Nasib Kakak

Nasib Kakak

--

"Kenapa setiap sosok narasumber Disway seperti wajib dikupas tuntas latar belakang pendidikanya? Bahkan sangat detail, hingga bisa separoh dari isi artikelnya".

Yang bertanya itu wanita Disway dari Indramayu. Setiap hari dia membagikan Disway ke ribuan orang. Lewat medsos miliknyi. Sejak awal Disway terbit. Hingga sekarang.

Kadang lucu: "Hari ini saya membagikan Disway dengan tutup mata," ujarnyi pada suatu ketika.

Tanpa bertanya saya pun tahu kenapa: isi tulisan saya bertentangan dengan emosi jiwanya.

Emosinya sangat tidak suka seseorang. Jauh sebelum banyak orang balik tidak suka orang itu belakangan ini.  Sedang tulisan saya memuji orang itu.

"Saya jengkel baca Disway hari ini," protesnyi beberapa kali. "Tapi tetap Anda posting di medsos Anda?” tanya saya balik. " Dengan geram," kawabnyi.

Terhadap pertanyaannyi kali ini saya sulit menjawab. Apalagi dia menyertakan argumen: "padahal malaikat pun takkan menanyakan sekolah di mana, lulusan apa, dan gelarnya apa saja".

Sebenarnya saya ingin menjelaskan teori deskripsi dalam jurnalisme. Tapi terlalu berat. Ingin juga saya kemukakan itulah ajaran kewartawanan yang saya wariskan sejak dulu. Tapi apa perlunya.

Maka justru saya ingin membuat gemes wanita Disway itu. Saya pun mengiriminyi WA. "Mengapa latar belakang pendidikan ditulis secara dentil? Mungkin karena yang menulis artikel ini hanya lulusan SMA! Iri? Cemburu?" jawab saya.

Saya tahu kebiasaan wanita Disway satu itu. Suka ngambek. Apalagi kalau dia mendengar saya ke Cirebon tanpa memberi tahunyi. Bisa 100 WA harus saya baca dengan perasaan merasa berdosa.

Kali ini, membaca jawaban itu, ternyata dia tidak gondok. Dia lebih tertarik mengomentari soal iri dan cemburu itu. Dia merasa punya teman yang juga hanya tamatan SMA.

"Saya bersyukur meski hanya rampung madrasah. Itu pun sambil ngasuh adikku yang no 2 dan 3. Saya diizinkan masuk sekolah sambil mengasuh adik karena guru-gurunya tetanggaku sendiri".

"Waktu itu kalau saya gak boleh bawa adik masuk kelas, saya gak mungkin bisa belajar. Adik-adikku pasti ngerengek nangis di luar kelas".

Akhirnya wanita Disway Indramayu itu tidak lanjut ke universitas. Padahal sering mendapat nilai 100. Dia harus menghidupi dua adik dan ibunyi.

Waktu itu pilihan tersulit baginyi. Sekolah atau mencari nafkah. Nilai akademiknyi begitu baik. Tapi dia kakak tertua. Harus memberi makan dua adik dan ibunda. Kerja pun tidak banyak pilihan. Tidak boleh jauh dari desanyi: harus sambil merawat ibunda.

"Gak apa-apa. Saya gak butuh gelar akademis. Saya lebih bangga jadi kakak yang baik. Bisa ngayomi adik-adik, meringankan beban orang tua.

Hingga kini saya tidak menyesali pilihan itu," tulisnyi.

Orang seperti wanita Disway Indramayu inilah yang paling marah setiap kali membaca berita korupsi. Atau penyalahgunaan kekuasaan. Atau nepotisme.

Dia memang menolong adik tapi dengan keringat dan air mata, bukan lewat kekuasaan.

Dan dia tidak sendiri.(Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Disway Edisi 28 September 2024: Makan Tuan

Wilwa

Saya tak bisa untuk tidak setuju dengan Amien Sunaryadi. Akuntansi apalagi akuntansi pemerintahan adalah "omong kosong". Mengapa? Karena akuntansi punya banyak kelemahan. Accounting / akuntansi adalah "historical record". Karena itu, angka-angka accounting tak bisa secara akurat merepresentasikan "inflation" misalnya. Contoh paling mudah adalah mengenai "profit" yang merupakan "sales" dikurangi "cost". Masalahnya adalah biasanya "cost" adalah "past values" sedangkan "sales" adalah "current value". Jadi tidak "apple to apple". Karena bisa jadi saat terjadinya "sales", "cost" sudah mengalami "inflation", sehingga angka "profit" yang tercantum bukanlah angka "profit" yang sesungguhnya, karena tidak memperhitungkan "inflation" (atau "deflation"). Itu baru satu contoh kecil kelemahan accounting. Belum lagi kita bicara "depreciation" atau penyusutan atas "fixed assets" atau aktiva tetap. Bisa tambah pening lagi bicara mengenai keakuratan accounting. Accounting hanya sebuah "approach" jadi tak mungkin akurat. Mungkin itu sebabnya Amien Sunaryadi nyeletuk bahwa akuntansi itu omong kosong. Mungkin pak Agus Suryonegoro bisa komen lebih lanjut. Dan sepakat bahwa pemberantasan korupsi harus dimulai dari kasus suap-menyuap. Karena korupsi tingkat tinggi pada dasarnya adalah "kongkalikong" antara pejabat "tinggi" (dari eksekutif, legislatif, yudikatif) dan pengusaha "tinggi" alias konglomerat (yang kadang merangkap jadi "ketum" parpol).

Jokosp Sp

11 profesor gelarnya dibatalkan di UNLAM Banjarmasin. Departemen Pendidikan yang punya kewenangan final sebagai assesornya la kok bisa begitu?. Duh jadi ingat "dari dulu juga begitu, aku dulu juga begitu, aturannya memang begitu". Ajurrrrrrrrrrrr.........Lai amun kaya ini.

Achmad Faisol

menarik ini... saya mulai contoh sederhana... 1. mengapa di ujian sim c praktik, kaki pemotor ga boleh menyentuh tanah...? apa di lapangan seperti itu...? apa jalan kita mulus sekali...? di sini, menurut saya, peraturan dibuat-buat, tidak mencerminkan kondisi lapangan... itu kenapa ada yang lewat ordal... bikinlah peraturan yang membumi... 2. ada mentalitas pelayanan masyarakat dilama-lamain... ini yang membuat orang ingin cepat... bersyukur saat ini banyak pejabat yang mementingkan pelayanan... otomatis suap ga ada... maka, ketika pelayanan bagus, suap oleh masyarakat ga ada... itu kuncinya... 3. eee sudah antri, ternyata ada yang punya kenalan ordal bisa masuk aja... apa ga bikin nggondok...? contoh yang sangat nyata ya kasus mk dan terakhir demo di dpr... anehnya, pendukung mati-matian, membela mati-matian... dengan argumentasi hukum membolehkan, etika...? preeetttt... lantas, mulai dari mana...? buatlah hukum yang memang oke, lalu penegakan hukum juga oke... masalahnya, pembuat hukum mau tidak...? jangan-jangan jadi senjata makan tuan, seperti artikel kali ini... ah, sudahlah... mau ngopi dulu... he he he...

