PMI Manufaktur Masih Kontraksi di November Ini, Kemenperin Tegaskan Pentingnya Regulasi Pro Industri

PMI Manufaktur Masih Kontraksi di November Ini, Kemenperin Tegaskan Pentingnya Regulasi Pro Industri

Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief -Dok. Humas Kementerian Perindustrian-

JAKARTA, DISWAY.ID -- Menjelang akhir tahun 2024, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia masih menunjukkan posisi kontraksi pada November ini, yaitu sebesar 49,6 persen.

Diketahui, jumlah tersebut sedikit meningkat dari PMI manufaktur Oktober 2024, yang berjumlah sebesar 49,2 persen.

Dengan ini, PMI manufaktur Indonesia telah resmi terkontraksi selama lima bulan berturut-turut sejak Juli 2024.

BACA JUGA:Dorong Nol Emisi Karbon, 7.000 Pohon Mangrove Ditanam di Pulau Harapan

BACA JUGA:Beri Diskon Tiket Pesawat Hingga 10 Persen, Menko Airlangga Tegaskan Pemerintah Akan Dorong Pasar Domestik

Menurut keterangan Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief, kondisi indeks PMI manufaktur yang cenderung stuck di bawah 50 di saat sebagian besar negara-negara ASEAN lainnya sudah memiliki indeks PMI manufaktur di atas 50 atau ekspansif bukanlah hal yang mengejutkan.

"Masih banyak regulasi yang belum mendukung industri dalam negeri, padahal regulasi tersebut dibutuhkan oleh manufaktur," ujar Febri dalam keterangan resminya pada Senin 2 Desember 2024.

Selain itu, gempuran produk jadi impor, baik legal maupun ilegal, ditengarai masih menjadi penyebab kontraksinya PMI manufaktur Indonesia pada bulan November kemarin.

Pasar domestik dibanjiri produk impor tersebut dan telah menekan permintaan atas produk dari industri dalam negeri. 

BACA JUGA:Tak Hanya Tol, Jalur Arteri Jadi Fokus Pengamanan Lalu Lintas Nataru 2024

BACA JUGA:Jateng Jadi Destinasi Libur Nataru 2024, Ini Pesan Jasa Raharja dan Korlantas Polri

Hal ini juga dipengaruhi oleh pemberlakuan kebijakan relaksasi impor yang telah berkonsekuensi terbuka pintu seluas-luasnya bagi produk jadi impor dan telah membanjiri pasar Indonesia.

"Bahkan, regulasi yang ada saat ini malah mempersulit ruang gerak industri untuk meningkatkan utilisasi produksinya," pungkas Febri.

Sementara itu, perbandingan instrumen trade measures yang dimiliki Indonesia dengan negara lain menunjukkan bahwa betapa telanjangnya pasar domestik Indonesia.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads