bannerdiswayaward

Fakta Menarik! Ramadan Terjadi Dua Kali dalam Setahun pada 2030, Begini Penjelasan Guru Besar Fisika IPB Secara Sains

Fakta Menarik! Ramadan Terjadi Dua Kali dalam Setahun pada 2030, Begini Penjelasan Guru Besar Fisika IPB Secara Sains

Guru Besar Fisika Teori IPB University Prof Husin Alatas-Dok.IPB-

JAKARTA, DISWAY.ID -- Ramadan pada 2030 diperkirakan akan terjadi sebanyak dua kali dalam setahun.

Fenomena unik ini rupanya dapat dijelaskan secara ilmiah melalui ilmu sains.

Dijelaskan oleh Guru Besar Fisika Teori IPB University Prof Husin Alatas, dunia fisika masih menganggap bahwa besaran waktu merupakan sebuah misteri yang belum dapat diungkap penjelasannya secara memadai, dan tampaknya tidak akan pernah bisa.

BACA JUGA:Jadwal Bioskop Trans TV Hari Ini 30 Maret 2025 Lengkap Sinopsis, Malam Takbiran Tayang Film Kisah Nabi

BACA JUGA:Jusuf Hamka Beberkan Kepanikan Gempa M7.7 Nyanmar Saat di Bangkok, Jalan Kaki Hingga Belasan Km

“Meskipun demikian, bagi manusia, waktu merupakan sesuatu yang nyata dirasakan setiap hari, yang dirasakan melalui kehadiran perubahan di semua aspek kehidupan. Termasuk perubahan yang terkait dengan fenomena alam tertentu,” ucap Husin dalam keterangannya, dikutip 30 Maret 2025.

Cara Mengukur Besaran Waktu

Dalam mengukur dan menandai besaran waktu, "Para ilmuwan kerap kali menggunakan fenomena periodik di alam."

Saat ini, terdapat alat bernama jam kisi optik yang digunakan sebagai penentu waktu yang sangat akirat dan presisi.

Jam ini memanfaatkan transisi frekuensi optik pada atom-atom seperti Ytterbium (Yb), Strontium (Sr) ataupun Aluminum (Al).

BACA JUGA:Mudik Tenang, Transaksi Aman! Ada 1 Juta AgenBRILink, Transaksi Masyarakat Semakin Dekat dan Mudah

BACA JUGA:Peringati Hari Raya Nyepi, BRI Peduli Salurkan Bantuan Sembako Hingga Renovasi Pura

“Penentuan satuan waktu yang akurat memanfaatkan pola turun-naik level energi elektron pada atom-atom tersebut yang sangat stabil,” paparnya.

Sementara itu, dosen Mekanika Lagrange-Hamilton di Departemen Fisika IPB University tersebut menjelaskan, pengukuran waktu tradisional yang telah dikenal sejak dulu memanfaatkan fenomena alam yang bersifat periodik, yaitu pergerakan semu matahari.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Close Ads