Achmad Faisol

di dunia service management, orang antri ga masalah jika jelas: 1. jelas nomor urut antri 2. jelas tiap antrian berapa lama... 3. jika ada perubahan, pengantri di-info update terkini... maka, IT bisa memaksimalkan ini... sayangnya, ada yang "sengaja" ga mau pakai, atau pakai tetapi pelaksanaannya tetap "manual", misalnya info baru tidak diupdate ke pengantri... dalilnya apa...? siapa yang butuh...? maka, pelayanan harus menjadi jiwa, apalagi oleh pemerintahan... namun, kekuasaan membuat mereka berpikir sebagai penguasa, bukan sebagai pelayan…

Liáng - βιολί ζήτα

Mengenai korupsi di tanah air : Di satu sisi pemberantasan korupsi wajib dilakukan untuk yang sudah dan yang sedang terjadi. Bagaimana caranya ?? Semua orang pun sudah tahu, apalagi mereka para penegak hukum. Masalahnya tinggal "kesungguhan" !! Sesungguhnya sesederhana itu masalahnya. Di lain sisi, pendidikan karakter bangsa untuk generasi yang akan datang (termasuk anti suap-menyuap, anti korupsi, dll, dlsb, dst...) mesti dimulai dari mana ?? Kita semua pun sudah tahu koq... Bagaimana mungkin generasi yang akan datang akan bersih dari korupsi ?? Sementara itu, saat ini mereka di-nina-bobo-kan oleh kemudahan dan kemewahan dari hasil korupsi orang tuanya !! Oleh karena itu, marilah seluruh jemaat disway.id kita tepok-jidat bareng-bareng...

Fiona Handoko

selamat pagi bung mirza. pwc baru ini didenda otoritas china 441 juta yuan. dan dilarang beroperasi di china selama 6 bulan. karena terlibat dalam penipuan audit developer evergrande.

Liáng - βιολί ζήτα

"Tak" * Jangan memberi "uang tip" sehabis makan-makan di restoran di sini, kata salah seorang teman saya dari Skanderborg !! ** Oh...iya... Kenapa ?? * Itu hal yang aneh, orang-orang akan menertawakanmu. Ini Danmark... Liáng. ** Ah... lumayan (di dalam hati saya), bisa lebih berhemat... haha... hahahahaha... dasar Liáng ndeso... **So... * You just say "Tak"... that's the best - according to Danmark' culture. Itulah awal-awal masa keluyuran saya di negeri-nya Hans Christian Andersen itu, sekian tahun yang lalu. Pendidikan karakter bangsa yang berhasil, sejak usia dini, sedari beberapa generasi yang lalu. Jangankan untuk suap-menyuap, sekadar uang tip saja akan terasa aneh karena hal tersebut bukanlah hal yang umum di Danmark.

djokoLodang

o-- TIGA VARIAN Seorang pria yang sedang dinas ke Eropa ingin memberikan oleh-oleh istrinya. Ketika masuk ke Pusat Belanja, pertama-tama dia menuju Bagian Wanita. Dengan malu-malu, dia menghampiri wanita di balik meja kasir dan berkata, "Saya ingin membeli bra untuk istri saya." "Bra jenis apa?" tanya pramuniaga. "Jenis?" tanya si pria. "Ada lebih dari satu jenis?" "Lihat-lihat, ..." kata pramuniaga, sambil menunjukkan lautan bra dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan bahan. "Sesungguhnya, bahkan dengan semua variasi ini, sebenarnya hanya ada tiga jenis bra," kata pramuniaga, lugas. Bingung, pria itu bertanya, "Hanya tiga? Apa saja?" Pramuniaga menjawab, "Tipe Katolik, tipe Bala Keselamatan, dan tipe Baptis. Mana yang Anda butuhkan?" Makin bingung, pria itu bertanya, "Apa perbedaan di antara ketiganya?" Wanita itu menjawab, "Sederhana saja. Tipe Katolik mendukung massa, tipe Bala Keselamatan mengangkat yang terpuruk, dan tipe Baptis mengubah bukit kecil menjadi gunung." --koJo.-

