaimana hasil-hasil studi yang ada,” terang ahli endokrin-metabolik ini.
Ia melanjutkan, sintesis data harus berbasis penelitian pada manusia, bukan di laboratorium pada hewan coba.
BACA JUGA:Terkuak! Duel Juru Parkir VS Tukang Galon Hingga Tewas Dipicu Masalah Sensitif
“BPA diberikan secara sengaja dalam dosis yang sangat besar sehingga menimbulkan risiko kesehatan pada hewan coba,” imbuh Dr. dr. Aswin.
BPA tidak masuk ke guideline manapun sama sekali.
“Belum ada konsensus bahwa BPA menyebabkan diabetes atau kanker. Belum ada sama sekali. Belum ada bukti (penelitian ilmiah) pada manusia. Yang ada hanya penelitian di lab dengan hewan coba,” tandasnya.
Hal senada disampaikan oleh Prof. Nugraha. Menurutnya, studi-studi terkait BPA belum konsisten dan belum cukup kuat.
Ia melanjutkan, penelitian di Makassar menemukan, uji migrasi dari BPA pada kemasan pangan berkisar antara 0,0001 – 0,0009 mg/kg, jauh dari batasan BPOM 0,05 mg/kg.
BACA JUGA:Tukang Parkir Tewas Usai Berkelahi dengan Tukang Galon, Begini Pengakuan Saksi Mata
“Selain itu, temuan yang dilakukan oleh peneliti ITB mengemukakan bahwa BPA tidak terdeteksi pada galon dari empat merk yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Hasilnya tidak terdeteksi melalui alat yang paling sensitif sekalipun,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: