Belajar Teknologi Hijau, Mahasiswa Indonesia dan Korea Bikin Desalinator Ramah Lingkungan
Universitas Sanata Dharma (USD) bekerja sama dengan Sogang University, Korea Selatan, memasang instalasi desalinator air ramah lingkungan di kawasan Laboratorium STEAM dan green house Program Studi Pendidikan Biologi, Kampus III Paingan.--Istimewa
JAKARTA, DISWAY.ID — Universitas Sanata Dharma (USD) bekerja sama dengan Sogang University, Korea Selatan, memasang instalasi desalinator air ramah lingkungan di kawasan Laboratorium STEAM dan green house Program Studi Pendidikan Biologi, Kampus III Paingan.
Kegiatan ini menjadi bagian dari kelas ekstrakurikuler bertema Teknologi dan Inovasi Berkelanjutan dalam rangkaian program S.E.E.D. (Sustainable Ideas through Education, Engineering, and Design) Indonesia 2025 yang berlangsung sejak Rabu, 16 Juli 2025.
Proyek ini berada di bawah supervisi langsung Dr. Park Hunkyun, CEO Solarrino Co., Ltd., dan melibatkan mahasiswa Universitas Negeri Semarang serta student staff JPMIPA USD.
BACA JUGA:40 Mahasiswa Tembus Beasiswa PGN 2025, Ini Tips Sukses Para Peserta
Mereka merancang dan merakit desalinator secara mandiri di Laboratorium STEAM dengan bahan sederhana seperti kain spunbond, plastik, tali kardus, dan polypropylene.
Alat ini terdiri dari sembilan lapis bingkai plastik persegi panjang yang disusun bertingkat.
Di tengah setiap lapisan terdapat lubang kecil untuk mengalirkan air, sementara tali kardus ditempel pada permukaan plastik membentuk pola gelombang yang membantu proses penyaringan.
BACA JUGA:4 Pilihan Karier untuk Mahasiswa Jurusan Finance, Gaji dan Masa Depanmu Lebih Cerah
Lapisan terluar dilindungi kain spunbond agar tahan dari paparan langsung sinar matahari.
Ketua Program Studi Pendidikan Kimia USD, Natalia Diyah Hapsari, S.Pd., M.Pd., Ph.D., menjelaskan prinsip kerja desalinator ini.
“Alat ini memanfaatkan energi matahari untuk menguapkan air asin. Air dituangkan dari bagian atas lalu mengalir melalui tiap lapisan. Panas matahari membuat air menguap, meninggalkan garam, dan menghasilkan dua output: air segar siap minum serta air limbah yang mengandung garam,” jelasnya.
Dr. Park Hunkyun menegaskan teknologi ini sangat relevan diterapkan di Indonesia.
“Dengan intensitas sinar matahari tinggi sepanjang tahun, teknologi ini bisa menjadi solusi berkelanjutan untuk penyediaan air bersih di Indonesia,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