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

INI BUKAN PEMBUKAAN UUD 45.. 1). Bahwa sesungguhnya, korupsi terbanyak, ya ada di suap menyuap itu. Sesuai dengan kata pak Amien Sunaryadi itu. 2). Yang 'besar', suapnya 'besar', misalnya kasus Timah.. Tapi 'dll'-nya banyak lho ya. 3). Yang 'kecil', suapnya juga 'kecil', misalnya ngurus KTP jaman dulu.. (Sekarang di sebagian besar Kelurahan, pengurusan KTP dan KSK sudah relatif bebas suap, karena sistemnya sudah dibenahi).. 4). Yang 'tidak kecil', 'tidak besar', tapi juga 'banyak yang melakukan', karena 'males antri', dan 'mau cari mudahnya', salah satunya adalah ngurus SIM.. (Kalau urusan SIM ini "susah". Para pencari SIM ini ada yang mau antri dan juga udah mau untuk ujian, tertulis maupun praktek. Tapi banyak juga yang 'tidak mau' antri, dan maunya tidak mau ujian. Jadi mereka ini yang suka "menggoda" petugas. Petugasnya ada yang hanya "tergoda", tapi petugas yang suka "menggoda" juga masih ada. Di urusan SIM ini, sistem belum dibenahi seperti di urusan KTP. Mungkin karena ada yang belum rela).. ### Karena banyak yang melakukan. Dan ada di mana-mana. Baik di pemerintahan maupun swasta. Iya swasta..!! Beneran..!! Pokoknya yang ada unsur 'antri'. Maka 'sebagian' masyarakat cenderung memilih 'menyuap'. Aparat ya pasti menyambutlah 'uluran' suap itu. Sehingga, seakan, suap menyuap sudah seperti budaya. Apalagi kadang banyak yang saat 'menyerahkan', juga sambil bilang, 'gpp, saya ikhlas kok'. Meski nanti di belakang tetap ngedumel. Ini realitas lho..

Mirza Mirwan

"Akhirnya Amien bekerja di perusahaan keuangan internasional: PwC." tulis Pak DI. Mungkin banyak pembaca yang belum tahu PwC itu apa. Kecuali Pak Agus S. yang kerjanya memang di bidang auditing, juga pembaca yang menjadi konsultan akuntansi, pajak, resiko, dan semacamnya. PwC itu singkatan dari PricewaterhouseCoopers, salah satu dari empat raksasa firma konsultan akuntansi. Kantor pusatnya di London, tetapi cabangnya berceceran di lima benua. Di Indonesia saja ada di Jakarta dan Surabaya. Jumlah seluruh karyawannya di lima benua 280-an ribu. Dua pekan yang lalu PwC di AS dilanda gelombang PHK. Ada sekitar 1800-an karyawan yang ketiban apes, sekitar 2,5% dari total karyawan PwC di AS. Raksasa lainnya adalah Deloitte Touche Tohmatsu Ltd, tapi biasa disebut Deloitte saja. Yang ini raksasa beneran. Terbesar. Jumlah seluruh karyawannya 450-an ribu. Termasuk di Deloitte Indonesia. Lalu ada EY, Ernst and Young. Ini terbesar kedua. Jumlah karyawannya 390-an ribu. Terakhir ada KPMG (Khynveld Peat MarwichGoerdeler). Jumlah karyawannya 270-an ribu. Seperti halnya PwC, kantor pusat Deloitte, EY dan KPMG juga di London.

Gregorius Indiarto

Tidak ada tuan yang mau di makan oleh senjata, apa lagi sendiri. Maka, tidak akan mungkin akan ada undang undang tercipta yang akan menimbulkan kesan bunuh diri dan terkesan senjata makan tuan. Kalau pun tercipta undang undang (senjata), pasti bukan senjata yang tajam. Tapi hanya berupa senjata yang tumpul, tidak membuat berdarah, apalagi sakit, tapi hanya bikin geli. Dan seandainya para tuan mati karena senjatanya sendiri, mereka mati dalam tawa. Tawa geli. Met sore, salam sehat, damai dan bahagia.

