Pemerintah Genjot Bahan Bakar Berbasis Etanol, Ekonom: Peluang Ekonomi dan Energi Sekaligus!
Menurutnya, kandungan etanol dapat meningkatkan angka oktan (RON), menjadikan bahan bakar lebih ramah lingkungan.-Istimewa-
Namun untuk mobil-mobil keluaran baru, ia menyebut banyak pabrikan, seperti Toyota, sudah memberikan rekomendasi penggunaan bahan bakar dengan campuran etanol.
BACA JUGA:Timnas Wajib Menang! Ini Taktik Ideal Bung Kusnaeni untuk Patrick Kluivert Hadapi Irak
Lebih dari sekadar transisi energi, Fahmy menilai kebijakan E10 juga memiliki dampak ekonomi ganda.
"Penggunaan etanol mendorong petani tebu, ketela, dan komoditas lain untuk menghasilkan bahan baku. Ini bisa membuka peluang usaha dan mendorong pertumbuhan pabrik etanol di dalam negeri," tuturnya.
Dengan begitu, program E10 tidak hanya menyasar pengurangan emisi karbon, tapi juga menjadi stimulus ekonomi dari hulu ke hilir.
Meski mendukung penuh program E10, Fahmy memberi catatan penting. Ia menolak bila pemerintah memaksakan produk E10 sebagai satu-satunya pilihan di pasar.
BACA JUGA:Pasca Gencatan Senjata Hamas–Israel, Indonesia Dukung Bangun Kembali Gaza
BACA JUGA:Ramai Gubernur Protes Pemangkasan TKD, Sultan: Terjebak Tanggung Jawab Politik ke Rakyat
Selain itu, kata Fahmy, konsumen tetap harus diberi opsi untuk memilih bahan bakar yang sesuai dengan kebutuhan dan jenis kendaraannya.
"Jangan sampai di pasar hanya ada E10 atau B50, sementara BBM fosil dihilangkan. Konsumen seakan dipaksa. Biarkan saja konsumen yang memilih," tegasnya.
Sebagai penutup, Fahmy menegaskan bahwa dirinya mendukung penuh diversifikasi energi seperti E10 dan B40/B50 (biodiesel berbahan baku sawit), selama dilakukan secara bertahap dan terencana.
"Dengan campuran yang terus meningkat, maka ini akan mengurangi impor BBM yang selama ini cukup besar. Selain ramah lingkungan, ini juga mendukung ketahanan energi nasional dan ekonomi rakyat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