Liam Then

"to uproot" -cabut masalah sampai keakar-akarnya. Kita banyak contoh dari negara-negara yang sudah berhasil, mungkin dari situ , baru bisa dimulai. Jepang,Hongkong, Taiwan, Korsel, Singapura, dan terakhir Tiongkok begitu cepat maju, bukan karena mereka berhasil dalam pemberian suap ,tapi karena mereka mampu wujudkan standar kesejahteraan umum duluan. Dari situ baru tercipta standar baru, praktek baru antara gaya pemerintahan dan budaya baru dibidang suap-menyuap ini di masyakaratnya. Bahkan sampai sekarang, Tiongkok masih belum yang teratas dalam indeks korupsi internasional. Tapi arah dan kesadaran tentang kebutuhan untuk pemerintahan yang bersih mereka disana, sudah berada diatas jalur rel yang pernah dilalui Jepang dan kawan-kawannya diatas. Sekarang saya kepikiran, tentang standar kesejahteraan, di Indonesia ini begitu menyedihkan kondisi standarnya, sampai-sampai pisang mengkal saja, bisa dicuri. Mangga mengkal dipekarangan bisa dicuri. Bahkan jemuran dan sandal jepit,juga masih dicuri. Sampai-sampai sedikit sekali orang mau tanam pohon buah di perkarangan, dengan selorohan pemikiran: "untuk apa?kita capek tanam, orang yang panen". Ini kalo dibahas terpisah, bisa panjang sekali. Masalah hukuman yang ketat dan keras, Tuhan kurang tegas seperti apa hukumannya? Di Eropa sering tuh, pastor tertangkap mencabuli anak gembala. Selama ada aturan, disitu pasti ada pelanggaran. USA contohnya, punyanya aturan dunia, tapi dia yang paling langgar.

Mirza Mirwan

Korupsi adalah....? Dalam KBBI, korupsi adalah "penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk kepentingan pribadi atau orang lain". Dengan batasan korupsi versi KBBI itu banyak praktik koruptif yang tak termasuk korupsi. Transparency International, NGO internasional yang tiap awal tahun selalu merilis Indek Persepsi Korupsi tahun sebelumnya dari negara-negara sejagat, mendefinisikan korupsi dengan bahasa sederhana: THE ABUSE OF ENTRUSTED POWER FOR PRIVATE GAIN -- penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan untuk keuntungan pribadi. Kelihatannya sederhana. Tapi dengan batasan seperti itu justru cakupannya luas sekali. Pokoknya asal ada unsur penyalahgunaan kepercayaan yang dipercayakan demi keuntungan pribadi. Trasparency International membagi cakupan korupsi dalam tiga kategori. 1). Public servants demanding or taking money or favours in exchange for services. (Misalnya: ngurus izin nganu supaya gampang dan cepet, ya, pakai duit. Meski syarat pengurusannya tidak terpenuhi.) 2). Politicians misusing public money or granting public jobs or contracts to their sponsors, friends, or family. (Kasus Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Luthfi Hasan Ishaq, Dewi Yasin Limpo, dan ... terlalu panjang senarainya untuk ditulis semua). 3). Corporations bribing officials to get lucrative deals. (Contohnya , kasus minyak goreng. Yang terbaru kasus PT Timah). Yang termasuk dalam masing-masing kategori itu banyak banget. Ironisnya, masyarakat punya andil dalam terjadinya korupsi.

alasroban

KPK, Apabila anda tak kunjung mampu memberantas korupsi. Sandal yang ku titipken ini bisa kau pinjem untuk daripada yang mana di gunakan memberantas korupsi dengan bijaksana.

Mbah Mars

COCONUT GREEN WITH PALM SUGAR “Hallo sayang. Sedang di mana ?”, kata Bolkin di sambungan telepon. “Ini di kafe, yah. Sudah mau pulang. Ini saya bawakan oleh-oleh,” jawab Menuk. “Aseek. Oleh-oleh apa ?” “Coconut green with palm sugar, yah” “Woyy, mantab. Makasih sayang” Bolking membayangkan sensasi makan makanan luar negeri. Pasti ada sesuatu yg baru. “Mana oleh-olehnya”, tanya Bolin setelah Menuk sampai rumah. “Ini yah” “Woalahhh…jebul klepon!”

iwan

Semua orang mau nya orang lain yang berubah, Presiden harus begini dan begitu, tetapi adakah kalian yang mau merubah diri sendiri terlebih dahulu? Jangan-jangan kalau melanggar lalu lintas tetap minta damai.

Johannes Kitono

Salah Kaprah KPK terbentuk karena Polri dan Kejaksaan dianggap tidak efisien.Memberantas korupsi yang sudah berakar di Indonesia. Awalnya yang jadi Ketua justru profesional seperti Amien Sunaryadi. Dalam perjalanannya KPK banyak diisi unsur Polri dan Kejaksaan. Kedua lembaga itu berlaku sistem hirarkie. Apalagi panselnya dari DPR dimana banyak oknumnya justru korupsi. Auditor Negara yang menghitung PKN panselnya juga DPR- RI. Istilah senjata Makan Tuan lebih tepat disini.Pansel DPR tidak akan memilih calon yang akan menangkap mereka atau koleganya. Untuk memberantas korupsi bukan hanya menambah ke pasal suap menyuap. Sistem rekrutnen harus diperbaiki.Perlu ada pansel ad hoc yang terdiri dari Akuntan profesional. Merekalah yang seleksi Komisaris KPK dari unsur non Polri atau Jaksa.Supaya tidak terjadi konflik kepentingan.Gaji Komisaris KPK disamakan dengan Profesional swasta yang tinggi. Dan kalau ternyata masih korupsi juga,harus dituntut hukuman mati. NKRI tidak perlu jadi Komunis untuk meniru sistem China. Para koruptor dan penjahat Narkoba hukum mati. Tanpa harus pusing dengan urusan HAM. Kita tentu mengharap Presiden Terpilih nanti serius memberantas korupsi. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia. Dan masih sempat menyaksikan NKRI yang bersih dari korupsi.

 

BACA EPAPER HARIAN DISWAY

 

KESERUAN KREATIVITAS ANAK-ANAK MUDA DI KOMPETISI DBL

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 73

  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Leong Putu
    Leong Putu
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Jokosp Sp
    Jokosp Sp
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
  • yea aina
    yea aina
  • Kang Sabarikhlas
    Kang Sabarikhlas
    • Kang Sabarikhlas
      Kang Sabarikhlas
    • Jokosp Sp
      Jokosp Sp
  • iyeh
    iyeh
  • Fa Za
    Fa Za
    • Liam Then
      Liam Then
  • Waris Muljono
    Waris Muljono
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
  • Waris Muljono
    Waris Muljono
  • Liam Then
    Liam Then
    • Liam Then
      Liam Then
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • yea aina
      yea aina
    • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
      Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Jimmy Marta
    Jimmy Marta
    • yea aina
      yea aina
  • Harun Purnomo
    Harun Purnomo
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Dany_putra Putra
    Dany_putra Putra
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
  • Evo’S Zhang
    Evo’S Zhang
    • Jimmy Marta
      Jimmy Marta
    • Evo’S Zhang
      Evo’S Zhang
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Liam Then
      Liam Then
    • Udin Salemo
      Udin Salemo
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • Choirul Anwar
    Choirul Anwar
  • bocah ilank
    bocah ilank
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • Dasar Goblik
    Dasar Goblik
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
    • Harun Purnomo
      Harun Purnomo
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • Mukidi Teguh
    Mukidi Teguh
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
    • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
      Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
      Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Jo Neca
    Jo Neca
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
    • bitrik sulaiman
      bitrik sulaiman
  • M.Zainal Arifin
    M.Zainal Arifin
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • nur cahyono
    nur cahyono
    • M.Zainal Arifin
      M.Zainal Arifin